NovelToon NovelToon
The Fatalis : Kembalinya Era Kegelapan

The Fatalis : Kembalinya Era Kegelapan

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Tamat / Fantasi Timur / Epik Petualangan / Akademi Sihir / Romansa
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Jack The Writer

Judul: The Fatalis

Nazzares, pemuda dengan mata merah yang dilahirkan untuk memburu raksha, memegang pedang abhiseka sebagai simbol takdirnya. Bersama istrinya, Kandita, yang telah bersamanya sejak usia 15 tahun, mereka menghadapi dunia yang penuh perang, pengkhianatan, dan rahasia yang tak terungkap. Setiap langkah membawa mereka lebih dekat pada takdir yang penuh kejutan dan plot twist yang mengubah segalanya.

The Fatalis adalah kisah aksi, intrik, dan pengorbanan yang tak terduga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jack The Writer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jika ini adalah akhir

Di tengah malam yang sunyi, langit di atas desa Gousan membentang gelap dan tak berbintang. Abail duduk di beranda rumahnya yang sederhana, menikmati secangkir kopi hitam pekat sambil menghisap congklang dengan santai. Hening yang melingkupi malam terasa seperti selimut tipis yang menenangkan. Namun, ketenangan itu tak bertahan lama.

"BOOOOOMMMMMM!"

Sebuah dentuman menggelegar memecah malam. Getarannya begitu dahsyat hingga dinding rumah Abail bergetar, gelas kopinya hampir tumpah dari meja kecil di depannya.

Tubuhnya menegang. Tanpa berpikir panjang, ia bangkit dan berlari keluar, napasnya memburu. Mata Abail mencari-cari sumber ledakan, jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya. Ada sesuatu di udara malam itu sesuatu yang tak biasa, yang membuat malam di desa Gousan tak lagi tenang seperti sebelumnya.

Abail mendongak ke arah sumber ledakan, matanya membelalak melihat asap hitam pekat membubung tinggi dari arah pangkalan militer kerajaan di bukit sebelah timur. Api kemerahan memercik di antara kepulan itu, seperti monster yang mengamuk dalam kegelapan.

Tiba-tiba, telinganya menangkap suara gemuruh—bukan ledakan, melainkan bunyi lain, seperti ribuan langkah kaki menghentak tanah. Suara itu makin mendekat, menyerupai irama kekacauan yang tak bisa diabaikan. Abail berdiri terpaku, tubuhnya kaku di tengah jalan desa yang lengang. Napasnya memburu ketika ia menyadari sesuatu: itu bukan langkah manusia.

"Demi para dewa... apa itu?" bisiknya, hampir tak terdengar oleh dirinya sendiri.

Gemuruh itu kini disertai raungan dan pekikan aneh, suara makhluk-makhluk yang belum pernah ia dengar sebelumnya. Dari arah bukit, bayangan-bayangan besar mulai terlihat di bawah remang cahaya bulan. Makhluk-makhluk itu bergerak cepat, berlari menuju desa dengan keganasan yang hanya bisa disamakan dengan badai liar.

Abail berbalik, lututnya gemetar, tapi nalurinya memaksanya berlari. Ia tahu hanya ada sedikit waktu sebelum mereka tiba.

"Tong tong tong tong tong tong... TONG!!"

Suara kentong dipukul keras, menggema ke setiap sudut desa, membangunkan mereka yang masih terlelap. Diiringi dengan teriakan panik yang memecah malam:

"RAKSHA! ADA RAKSHA! ADA RAKSHA!!"

Kekacauan meledak seketika. Warga desa berhamburan keluar dari rumah mereka, sebagian membawa obor, sebagian lagi hanya dengan pakaian seadanya. Namun, wajah mereka semua memancarkan ketakutan yang sama.

"BOOOMMM!"

Suara ledakan kembali terdengar, kali ini lebih dekat. Jeritan pilu bercampur dengan teriakan histeris memenuhi udara.

"LARI! LARI SEMUANYA! RAKSHA SUDAH SAMPAI!!"

Gemuruh langkah kaki makhluk-makhluk menyeramkan itu kini bergabung dengan hiruk-pikuk warga yang mencoba menyelamatkan diri.

Abail berlari di antara kerumunan, berusaha keras menjaga langkahnya agar tidak jatuh. Asap, api, dan suara retakan kayu yang terbakar bercampur menjadi satu. Ia menoleh ke belakang sekilas dan melihat sosok besar itu: tubuhnya hitam legam, bermata merah menyala, dan dan terdapat lubang menembus ke balik tubuhnya bergerak seperti bayangan ganas yang tidak kenal belas kasihan.

"Ini bukan lagi desa Gousan..." pikir Abail, tubuhnya bergetar, "Ini sudah menjadi neraka"

para raksha yang menyerang dengan keganasan yang tak terkendali. Cakar mereka mencabik cabik apa saja yang ada di depanya, sementara raungan mereka menggema, memenuhi malam dengan horor yang tak terlukiskan. Warga desa yang panik berlarian menuju hutan, berharap bisa menemukan perlindungan diantara pepohonan gelap. Namun harapan itu segera pupus.

Dari seluruh penjuru desa, para raksha telah mengepung. Bayangan bayangan besar mereka bergerak cepat, menutup setiap jalan keluar. Tak ada celah untuk melarikan diri.

Tangisan anak anak mulai bergema, menciptakan harmoni menyayat dengan jeritan pilu para orang tua yang mencoba melindungi keluarga mereka. Di tengah kegelapan, darah berceceran di jalanan, mengalir membasahi tanah desa yang dulu damai.

Asap hitam mengepul dari rumah-rumah yang terbakar, sementara api menjilat atap-atap jerami dengan rakus. Bangunan bangunan yang sebelumnya berdiri kokoh kini runtuh satu persatu, meninggalkan puing puing yang berserakan.

Ditengah kekacauan itu, abail berdiri dengan napas terengah-engah,tubuhnya penuh debu dan luka, ia hanya bisa menyaksikan horor yang tak terhentikan ini. Hatinya terhimpit oleh keputusasaan. Namun, jauh, di dalam dirinya, sebuah tekad mulai tumbuh.

"Jika ini akhirnya... Aku tak akan pergi tanpa perlawanan," gumamnya, matanya yang melihat semua kejadian mengerikan itu.

dari tempat lain raksha mengawasi..

"Cih..!! Mahkluk mahkluk lemah yang bahkan tidak pantas untuk hidup". ucap sang raksha yang melihat hancurnya desa di atas bukit oleh pasukan rakshanya.

"Pasti dengan rencana yang berjalan kaum raksha pasti akan kembali menduduki dimensi ini. Karena, kita hanya mengambil kembali apa yang mereka rebut" Ucap sang raksha itu.

"Tidak peduli apa yang akan kita lakukan, darah yang kita korbankan, pembantaian yang membabi buta, semua itu akan menjadi langkah awal untuk merebut kembali apa yang menjadi hak kita... Hahahahahahahahaha"

Ditengah tertawa senang. Ia melihat seorang laki laki tua (abail) yang sedang menolong anak yang terluka dan menyembuhkan nya dengan teknik penyembuhan yang cukup aneh.

"Hooooo... Ramuan apa itu? Bagaimana dia mengoleskan hal seperti itu dan menyembuhkan luka" karena ingin melihatnya dari dekat sang raksha tingkat tinggi itu melompat ke arah pria tua itu.

wuuugg wuusshh

"Hei apa yang kau lakukan manusia tua" ucap sang raksha yang tingginya hampir tiga kali dari abail itu.

"Dia bisa berbicara..?? Pasti dia raksha level tinggi" abail yang sadar bahwa raksha yang didepanya itu pasti sangat kuat.

"Hey apa kau mendengar ku mahkluk tuli?" Bentak sang raksha yang emosi karena abail yang tidak berbicara.

Tiba tiba raksha itu merebut anak yang ada di gendongan abail. "Hei.. jangan" respon abail yang terkejut.

"Haaa ternyata kau bisa berbicara manusia" jawab sang raksha yang mendengar suara abail

Suara tangisan anak itu menjerit dengan sangat keras dan terus menggeliat karena merasa takut oleh raksha itu

"kau berisik sekali" ucap raksha tersebut lalu membakarnya dengan sangat kejam menggunakan api ungunya hingga menjadi abu.

"Tidaakk..!!!" Teriak abail yang melihat anak itu dibunuh oleh raksha itu.

sementara itu ditempat nazzares..

Beberapa saat sebelum penyerangan para raksha ke desa gousan. "kandhita!, sepertinya kita tidak usah bermalam disini. Perasaanku sedikit tidak nyaman" ucap zares kepada kandhita.

"Baiklah, tapi dengan apa kita akan pulang" tanya kandhita.

"Tenang aku akan membawamu terbang kembali ke desa. Sepertinya tidak membutuhkan waktu terlalu lama jika perjalanan kita dengan kereta kuda saja hanya membutuhkan waktu selama 6 jam" ucap zares ke kandhita.

"Baiklah," jawab kandhita

Zares dan kandhita pun terbang dengan teknik mistis milik zares .

kembali ke suasana desa gousan..

Suara abail : Arrghhh aaarrhhhhhh

Abail yang sudah tercekik oleh raksha itu meringik kesakitan dan mencengkram tangan raksha itu dengan sangat keras yang mencoba melepaskan diri dari raksha itu.

"Hooo.. membosankan sekali" ucap raksha itu yang sudah mulai bosan. Dan tanpa basa basi dia memotong badan abail menjadi dua bagian dengan pedang api ungunya.

Wrrrr slashh

"Dasar lemah" ucap sang raksha.

"Haaa.. sepertinya ada sesuatu yang cukup menghibur akan datang" sang raksha yang merasakan keberadaan kuat mulai menuju ke arahnya.

Braaakkk sreett : nazzares mendarat tepat didepan raksha dan mayat ayahnya

Sebelum Zares mendarat dengan kecepatan penuh, didepan raksha itu. Ia telah kembali ke desa dan sudah mengamankan kandhita ke tempat yang aman setelah melihat kondisi desa yang sudah hancur.

Dengan menggunakan observasinya, dia melacak keberadaan ayahnya. namun, yang dia lihat adalah pemandangan yang mengerikan, dimana dia melihat dengan kedua bola matanya, badan bagian atas dan bawah ayahnya yang sudah terpisah, tergelatak, tak bernyawa. dengan, darah yang masih mengalir ke permukaan tanah.

“A... aa... a... Ayah...” suara Zares bergetar, nyaris tercekat, ketika ia berdiri terpaku di hadapan tubuh ayahnya yang tak lagi bernyawa dengan tubuh terbagi dua.

Matanya melotot, basah oleh air mata yang belum sempat jatuh. Segala suara kekacauan di sekelilingnya seolah meredup, tergantikan oleh desakan rasa sakit yang merobek hatinya.

Namun, mendadak..

[marah]

“DUAAAAARRRRR!!”

Luapan energi mistis yang dahsyat meledak dari tubuh Zares. Pupil matanya bersinar merah menyala, seperti bara api yang tak dapat dipadamkan.

"Hoooo," ekspresi senyum sang raksha melihat energi mistis nazzares.

Aura mistis yang memancar darinya begitu besar hingga menciptakan gelombang energi kejut yang menghancurkan segala yang ada di sekitarnya. Tanah di bawah kaki Zares retak, membentuk pola pecahan yang meluas seperti jaring laba-laba. Pohon-pohon di dekatnya bergoyang hebat, beberapa di antaranya bahkan tumbang akibat tekanan energi yang tak tertahankan.

Para Raksha yang berada di sekitarnya seketika berhenti, tubuh mereka tersentak mundur oleh radiasi kekuatan yang begitu besar.

Zares tak lagi sama. Dia perlahan mengangkat wajahnya, menatap Raksha yang sebelumnya membunuh ayahnya. Namun kini, ia hanya menjadi target dari luapan amarah yang tak terbendung.

Dengan suara yang dalam dan dingin, Zares berbisik

"Kau... akan menyesal."

Dengan air mata yang terus mengalir dari mata zares, dia melihat ke arah raksha itu, dengan tatapan penuh nafsu ingin membunuh.

"Menyesal?, jadi dia ayahmu, harusnya aku membakarnya tadi. bukan, memetongnya," ucap sang raksha kepada zares.

Dengan hati yang hancur dan pikiran yang penuh emosi, zaresh langsung menerjang memukul wajah raksha itu dengan secepat kilat.

Blamm. "arrrggghhh" teriak sang raksha

yang membuat raksha itu terpental jauh ke dalam hutan blora menabrak antara pohon demi pohon dan bebatuan menimbulkan jalur kerusakan yang sangat parah disepanjang raksha itu terpental.

"Blammm.. duaaarrr"

"Sialaaan kau bocah..!" teriak sang raksha yang marah karena terkena telak pukulan kuat dari nazares.

Sebelum dia membalas serangan ke zares. dengan sangat cepat, zares sudah berada dibelakangnya "flasssshh" dengan kepalan tangan kananya dilapisi energi dan teknik mistisnya, dengan meluap luap

wuss wusss : bunyi energi yang meluap luap.

langsung menghantam bagian belakang kepala sang raksha yang masih dalam posisi berlutut imbas dari serangan sebelumnya.

"Aaaaaaaaaaaa.. mati kau" teriak zares dengan keras bersamaan dengan isak tangisnya..

"blamm, duuuggh, duaaarrr"

Sang raksha itu, tersungkur, dengan badan tertekuk secara paksa karena, tekanan pukulan dari nazares yang mebuat seluruh tulang belulangnya remuk dan patah. Serta, tanah sekitar yang menjadi alas sang raksha berubah cekung seketika dengan radius yang cukup luas.

Zares berdiri, dan bersiap dengan serangan terakhirnya.. melapisi tinjunya, dengan teknik mistis tanpa nama itu. dengan energi yang meluap luap dari dalam dirinya. membuat alam sekitar bergetar dan batu batu, pohon pohon yang mulai terangkat karena tekanan aura mistis yang keluar dari dalam zares.

Ditengah zares ingin memukulnya, tiba tiba, api ungu keluar dari dalam tubuh sang raksha. sampai, menimbulkan ledakan yang sangat besar.

"Boooooommmmm"

Membuat, pohon pohon disekitarnya lenyap terbakar. Ditengah api ungu yang terus membara, sang raksha sudah berdiri tegap tanpa luka sedikitpun.

Berhadap hadapan dengan nazares dengan wajah tersenyum menyeringai.

"Hhhoooo... aku terkesan bahkan api dengan sekala besar seperti itu tidak membuatmu ingin bergeser dari posisimu" Ucap sang raksha dibarengi dengan senyuman diwajahnya.

"Apa apaan tatapanmu itu." Dengan perasaan kesal, raksha itu, mengeluarkan api ungunya untuk menyelimuti pukulanya. dan tanpa sepatah kata apapun, dia menghantam zaresh dengan tinju apinya.

"Buuuuuggggmmmm"

Kobaran api yang terpental tanpa arah setelah menghantam zares.

Namun zares sedari tadi mengaktifkan barier tidak terlihatnya dan menghalau serangan sehingga tidak mencapai dirinya.

"Blanmmm" dengan tiba tiba..

zaresh memukul perutnya hingga terpental jauh,

"arrgggghhhhh! Sialan kau!" respon sang raksha tersebut setelah terkena pukulan telak ke perutnya.

Keduanya terlibat dalam pertarungan hand to hand combat dengan sangat sengit. Yang membuat area disekitar mereka hancur dan terbakar karena efek dari pertarungan keduanya.

Sementara itu di tempat kandhita berada..

Zares yang menyembunyikan kandhita, bersama wanita dan anak anak di pinggiran desa. Kini, telah dihadang oleh salah satu raksha tingkat rendah. Para anak anak pun mulai menangis dan ketakutan karena mereka sudah lelah untuk berlari dan beberapa, dari mereka, juga terluka jadi tidak ada jalan lain untuk melarikan diri.

"Bagaimana ini, mereka semua sudah tidak sanggup untuk melarikan diri" ucap kandhita dalam hati.

Terlebih lagi para pria bertugas membantu prajurit melawan para raksha. Kini hanya dirinya yang masih sanggup berlari.

"Hai kalian semua bersembunyi lah aku akan mengalihkan perhatianya" Ucap kandhita kepada orang orang disitu.

"Tidak kakak jangan pergi" ucap adik laki lakinya (samsul) melarangnya pergi

"Hei tenanglah kakak pasti akan kembali" ucap kandhita lalu mencium kening adiknya itu.

"Cepatlah bersembunyi bersama ibu"

kandhita pun berlari sekencang kencangnya untuk mengalihkan perhatian raksha itu. Raksha itu pun, mengejar dengan merayap dan melompati antara pepohonan ke arah kandhita. Dengan membawa pedang yang diberikan zares, dia berniat untuk melawan raksha itu.

Namun, raksha itu terlalu cepat bagi manusia biasa seperti kandhita. Dia pun terpental, karena  terkena serangan dari sang raksha. yang membuat paha bagian kirinya tergores. Luka itu, membuatnya, tidak bisa berlari bahkan untuk berdiri pun sedikit kesulitan.

Suara menahan tangisan karena sakit. Namun, dengan tekad yang kuat. "aaaaaaaaa" kandhita memegang erat pedang abhiseka lalu mengarahkan tebasan ke arah raksha itu "slaaaaasshhh" Tebasan yang kuat menebas raksha itu. Hingga, terbelah menjadi dua dan perlahan jasad raksha mulai menghilang menjadi abu.

kandhita yang ikut terpental kebelakang dan menabrak pohon pada bagian punggungnya karena tidak bisa menahan kekuatan pedang tersebut.

Dia mencoba bangkit lalu dengan meraih pedang zares dia merobek kain roknya dan mengikatnya ke pahanya agar lukanya tidak semakin melebar dan berhenti mengeluarkan darah.

Kandhita mengeluarkan ramuan obat yang ada di ikatan pinggangnya lalu meneteskan nya diatas luaknya "mmmhhhkkkkkss" dengan menahan rasa sakit dia mencoba menghentikan aliran darahnya itu keluar dengan energi mistis penyembuh. Tanpa disadari dia terlalu lelah dan pingsan.

#flashback

"Ini aku berikan pedangku padamu, aku sudah menanamkan tekniku kedalamnya.. kau hanya perlu menebas kearah depan saja jika ada raksha didepan mu" ucap zares yang memberikan pedangnya ke kandhita untuk menjaganya.

kembali ke pertarungan nazzares..

Sementara itu pertarungan zares dan raksha tingkat tinggi itu masih berlanjut. Dengan sengit zares mampu mengimbangi sang raksha. Pukulan demi pukulan tendangan demi tendangan saling beradu antara keduanya.

"Bluukk duaaar booom".

Ditengah-tengah pertarungan tiba-tiba muncul portal menandakan waktu sang raksha sudah terlalu lama di alam ini/Dimensi Bhumi.

"Sial.. waktuku habis.." perasaan kesal ketika sedang menikmati pertarungan.

"kau beruntung mahkluk sialan.. karena, waktuku sudah mencapai batasnya. Kita lanjutkan di lai...arrrgghh"

Flash

Sebelum sang raksha menyelesaikan perkataanya zares dengan kecepatan kilat memukul dadanya sampai menembus kebelakang punggungnya.

"Booooommm jlepp"

"Aarrrggghhhh" teriak raksha sembari memuntahkan darah dari mulutnya.

dengan muncratan darah dari raksha itu. Zares langsung melanjutkan dengan mencabut tanganya "kreeekkk!", memelintir kepalanya "craaackk!", merobek mulutnya "sraaakkk!", serta mencabut kedua kakinya. Mencengkram perutnya hingga robek dengan darah yang terus mengalir. "srrreeeeewweeekkk"

"Heeeeaaaaaaaaaaa" teriak zares dengan serangan membabi buta kepada sang raksha itu.

Ditengah zares fokus dengan raksha didepanya yang hampir mati munculah tangan yang sangat besar dari dalam portal, dengan sangat cepat, tanpa disadari tangan itu menghantam tubuh zares sampai terpental sangat jauh ke arah desa

"duuuuhghhhhhhsssss"

lalu, tangan itu, mengambil tubuh raksha yang sudah tidak berdaya itu kedalam portal.

"Awas kau aku pasti akan membalasnya" sang raksha dengan tatapan penuh dendam kearah zares terpental.

"Camkan itu mahkluk rendahan"

Zares yang menerima pukulan itu dalam posisi tidak siap dengan pertahanan nya mulai kehilangan kesadaran dengan mata yang berat dan air mata yang kembali mengalir dia kembali disuguhkan dengan pemandangan tidak mengenakan yaitu mayat ayahnya yang tergeletak sudah tidak bernyawa.

Dengan perlahan dia mendekat ke mayat ayahnya "tap tap tap tap" dengan langkah kaki yang pelan. Setelah semakin dekat ia berhenti melihat, meratapi, kematian ayahnya. dengan posisi berlutut dia berteriak tanpa ada suara yang keluar dari mulutnya 

"ayyaaaaahhhhhh" 

dan menangis didepan mayat ayahnya.

"Aaaaaaaaaaaa" mengeluarkan suara serakk yang hampir habis.

Bersambung...

1
Jihan Hwang
hai... aku mampir.. semangat
yuk mampir juga dinovelku jika berkenan
Achazia_
anakku*
☆White Cygnus☆
seharusnya sehabis ini nama guru vitjendra disebutin, tapi di atas udah disebutin.
☆White Cygnus☆: ya kan belum ditanya, jadi nyebutnya elf dulu, kalo udah ditanya baru dah sebut, sebab udah diperkenalkan namanya.
Mr. J: sama aja kan kak.. wkwk
total 2 replies
☆White Cygnus☆
wkwk... Elf Jawa...
Mr. J: hahaha... lou bayangin broww elf jawa kalok cewek pake kemben agak mlorot.. uhh
total 1 replies
☆White Cygnus☆
jlep jlep jlep ahh yesshh...
☆White Cygnus☆: wkwkw... sfx nya sus...
Mr. J: gak gitu dong wkwk
total 2 replies
Aghni Khoirica
bagus ceritanya
Mr. J: mkasih kak../Pray//Pray//Kiss/
tapi boleh bngt kak kritikanya soalnya temen aku bilang bahasanya kyk ada yang bikin bingung gitu..
total 1 replies
Muhammad Fatih
Kisahnya bikin baper thor, semangat terus menulisnya!
Mr. J: mksh kak 💪
total 1 replies
valeria la gachatuber
Nggak bosan-bosan deh baca karyamu thor, semoga semakin sukses! ❤️
Mr. J: 🤗👍 mkasih kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!