NovelToon NovelToon
Ekspedisi Arkeologi - Misteri Kutukan Mola-Mola.

Ekspedisi Arkeologi - Misteri Kutukan Mola-Mola.

Status: sedang berlangsung
Genre:TimeTravel / Sistem / Epik Petualangan / Dendam Kesumat / Pulau Terpencil
Popularitas:407
Nilai: 5
Nama Author: Deni S

Ketika seorang pemuda dihantui oleh teka-teki atas hilangnya sang Ayah secara misterius. Bertahun-tahun kemudian ia pun berhasil mengungkap petunjuk dari buku catatan sang Ayah yang menunjuk pada sebuah batu prasasti kuno.

Satrio yang memiliki tekad kuat pun, berniat mengikuti jejak sang Ayah. Ia mulai mencari kepingan petujuk dari beberapa prasasti yang ia temui, hingga membawanya pada sebuah gunung yang paling berbahaya.

Dan buruknya lagi ia justru tersesat di sebuah desa yang tengah didera sebuah kutukan jahat.
Warga yang tak mampu melawan kutukan itu pun memohon agar Satrio mau membantu desanya. Nah! loh? dua literatur berbeda bertemu, Mistis dan Saint? Siapa yang akan menang, ikuti kishanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deni S, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9: Keputusan yang Berat

Hembusan nafasnya memburu, raut wajahnya terlukis panik, langkahnya cepat dan terbata-bata di tengah hutan yang gelap gulita. Pepohonan menjulang tinggi di sekelilingnya, batang-batangnya berliku seperti tangan raksasa yang ingin menghalangi jalan. Kegelapan malam menutupi segala sesuatu, menyisakan hanya suara derak ranting yang patah di bawah kakinya dan desisan nafasnya yang berat. Setiap detakan jantungnya terasa menggema, seolah mengiringi irama ketakutannya.

Sesekali Satrio menoleh ke belakang, sosok kekar muncul dari bayang-bayang, mengintimidasi dan angkuh. Pria itu membawa tombak tajam di tangannya, ujungnya berkilau samar dalam cahaya bulan yang terhalang awan. Setiap langkah pria itu seolah membawa beban kemarahan, suara langkahnya berat dan bergetar, semakin mendekat dengan cepat.

Hingga Satrio tidak berani melirik ke belakang. Ketakutan menyelusup dalam pikirannya, membayangkan apa yang akan terjadi jika tombak itu menyentuh tubuhnya. Dengan setiap napas, ia berusaha menenangkan diri, namun ketegangan justru membuatnya semakin cepat berlari. Rasa dingin malam menusuk kulitnya, tapi itu tidak sebanding dengan panas yang mengalir di dalam dada—panik yang tak tertahankan.

Dedaunan yang rimbun menggaruk wajahnya saat ia melintasi semak-semak, menciptakan rasa sakit yang samar di kulitnya. Kaki Satrio terasa berat, namun ia tahu bahwa ia tidak bisa berhenti. Ia harus mencari jalan keluar dari kegelapan ini, dari bayang-bayang yang mengintainya. Pria itu semakin dekat, suara nafasnya bisa terdengar, berat dan terengah-engah, menggambarkan niat yang tak terbantahkan.

Di tengah keputusasaan, Satrio melihat sebuah celah di antara pepohonan. Dengan semua tenaga yang tersisa, ia melompat ke arah sana, berharap bisa menemukan tempat aman. Namun, ketakutannya terus membayangi, menuntunnya ke dalam ketidakpastian dan kegelapan yang semakin dalam.

Satrio terhentak dari tidurnya, dengan napas terengah-engah, tubuhnya menggigil meski dikelilingi oleh kehangatan tenda. Dalam hening, ia teringat akan mimpi buruk yang baru saja dialaminya. Bayangan pria kekar dengan tombak tajam yang memburu, seolah-olah ancaman itu nyata dan dekat. Rasanya, ketegangan yang mengikatnya saat berlari masih terasa di seluruh tubuhnya.

Saat ia menatap sekelilingnya, cahaya lembut matahari menembus celah-celah tenda, menghangatkan wajahnya yang letih. Suara gemerisik daun dan kicauan burung di kejauhan menjadi latar belakang yang menenangkan, membiarkan pikirannya sesaat melayang dalam kedamaian alam. Namun, di balik ketenangan pagi itu, semangat yang kembali menyala mulai menyelinap di benaknya, menyadarkannya akan sebuah temuan penting yang menantinya di dalam gua batu.—Sebuah batu prasasti berukuran besar, berdiri kokoh pada salah satu sudut di dalam Gua. Tempat ini berupa bukit batu yang telah ia temukan setelah menempuh perjalanan panjang dan melelahkan.

Perjalanan itu bukan hanya menguras fisiknya, tapi juga mental dan ketahanan dirinya. Badai, hujan, dan malam-malam penuh ancaman di hutan membuatnya meragukan setiap langkah yang ia ambil. Dengan perbekalan yang semakin menipis, setiap hari yang berlalu menjadi ujian, mengikis logistik dan daya tahannya sedikit demi sedikit. Namun, di balik segala kelelahan itu, ingatan tentang temuan batu Penjelajah tersebut memantik tekadnya, memberinya alasan untuk terus bertahan.

Ia menegakkan tubuh, merasakan otot-ototnya yang masih terasa kaku. Pagi ini, ia tahu bahwa penantiannya telah berakhir, dan waktunya untuk menjawab misteri di gua batu itu akhirnya tiba.

Satrio kemudian bergerak cepat untuk merapikan tenda. Ia menggulung kantong tidur dan menyimpan peralatan ke dalam tas, setiap gerakan diiringi oleh kesadaran akan waktu yang terus berjalan. "Aku tidak sabar, melihat reaksi mereka atas temuan baruku ini," gumam Satrio, tersenyum lebar.

Setelah semua barang siap, Satrio mengambil ponsel dan berusaha menghubungi timnya. Dengan jari-jarinya yang bergetar, ia membuka aplikasi panggilan video dan tak menunggu lama semua timnya pun bergabung.

"Gilang! Rio, Bayu! Lihat ini." Seru Satrio, menyiapkan beberapa foto untuk menampilkannya di layar ponsel.

"Hai, apa ini?" suara Gilang terdengar sangat antusias. "Ini prasasti kuno lagi?"

Terdengar suara Rio tertawa di ujung panggilan, "Aku tidak habis pikir, walau keras kepala, tapi selalu membawakan hasil luar biasa."

"Kau berada di dalam Gua?" Bayu bertanya, mengomentari gambar yang tampil di layar.

"Ya, ini aku temukan pada sebuah bukit batu," sahut Satrio. “Baiklah, teman-teman, simpan rasa puas itu. Saat ini kita punya beberapa simbol yang harus kita pecahkan." Satrio membagikan beberapa gambar yang ia ambil sebelumnya.

"Kita memiliki ukiran sebuah pohon besar, beberapa garis-garis melengkung dengan dua lingkaran di atasnya, dan beberapa pengembala yang menujuk ke arah lingkaran. Apa pendapat kalian tentang ini?” ungkap Satrio.

Gilang berpikir sejenak, kemudian menjawab, “Aku rasa pohon itu melambangkan sesuatu yang sakral. Mungkin terkait dengan persembahan atau penghormatan kepada dewa-dewa. Pohon sering kali menjadi simbol kehidupan.”

“Bisa jadi,” Bayu menambahkan. “Dan untuk dua lingkaran di atasnya, mungkin mereka menggambarkan siklus kehidupan atau kesuburan. Ada kemungkinan itu berhubungan dengan panen atau musim.”

Satrio mengernyitkan dahi. “Tapi, apa maksudnya dengan beberapa pengembala yang terlihat menunjuk ke arah dua lingkaran itu? Kenapa mereka melakukan itu?”

“Di situlah segalanya menjadi ambigu,” Gilang mengakui. “Kenapa pengembala harus menunjuk ke sana? Apakah mereka memperingatkan atau justru menunjukkan sesuatu yang penting?”

Rio mencuri perhatian dengan pandangan tajamnya. “Kalau boleh menambahkan, orang-orang zaman dahulu sering kali menentukan arah dengan berpatokan pada matahari atau bintang. Mungkin pengembala itu menunjukkan arah yang penting, seperti tempat pertemuan atau lokasi suci yang berhubungan dengan dua lingkaran itu.”

Satrio tampak merenung, menimbang semua informasi yang didapat. “Jika mereka menunjuk ke arah itu, mungkin ada yang harus kita cari di sana. Ini semakin membuatku yakin, batu ini sedang mengisahkan tentang sebuah suku yang jauh dari sini. Mungkin ada ritual atau tradisi yang mereka lakukan.”

Gilang dengan segera menambahkan, “Cukup, Tri! Penemuanmu sudah lebih dari cukup. Jangan buat kita kembali berdebat akan hal itu.”

“Aku setuju sama Gilang,” Rio menegaskan. “Sebaiknya, kamu segera menuju ke Pos Dua, Tri."

Beberapa hari belakangan ini, Satrio selalu berdebat dengan timnya. Bukan karena berbeda pendapat, melainkan karena ada kekhawatiran yang dirasakan oleh timnya terhadap kondisi Satrio.

“Jangan keras kepala, Satrio. Coba lihat perbekalanmu. Apa masih cukup?” Bayu menyela dengan nada khawatir. “Bahkan kita tidak tahu seberapa jauh lagi kamu harus berjalan.”

Satrio hanya terdiam, menghadapi dilema yang lebih rumit. Dalam hatinya, ia ingin melanjutkan perjalanan untuk mengungkap misteri yaNg menggelisahkan pikirannya, namun semua timnya menginginkan ia untuk segera kembali.

Dengan napas dalam, Satrio berusaha mencari kata-kata yang tepat. “Tapi, kalian tahu betapa pentingnya ini. Kita bisa mendapatkan informasi yang sangat berharga.”

“Tri,” Gilang memotong, “kesehatanmu lebih penting. Kita tidak ingin mengambil risiko yang lebih besar. Kita sudah sampai sejauh ini.”

Satrio merasakan tekanan dari semua arah. Ia mengalihkan pandang ke arah hutan dari balik mulut gua. Keinginan untuk menjelajahi semakin menguat, namun ia juga harus mempertimbangkan kondisinya saat ini.

“Berikan aku satu hari lagi,” pintanya, suaranya rendah. “Aku hanya butuh sedikit waktu untuk memastikan.”

Rio menggelengkan kepala, “Satrio, tolong dengarkan kita kali ini. Dengan sisa perbekalanmu saat ini, itu tidak akan cukup untuk sampai ke Pos Dua. Dan kamu masih harus melanjutkan ke Pos Satu.”

Sejenak suasana terhening, rasa gelisah dan cemas menggantung di udara. Dengan ragu, Satrio berkata, “Mungkin aku bisa berburu, atau memakan tumbuhan yang ada di hutan ini.”

Mendengar itu, Rio dan yang lain kompak bersuara, “Apa? Tidak-tidak!”

Bayu menambahkan dengan tegas, “Aku akui kamu handal di beberapa aspek. Tapi kamu buruk di bidang itu!”

Gilang pun ikut berkomentar, “Apa kamu lupa Tri? Saat kita di hutan, berapa kali kamu salah menilai mana yang bisa dimakan dan mana yang tidak. Bahkan kamu nyaris memakan buah beracun!”

“Aku tahu ambisimu besar, tekadmu kuat. Tapi gunakan logikamu Tri,” tambah Rio, nada suaranya berusaha menenangkan.

Kehangatan di antara mereka mulai mengendur, dan Satrio merasakan beban di pundaknya semakin berat. Ia menatap wajah-wajah khawatir teman-temannya. Di dalam hatinya, ragu semakin menggerogoti keinginannya untuk melanjutkan pencarian.

“Baiklah,” akhirnya ia mengalah. “Aku akan mempertimbangkan semua ini.” Meskipun Kata-katanya terdengar mantap, dalam hati ia merasa bimbang. Keputusan untuk kembali bukanlah yang ia inginkan, namun ia tahu betapa pentingnya kekhawatiran timnya.

1
Muslimah 123
1😇
Delita bae
salam kenal jika berkenan mampir juga👋👍🙏
Delita bae: iya , mksh semangat ya 😇💪👍🙏
Msdella: salam kenal kak.. wih banyak karyanya kak.. nnti aku baca juga kak
total 2 replies
miilieaa
haloo kak ..sampai sini ceritanya bagus kak
lanjut nanti yah
Msdella: Hallo.. Terima kasih kak.. Siap, kak. nanti saya update sampe tamat
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!