My Desire
"Ampun tuan Haiden, saya mohon beri saya waktu lagi.."
"Waktu..? Kau ingin waktu..?" tanya seorang pria berwajah tegas dan dingin memandangnya sambil meneguk minuman di tangannya.
"Iiiyya tuan, saya mohon.." pria yang berumur hampir lima puluh tahun dengan peluh dikeningnya itu bersimpuh dan terus memohon.
"Hmmm.. baiklah Baskara Wijaya aku akan memberimu waktu.."
"Benarkah.. Terima kasih atas kemurahan hati tuan Haiden.." dengan sigap pria yang dipanggil dengan Baskara Wijaya itu segera memeluk kaki tuan Haiden.
"Minggir kau..!" Tuan Haiden mengibaskan kakinya. Dengan serempak semua orang di sekitarnya mengeluarkan pistol.
Ceklek..klek.. dan mengarah ke pria tadi
"Ampun tuan, maafkan kelancangan saya.." Baskara Wjaya langsung bersujud mohon ampunan. "Saya.. saya terlalu senang.."
"Hahahahhhh.. kau jangan terlalu senang dulu.. apa yang akan kau jadikan jaminan..?"
"Maksud tuan..? saya tidak mengerti.."
"Kau kira aku memberi kelonggaran waktu dengan cuma - cuma.."
"Lantas apa yang tuan inginkan dari saya..?"
"Aku dengar kau memiliki dua orang anak, aku ingin salah seorang dari mereka menjadi pelayanku, menjadi pesuruhku.."
"Ttttaaappii tuan.."
"Kau menolaknya.. Baiklah kalau itu mau mu..".
"Segera kalian eksekusi perusahaan dan rumahnya..!" perintah tuan Haiden.
"Tunggu.. tunggu dulu tuan.. saya mohon dengarkan saya dulu.."
"Berani kau menyuruh tuan Haiden..!" plak..! seorang pria dengan body tegap dan berwajah dingin menampar Baskara.
Tuan Haiden segera memberi intruksi ke bodyguardnya untuk tidak melanjutkan aksinya dan mau mendengarkan Baskara.
"Bicaralah..!"
"Ampun tuan.. kedua anak saya masih kuliah, mereka masih terlalu muda untuk menjadi pesuruh tuan.. tapi..tapi saya punya anak angkat yang baru saja lulus kuliah dia yang akan menjadi jaminan atas hutang - hutang saya.."
"Anak angkat..? kau memiliki anak angkat..?"
"Ya betul tuan ia anak dari saudara jauh saya, karena orang tua nya meninggal kami yang merawatnya.."
"Tapi sayang sekali, aku menginginkan anak - anakmu yang menjadi budakku.. agar kau selalu ingat dengan hutang - hutangmu itu.."
"Tuan.. saya menyayangi anak ini seperti anak kandung saya tuan.. dari kecil saya merawatnya dan memperlakukan sama seperti anak saya sendiri.. dia sangat gesit dan bisa melakukan pekejaan apa saja.."
"Hmmm baiklah.. aku juga ingin orang yang berada di sampingku cekatan dan bisa bekerja apa saja.. besok bawa dia ke hadapanku aku ingin melihatnya.."
"Baik tuan.. saya tidak akan pernah mengecewakan tuan.."
"Ingat waktumu hanya enam bulan untuk melunasi hutang - hutang mu itu..!"
"Iya tuan.. pasti.. pasti saya akan membayarnya.. terima kasih atas kemurahan hati tuan.."
Tuan Haiden hanya mengangguk dan memberi isyarat agar Baskara segera pergi dari hadapannya.
Kafael Haiden Lukashenko, pria keturunan Turki Rusia seorang mafia dalam dunia bisnis. Lukashenko Internasional merupakan perusahaan nomor satu di Asia. Tidak heran kekuatan keluarga nya sangat di takuti dalam dunia bisnis.
Pria berusia tiga puluh lima tahun ini merupakan kandidat terkuat sebagai pewaris kerajaan bisnis Lukashenko Internasional. Memiliki wajah yang tampan, tubuh yang kekar membuatnya memiliki banyak teman wanita.
"Maaf tuan Haiden, nona Revina memaksa ingin bertemu.."
"Noah.. kau tahu sejak kedatangan Baskara mood ku menjadi jelek, suruh dia besok menemuiku di kantor.."
"Baik tuan.." pamit Noah yang merupakan Asisten sekaligus orang kepercayaan Haiden.
"Kenapa mood mu menjadi jelek sayang..?" tanya seorang wanita yang duduk di sampingnya. Mengenakan baju seksi yang memang itu tuntutan pekerjaan. Menemani pria - pria berkelas untuk sekedar minum. Wanita itu mulai meraba dada dan merasakan halusnya bulu dada kafael, membuka kancing kemejanya satu persatu.
"Stopped..!" perintah Kafael karena tangan wanita itu sudah hampir membuka ikat pinggangnya.
"Oh Common El, kita bersenang - senang malam ini.." ucapnya sambil mengecup bibir Kafael
"I say stopped..!" teriak Kafael dan plak..! ia menampar pipi wanita penghibur tadi. "Jangan panggil aku El, itu hanya panggilan untuk orang terdekatku saja kau tidak pantas, mengerti..!"
"Iiyya tuan Haiden saya mengerti.." ucap wanita itu terbata - bata.
"Get out..!" usirnya kemudian. Wanita itu sangat ketakutan dia memilih untuk segera keluar.
Sial.. Aku sebenarnya sangat tertarik dengan Ivanka anak Baskara. Tapi ternyata ia sangat licik dan tidak mau menyerahkan anaknya padaku. Oke aku akan tunggu siapa yang nanti akan kau kirim untuk menerima siksaan dariku. Enam bulan adalah waktu yang sebentar, Ivanka akan menjadi milikku. Kafael tersenyum smirk sambil meneguk segelas wiski ditangannya
☘☘☘☘☘
"Bagaimana pa, negosiasinya berhasil..? Kenapa kamu jadi babak belur begini..?"
"Biarkan aku duduk dulu ma, jantungku masih terasa sakit setelah bertemu tuan Haiden.."
"Iya..iya pa, ayo duduk dulu..".
"Bik Sumi tolong ambilkan air putih.."
Tampak dari belakang bik Sumi membawakan segelas air putih untuk tuannya.
"Diminum pa.."
Tuan Baskara segera meminum segelas air yang disajikan oleh istrinya itu.
"Heh.. dadaku sudah tidak terasa sakit lagi.."
"Jadi bagaimana hasilnya pa.."
"Kita di beri lagi waktu enam bulan untuk melunasi hutang kita.."
"Enam bulan..? itu terlalu sebentar pa.. harusnya papa minta waktu yang lebih lama lagi.."
"Itu sudah kesepakatan ma, bahkan tuan Haiden meminta jaminan.."
"Jaminan apa...? bukankah semua akta perusahaan sudah ditangannya..? minta jaminan apalagi dia.."
"Jaminan anak kita untuk menjadi budaknya ma.."
"Apa..! terus jawaban papa apa.."
"Aku tidak setuju.."
"Papa tidak setuju..? papa ini bodoh atau bagaimana.."
"Maksud mama..?"
"Anak kita akan hidup bahagia bergelimang harta bila dia tinggal di sana.."
"Ma..! ini menjadi budaknya.. kalau penawarannya menjadi istrinya tentu saja akan aku berikan.."
"Ah ya.. betul apa yang papa katakan.. lantas siapa yang akan menjadi penggantinya.."
"Aku mengatakan kalau aku punya anak angkat, nanti dia yang akan menjadi pengganti anak kita menjadi budaknya.."
"Papa punya anak angkat..? kenapa mama tidak tahu.. papa selingkuh..!"
"Bukan ma, dengar dulu penjelasanku.. aku sengaja seperti itu agar tuan Haiden percaya padaku. Dalam pemikiranku Denaira nanti yang akan pergi ke rumah tuan Haiden.."
"Denaira..? Aira keponakanmu itu yang akan kesana.."
"Ya ma, aku rasa dia cocok kita jadikan jaminan. Tenaganya luar biasa dan penampilannya tomboy. Terus terang aku bingung dan terpojok saat itu.."
"Kalau Aira tidak setuju bagaimana..?"
"Harus setuju ma, dia akan mengikuti apa yang kita perintah.."
"Betul pa, apalagi dia hanya beban di rumah ini.. kita bisa hemat pengeluaran.."
Tanpa mereka sadari ada sepasang mata sedang memperhatikan dari tadi. Tak terasa mata bening yang indah itu menitikkan air mata.
Ayah, bunda ternyata mereka selama ini terpaksa menerima aku. Pantas saja selama ini mereka memperlakukanku secara berbeda. Aku harus kuat karena aku belum menemukan siapa yang telah membunuh kalian. Tak lama setelah itu Aira kembali ke kamarnya. Sebuah kamar yang sangat kecil berukuran 3 x 3 yang terletak di samping kamar pembantu.
Seharusnya ia tidak layak diperlakukan seperti itu mengingat semua kekayaan dan perusahaan adalah milik Ayah dan bunda nya. Kecelakaan sepuluh tahun yang lalu telah merenggut semua kebahagiannya. Yang dia ingat adalah lambang 'L' pada mobil yang menabraknya.
Tok..tok..tok..
"Aira kamu sudah tidur..?"
"Belum tante.. silahkan masuk.."
"Bagus kalau kamu belum tidur.. ada sesuatu yang perlu kami bicarakan padamu.."
"Apa itu tante..?" tanya Aira pura - pura tidak tahu.
"Begini Aira.." Om Baskara mulai berbicara. "Kamu tahu kan kondisi perusahaan sekarang ini..?"
"Tahu Om.."
"Hampir bangkrut.. jadi om dan tante minta kamu mengerti kondisi ini.."
"Apa yang bisa aku lakukan untuk membantu om dan tante..?"
"Menurut kami, kamu harus bekerja.."
"Aku sudah bekerja di sebuah cafe om. Dan hasilnya lumayan untuk menghidupi diriku sendiri.. Selama ini aku tidak pernah minta uang untuk membayar kuliah.."
"Bekerja di sebuah cafe tidak cukup untuk membantu kerugian perusahaan.."
"Tapi bukankah perusahaan Ayah sudah menjadi milik om dan tante..? Aira pikir, Aira tidak perlu membantu om lagi.."
"Lancang kamu ya..!" teriak tante Nungki sambil mengangkat tangan hendak menampar wajah Aira tapi di tahan oleh om Baskara.
"Sabar ma.." ucap om Baskara sambil menatap istrinya yang sudah dipenuhi amarah itu. "Itu betul Aira tapi apa kamu lupa waktu kecil siapa yang mengurusmu..?"
"Om dan tante.." jawab Aira lirih. "Aku tidak akan melupakan semua kebaikan om dan tante.."
"Nah kamu sudah mengertikan. Kami tidak meminta kamu balas budi tapi itu kewajibanmu terhadap kami karena telah merawatmu.. kamu setuju kan..?"
"Iya.." Aira mengangguk pelan.
"Jadi kamu nanti akan bekerja pada tuan Haiden sebagai asistennya.. Karena pekerjaan ini berat om ingin kamu merubah penampilanmu seperti laki - laki.."
"Seberat itukah pekerjaan ku nantinya sampai harus merubah penampilanku..?"
"Kamu tahu reputasi dari tuan Kafael Haiden Lukashenko dalam dunia bisnis..?"
Aira mengangguk.. Keluarga Lukashenko pikir dia
"Mereka bukan orang sembarangan, hidup mereka keras, musuh mereka di mana - mana. Apabila kamu berpenampilan sebagai perempuan tentu akan menyulitkan langkah mu, jadi om pikir menjadi laki - laki lebih memudahkanmu menyesuaikan mereka.."
"Aira dengarkan tante.. tuan Haiden sebenarnya meminta seorang laki - laki untuk asistennya.." ucap tante Nungki berbohong. "Kamu tahu tidak mungkin Ivanka dan Dave pergi bekerja di sana karena mereka masih kuliah. Ini demi nyawa perusahaan.."
"Tttapi om, tante.." sela Aira. Selalu aku yang dikorbankan batin nya sedih.
"Kamu tidak ingin kan di perusahaan kita ada pengurangan pegawai karena hampir bangkrut. Kasihan mereka bila ada PHK besar - besaran.."
Sambil menghela napas panjang "Baiklah Aira mau bekerja di sana.."
"Bagus.." teriak om Baskara dan tante Nungki senang.
"Tapi aku minta waktu untuk menyelesaikan semua urusanku sebelum aku bekerja di sana.."
"Om beri kamu waktu satu hari untuk menyelesaikannya dan bersiap bekerja disana.."
"Satu hari tidak cukup om.."
"Harus cukup, tuan Haiden tidak suka dengan orang yang tidak disiplin.. om sudah berjanji akan membawamu lusa.."
"Ingat Aira kamu sudah berjanji pada kami.." tante Nungki mengingatkan.
"Sekarang kamu istirahatlah.." ucap om Baskara sambil meninggalkan Aira sendiri.
Sepeninggal mereka pecahlah tangisan Aira.
Aku harus kuat, aku tidak tahu apa yang menantiku disana. Tuhan beri aku kekuatan untuk menghadapi semua ini. Aku harap akan ada pelangi setelah hujan badai. Akan ada secercah harapan untuk masa depanku nanti.
☘☘☘☘☘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Sandisalbiah
melihat perlakuan mereka ke Aira juga keserakahan dan kelicikan mereka, pantas di curigai kalau mereka lah dalang dr kecelakaan org tua Aira..
2024-11-20
0
karyaku
hi kak transmigrasi menjadi istri mafia jangan lupa mampir y
2024-11-08
0
Anonymous
keren
2024-10-30
0