Nadira, gadis yang harus menerima perjodohan dari kedua orang tuanya. Ia harus menerima perjodohan ini, karena perjanjian kedua orang tuanya dulu sewaktu mereka masih sama sama duduk di bangku kuliah. Bagaimna nasib pernikahan tanpa cinta yang akan di jalani Nadira?? Apakah akan ada benih cinta hadir? Atau Nadira memilih mundur dari pernikahan karena perjodohan ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonny Afriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 30
Nadira di bawa Mama Ratna keluar dari ruangan Alby. Di luar ruangan, Nadira meneteskan air mata yang sedari tadi di tahannya. Mama Ratna yang melihat merasa iba, lalu memeluknya.
" Sabar, Sayang. Mungkin saat ini, kondisi Alby sedang tidak stabil. Di tambah lagi, Alby mengalami kelumpuhan. Mungkin ini yang membuat dirinya menjadi emosional."
Nadira melerai pelukan, dan menatap Mama Ratna secara tajam. Mama mengangguk tanda membenarkan ucapannya. Nadira menutup mulutnya dengan tangan. Dirinya sangat terkejut.
" Dokter mengatakan bahwa kelumpuhan ini hanya sementara, apabila Alby rajin melakukan terapi, maka dia akan bisa berjalan seperti biasa lagi."
Mama Ratna menjelaskan pada Nadira.
"Dira akan membujuk Mas Alby, Ma. Mas Alby harus sehat seperti semula. Kita akan terus berada di sisi Mas Alby. Mama tenang aja ya."
Mama Ratna kembali memeluk Nadira. Sebegitu besar rasa cinta wanita ini pada menantunya. Tak lama Bram datang menghampiri.
" Assalamualaikum, Tant. "
Bram menyapa Mama Ratna dan mencium tangannya. Lalu melihat ke arah Nadira dan tersenyum.
" Sebaiknya kamu masuk, Bram. Tenangkan Alby. Baru saja Alby marah pada Dira. "
Bram yang mendengar penjelasan Mama Ratna tampak geram terhadap Alby. Entah mengapa sejak bertemu Dira. Bram sangat tidak suka, apabila Nadira menangis. Apalagi saat mendengar Nadira akan membawa Syifa untuk Alby. Bram merasa sangat tidak suka dengan keputusan ini. Ada rasa satang di hati Bram untuk Dira. Tapi bukan sayang terhadap lawan jenis. Bram sendiri pun bingung di buat oleh perasaan nya.
"Bram masuk dulu ya, Tant."
Bram masuk ke ruangan Alby. Alby melihat ke arah Bram, lalu memalingkan wajahnya. Papa Wisnu yang melihat langsung menghampiri Bram dan menepuk bahunya pelan. Setelah itu Papa Wisnu pun keluar dari ruang perawatan Alby.
" Woy, Bro. Napa tu tampang? Baru sadar juga."
Bram menyapa sebagai sahabat, bukan sebagai asisten pribadinya. Bram paham betul sifat keras kepala yang di miliki oleh sahabatnya ini. Bram menghela nafas, lalu membuangnya perlahan.
" Lo, gak mau cerita ke gue. Mending gue balik,dari pada disini gak di anggap ma Lo."
Saat Bram akan berbalik badan, Alby pun buka suara.
"Gue lumpuh, Bram. GUE LUMPUH !!!!!!"
Alby meluapkan emosinya. Sementara Bram menatapnya dengan perasaan iba. Bagaimanapun Alby yang telah banyak membantu dirinya. Karena keluarga Alby lah, usaha Papa nya masih bertahan sampai sekarang. Bram mendekat ke arah Alby. Menepuk pelan bahu sahabatnya itu.
" Lo harus kuat, Lo harus terus semangat, gue yakin, Lo pasti bisa jalan lagi. "
Bram berusaha menenangkan sahabat baiknya ini. Ini adalah kedua kalinya Bram melihat Alby hancur. Pertama saat di tinggal oleh Syifa. Dan saat ini, saat dirinya di vonis lumpuh oleh dokter.
" Gimana gue mau nyari Syifa, kalau keadaan gue seperti Bram. "
Alby berkata lirih. Bram yang berada di sisinya pun melihat ke arahnya. Saat Bram ingin berkata sesuatu, Bram melihat ke arah pintu yang sedikit terbuka, Bram mendapati Nadira berdiri di sana. Matanya berkaca-kaca. Bram jadi tak tahu harus berkata apa. Inginnya mendukung sahabatnya, namun ia tak tega melihat ada gurat kesedihan di wajah manis Nadira.
" Yang terpenting, saat ini Lo semangat untuk kesembuhan Lo. Setelah itu, kita pikirkan bagaimana caranya membuat Syifa kembali."
Bram berkata sambil melihat ke arah Nadira yang masih berdiri di pintu. Bram melihat ada kristal bening yang jatuh membasahi pipi Nadira. Walau saat Bram berkata seperti itu, Nadira berusaha untuk senyum. Namun senyuman itu membuat hati Bram menjadi sakit.
salam kenal yah 🙏 🌹