Hai setelah karya "Cooking With Love" selesai, aku membuat novel baru "My Desire" aku jamin tak kalah seru.
Denaira Kamania Abimana gadis yatim piatu berusia 21 tahun yang sekarang diasuh oleh Om dan Tante nya. Kedua orang tuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan. Semua perusaaan diambil alih oleh Om dan Tantenya dengan alasan dia belum cukup umur dalam menjalankan suatu perusahaan besar. Karena kerasnya kehidupan yang di hadapi dia berpenampilan seperti laki - laki, sekaligus memudahkan dia untuk menyelidiki penyebab kematian orang tuanya.
Kafael Haiden Lukashenko seorang mafia dalam dunia bisnis berusia 35 tahun. Wajah tampan perpaduan Turki dan Rusia membuatnya memiliki banyak wanita. Dingin, tegas dan kejam.
"Siapa namamu..?"
"Abimana, tuan bisa memanggil saya Abi.."
"Hei Bi.. Kecil, kurus, pendek bahkan kau lebih cocok menjadi seorang perempuan. Bagaimana orang sepertimu bisa menjadi asistenku..?"
"Tuan tidak perlu ragu.. saya bisa melakukan semua pekerjaan yang bahkan tidak bisa dilakukan oleh pria manapun.."
"Hmm menarik.. buktikan ucapanmu itu..!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neen@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertama Bekerja
"Aku akan membiarkan jaminan ini bekerja untukku.." ucap Haiden dengan suara baritonnya
Apa dia menyebutku jaminan batin Aira jengkel, dia mengangkat wajahnya sedikit untuk melihat Haiden. Mata mereka bertemu sepersekian detik, buru - buru Aira mengalihkan pandangannya ke bawah lagi. Ya tuhan matanya betul - betul indah tapi sayang dia mafia.
"Tapi kalau dia mengecewakan aku maka anak - anakmu sebagai gantinya.." lanjut Haiden dengan penuh penekanan.
"Saya jamin tuan, Abimana tidak akan mengecewakan tuan.." ucap Baskara berusaha meyakinkan Haiden.
"Eda..!" panggil Haiden.
Datanglah pelayan tadi yang mengantarkan kami masuk ke ruangan ini.
"Tuan memanggil saya..?"
"Ini Abimana dia akan menjadi asistenku yang baru, beri tahu apa saja hal - hal yang aku suka dan tidak.."
"Baik tuan.."
"Taruh dia di kamar bersebelahan dengan kamarmu.."
"Baik tuan.."
"Pergilah..! besok pagi dia sudah mulai bekerja.. aku tidak ingin ada kesalahan apapun.."
"Baik tuan saya permisi.." pamit Eda. "Ayo ikut aku.."
"Baik.." jawab Aira. "Saya permisi dulu tuan Haiden, om.."
"Kerja yang baik jangan kecewakan tuan Haiden.. awas kalau sampai terjadi..!" ancam Baskara dengan suara berbisik sebelum Aira meninggalkan ruangan itu. Aira hanya menjawab dengan anggukan.
"Kalau begitu saya juga akan permisi tuan Haiden.."
"Ingat apa yang aku katakan tadi...kalau dia mengecewakan aku, anak - anakmu taruhannya.."
"Baik tuan.."
Baskara segera keluar dari ruangan itu. Dadanya selalu sakit bila mendengar ancaman Haiden. Ia tidak akan sanggup bila Ivanka atau Dave berkerja di sarang mafia seperti ini.
Sementara itu di ruang dapur yang sangat luas yang didominasi marmer warna Abu tua. Eda mempersilahkan Aira duduk.
"Ini kertas dan balpoint.. tulis semua perkataanku.."
"Baik.. tapi bisakah anda jangan cepat - cepat agar aku juga mudah mengingatnya.."
"Enfleda namaku.. kau bisa memanggilku Eda.."
"Hmm tidak.. kalau aku memanggilmu Eda sepertinya kurang sopan. Bagaimana kalau ibu Eda.."
"Terserah kamu.. sudah siap..?"
"Sudah.."
"Tuan Haiden akan bangun pukul enam pagi, dia akan berolah raga sebentar, mandi dan sarapan.. jadi sebelum pukul enam kamu harus sudah mempersiapkan semuanya.. Ingat suhu air untuk mandi harus 35 derajat celcius.. Untuk pakaian kemeja, jas, celana dan dasi kamu padu padankan, ini buku panduannya.." jelas Eda sambil menyerahkan sebuah buku fashion ke Aira. "Untuk sarapan tuan Haiden suka dengan Bazlama, steak, nasi goreng dan Kentang.. tuan alergi dengan kacang, jangan sampai ada kacang dalam makanannya ingat itu.."
"Baik, aku sudah mengingat dan mencatat semua.."
"Bagus.. setelah selesai sarapan tuan akan berada dalam ruang kerjanya.. pastikan ruang kerja itu sudah dalam keadaan bersih dan rapi.." lanjut Eda
"Apa yang dia lakukan di ruang kerjanya..?"
"Bukan urusan mu, kau tinggal mengikuti saja kemana tuan berada. Karena sudah ada Noah yang akan mengurus keperluan kerja tuan Haiden.."
"Siapa Noah..?"
"Asisten pribadi tuan Haiden untuk urusan pekerjaan.. bisa kita lanjutkan lagi..?"
"Bisa.. maaf bila aku banyak bertanya.."
"Jangan pernah punya rasa penasaran di rumah ini.. kau hanya cukup bekerja saja sesuai instruksi.. mengerti..?!"
"Aku mengerti ibu Eda.."
"Bagus.. pukul delapan tuan akan berangkat bekerja.. kalau tuan ingin kau ikut kau harus ikut.. jika tidak maka kau tinggal disini membantuku sampai tuan pulang nanti.."
"Kapan tuan pulang..?"
"Lebih sering sore sekitar jam lima.. siapkan perlengkapan mandinya dan teh panas setelah mandi.."
"Baik.. apakah perlu juga aku sediakan camilan.."
"Tidak usah.. tuan tidak suka camilan.." ucap Eda. "Jam makan malam sekitar jam tujuh semuanya sudah di persiapkan oleh koki dirumah, kau hanya mendampingi saja mengerti.."
"Ya aku mengerti.. apa yang dilakukan tuan Haiden setelah makan malam...apakah ia tidur.."
"Tidak.. tuan akan menghabiskan waktu di ruang baca. Apabila ada pertemuan dengan relasi bisnis ia akan pulang malam.."
"Kapan aku bisa beristirahat..?"
"Tuan tidak suka dengan orang yang malas.. ingat itu.. kalau tuan sudah tidur baru kau boleh tidur.."
"Aku rasa ini lebih berat dari pekerjaanku yang dulu.."
"Ingat baca juga buku panduan data pribadi tuan.."
"Baiklah ibu Eda aku akan menuruti semua perkataanmu.."
"Jangan lakukan kesalahan, karena akan berimbas juga terhadapku.."
"Sudah berapa lama ibu bekerja..?"
"Sejak tuan berumur lima tahun.."
"Wow sudah lama sekali rupanya, aku akan butuh bimbinganmu ibu Eda.."
"Hmmm.. ayo aku tunjukkan kamarmu.."
"Baik bu.. ayo.."
Aira sangat senang sekali, karena bu Eda ternyata tidak se sinis wajahnya. Mungkin karena ada beberapa aturan di keluarga ini membuatnya menjadi seperti dingin dan tidak bersahabat.
Ternyata ruang pembantu ini agak jauh dari rumah utama. Ini seperti sebuah asrama hanya kamarku dan bu Eda yang agak berbeda. Ukuran kamar ini lebih besar dari kamar di rumah om Baskara. Tempat tidurnya besar, ada almari pakaian, meja rias, sebuah meja kerja dan kamar mandi dalam.
"Kamu tidur disini, kamarku ada di sebelah.."
"Maaf bu Eda letak kamar ini sangat jauh dengan rumah utama, bagaimana kalau tuan memanggilku..?"
"Kita dibutuhkan sesuai dengan jadwal yang sudah tertulis disitu. Keluarga ini sangat disiplin, setiap orang di rumah utama memiliki pelayan masing - masing, tapi yang paling banyak adalah pelayan tuan Haiden. Karena dia pemimpin disini setelah ayahnya meninggal. Kalau misalnya dia membutuhkanmu diluar jadwal. Dia pasti akan menelponmu.. mengerti.."
"Iya saya mengerti.." jawab Aira
"Tata semua barang - barangmu, hapalkan apa yang tadi telah aku beri tahukan padamu. Ingat kesalahanmu akan berdampak buruk bagiku, karena tuan Haiden telah menyerahkan mu padaku.."
"Baik bu Eda.."
"Oya satu lagi.. jangan sekali - kali kau memanggil tuan Haiden dengan panggilan Kafael atau El.."
"Kenapa..?"
"Jangan banyak tanya..! patuhi saja apa yang aku perintahkan..!"
"Maafkan aku bu Eda.."
"Masih ada waktu cepatlah berbenah dan menghapal, sore nanti jika tuan Haiden memanggilmu kau sudah siap..ini kunci kamar tuan.." perintah bu Eda. Ia segera meninggalkan Aira sendiri di kamarnya.
Dengan cekatan Aira membereskan baju dan perlengkapan yang dia bawa. Almari ini masih banyak ruang sisa karena baju yang dia bawa tidak banyak.
Foto kenangan antara dia dengan orang tuanya, disimpan di dalam lacinya. Tak lupa beberapa wig pendek yang dia beli sebelum bekerja di keluarga Lukashenko juga di simpan dalam almari.
Aira segera membaca buku data pribadi Haiden. Setelah ia membaca barulah ia mengerti betapa kerasnya hidup Haiden. Dalam usia muda ia sudah dituntut mewarisi Lukashenko Internasional. Dan ternyata ia memiliki adik yang usianya masih sangat muda yaitu tujuh belas tahun. Tapi sekarang ia bersekolah Art di Belanda.
Baiklah Aira kamu sudah cukup hafal dengan kehidupan tuan Haiden, kamu pasti bisa batinnya sambil menyemangati dirinya sendiri.
Tak terasa waktu sudah sore. Dengan mengenakan seragam pelayan yang agak kebesaran Aira segera masuk ke dalam kamar tuan Haiden.
Wow.. Aira terkagum begitu melihat kamar tuannya itu. Kamarnya besar sekali ini sih bisa untuk bermain tenis batin Aira. Kamar dengan nuansa maskulin, terdapat ranjang yang sangat besar, beberapa rak berisi buku - buku, meja kerja, sofa santai dan sebuah televisi dengan layar lebar.
"Mana almarinya ya.." Aira kebingungan. Dilihatnya ada sebuah pintu. Ketika ia membukanya ternyata itu walk on closet yang sangat lengkap dan rapi. Sekali lagi Aira dibuat kagum, apalagi dengan kamar mandinya.
"Ah kenapa aku jadi bengong begini, aku harus cepat sebentar lagi tuan Haiden pulang, ingat jangan membuat kesalahan sedikit pun.." Aira berkata pada dirinya sendiri.
Setelah membersihkan kamar, Aira mempersiapkan peralatan mandi dari handuk, bathrobes, sandal, pakaian ganti sampai dengan bathtub yang berisi air hangat, ia setting sehingga air tetap pada suhu tiga puluh lima derajat.
"Ah selesai pas hampir jam lima sore.. tinggal tunggu tuan pulang.." sesuai dengan perintah Eda, Aira harus menunggu kepulangan tuan di depan pintu. Waduh baju ini kebesaran langkahku agak kesulitan.. dan aaauuwww..!! teriak Aira.
"Kenapa Bi..?"
"Celanaku ke injak bu Eda, keningku terantuk pintu.."
Bu Eda yang melihat kening Aira agak benjol sedikit mengulas senyum di bibirnya.
Pria kecil ini agak gemulai seperti perempuan pikir Eda.
"Ingat jangan banyak tingkah, tuan sudah sampai di gerbang.." Eda memperingatkan
"Baik bu.." jawab Aira sambil merapikan pakaiannya. Setelah itu ikut bergabung bersama pelayan yang lain memyambut tuan Haiden.
"Sini kamu.." perintah Eda. "Berdiri disampingku jangan kemana - mana.."
"Ya bu.."
"Masih sakit..?"
"Masih.. ini sampai benjol.." ucap Aira dengan polosnya. Pelayan yang lain tertawa mendengarnya.
"Huushh..! diam kalian..! tuan sudah hampir sampai.. jaga sikap kalian.."
Semua pelayan langsung merapikan barisan setelah diperintah oleh Eda. Tak lama kemudian sebuah mobil Rolls Royce keluaran terbaru berwarna hitam berhenti tepat di depan pintu.
Noah turun dan langsung membuka kan pintu untuk Haiden.
Semua pelayan terdiam. Haiden menatap mereka satu persatu dan menjatuhkan pandangan pada Aira.
"Abi.." panggilnya
"Ya tuan.." Aira segera maju mendekat ke arah Haiden berdiri. Haiden segera memberikan tas kerjanya. Aira menerimanya.. Tenang Aira jangan bingung batin Aira sambil menarik napas panjang
Tiba - tiba..
"Kafael sayang kamu sudah pulang.." sapa seorang wanita yang sangat cantik walaupun sudah berusia hampir enam puluh tahun. Dibelakangnya ada seorang pelayan yang tak kalah cantik juga. Dia memakai pakaian yang berbeda dari semua pelayan yang ada.
"Sore bu.." sapa Haiden.
"Bagaimana dengan pekerjaanmu hari ini.."
"It's oke.. semua berjalan dengan lancar.."
"Bagus kalau begitu.. sore ini ibu mau belanja sebentar bersama Bella.."
"Terserah padamu bu, aku akan ke atas.. nanti malam Mr. David akan mengajakku makan malam.."
"Baiklah El ibu pergi dulu.. istirahatlah.." ucap wanita itu sambil mencium pipi Haiden. Wanita muda yang bersama Ibu dari Haiden sempat melirik dan tersenyum penuh arti.
"Kau..! ikut aku ke atas.."
"Iiyyaa tuan.."
Aira segera mengikuti Haiden dari belakang. Tapi karena terlalu gugup ia kembali menginjak celananya yang kedodoran. Dan tersungkur menabrak punggung Haiden yang keras.
Aaauuww..! Adduuhhh..! teriaknya.
Eda yang melihat langsung tepok jidat hingga wajahnya pucat pasi takut kalau hal itu membuat Haiden murka.
Haiden menghentikan langkahnya.. "Apakah kamu tidak punya mata Abi..!"
"Maaf tuan.. maafkan saya.." ucap Aira dengan gugup. Tangannya tidak berhenti gemetar. Ia berpikir kalau wajahnya akan tambah sakit karena mungkin saja Haiden akan memukulnya. "Celana yang saya pakai terlalu besar tuan jadi sering terinjak.." Aira berusaha menjelaskan.
Aduh kenapa kau banyak bicara nak, seharusnya kau diam saja dan minta maaf batin Eda dengan wajah yang semakin pucat.
Haiden membalikkan tubuhnya. Ia melihat ke arah Aira dengan tajam. Aira hanya menunduk sambil memeluk tas Haiden dengan tangan gemetar.
"Tatap aku Abi, aku tidak suka dengan penakut..!"
"Tuan saya..." sela Eda
"Jangan menyela Eda..! aku tidak suka..!" teriak Haiden sambil mengangkat tangannya.
"Maaf tuan.." jawab Eda sambil membungkuk dan mundur kembali ke tempat semula.
Haiden kembali menatap Aira.. "Tatap aku..!" perintahnya lagi.
Dengan perlahan Aira mengangkat wajahnya.
Tiba - tiba.. Huahahahhahhhh... Haiden tertawa terbahak - bahak.. "Kau seperti badut.. lihatlah di cermin.. Huahahahahhh.."
Semua pelayan yang berada di sana kaget termasuk Eda, melihat Haiden terbahak - bahak. Karena selama ini ia selalu menunjukkan wibawa dan tidak pernah tertawa selepas ini.
Aira bingung.. "Seperti badut tuan.. maaf saya tidak mengerti.."
"Lihat itu keningmu benjol, hidungmu memerah.. huahahhahhh.. persis seperti badut.."
Eda terlihat bahagia karena sudah sangat lama sejak kematian ayah Haiden ia hampir tidak pernah tertawa. Terlalu banyak musuh dan ia harus menjaga ibu dan adiknya.
Sepertinya kedatangan Abi memberi warna di rumah ini. Ternyata pria kecil nan gemulai ini yang justru bisa merubah Haiden.
"Sudah.. sudah.. tundukkan lagi saja wajahmu, aku tidak bisa berhenti tertawa.."
"Baik tuan.." jawab Aira patuh.
"Ikut aku ke kamar aku mau mandi.."
"Bbaiik tuan.."
Baru beberapa langkah Aira sudah hampir terjatuh lagi.
"Hati - hati.." pegang Haiden. Sial aroma vanila di tubuhnya membuatnya tampak seperti wanita.
"Terima kasih tuan.."
"Hmm.. Eda sepertinya kau harus mengganti ukuran bajunya.. sebagai seorang pria kau terlalu pendek.."
"Baik tuan, besok pagi saya jamin tidak akan ada kesalahan lagi.. saya minta maaf.."
"Tidak apa - apa.. aku tahu kau sudah berusaha sangat keras.. Istirahatlah.."
"Terima kasih atas kebaikan tuan.."
"Dan kau.. apakah semuanya sudah siap.."
"Sudah tuan, seperti perintah bu Eda.. perlengkapan mandi, air hangat semuanya sudah siap.. begitu selesai mandi teh hangat kesukaan tuan pasti sudah tersedia.."
"Bagus, kau bisa membantuku menggosok punggungku.."
"Aaappaa....!!! menggosok punggung.." teriak Aira.
☘☘☘☘☘
common = kata sifat(umum)
𝐭𝐧𝐩 𝐡𝐚𝐢𝐝𝐞𝐧 𝐛𝐮𝐧𝐮𝐡 𝐦𝐫𝐤𝐚 𝐬𝐝𝐡 𝐦𝐚𝐭𝐢 𝐬𝐞𝐦𝐮𝐚