Rere Anita, sungguh tidak menyangka kalau sang suami yang selama ini mengaku lemah syahwat ternyata memiliki selingkuhan dan anak yang sudah besar.
Mendapati fakta itu membuat Rere sakit hati karna uangnya telah banyak habis untuk menyembuhkan Sang suami yang mengaku lemah syahwat itu.
Hingga Rere mencari sosok pria bayaran yang harus bisa membantu dirinya balas dendam, dengan kekayaan Rere sebagai pancingan.
"Aku hanya membutuhkan pria m0k0nd0 saja, karna hanya untuk memuaskan aku dalam hal ranjang dan haus dahaga akan pengkhianatan suamiku." ucap Rere dengan sangat angkuh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Madumanis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 20
Tubuh Rere meringkuk bagaikan udang di sofa, ia terus memegang perutnya sambil merasakan sakit yang semakin terasa saja. Menunggu Galih yang ntah pergi kemana hanya saja Rere sudah tidak sanggup merasakan sakit yang luar biasa lagi.
Suara pintu terbuka membuat Rere menjadi sangat lega, ia menatap kearah Galih yang berjalan menuju kearahnya. Pria itu berlari kencang kearah Rere mungkin karena terkejut melihatnya sudah meringkuk seperti udang.
“Maafkan lama, Baby. Tadi macet, sudah begitu aku bingung mau cari dimana obat untuk lambung tadi.” Galih menjelaskan alasannya sambil memapah tubuh Rere untuk bangkit.
Melihat Rere yang lemas seperti itu membuat Galih menjadi tidak tega, jadinya Galih membawa tubuh Rere untuk duduk di pangkuannya. “Bersandar pada dadaku, akan menyuapimu makan nanti..” Katanya.
Rere tanpa ragu menyandarkan kepalanya yang sangat berat untuk diangkat. Galih membuka kantong plastik yang ia bawa, tidak kesulitan sedikitpun sekalipun ada Rere yang duduk di pangkuannya.
“Seperti inilah baru namanya pria, selalu melakukan hal sebisa mungkin. Kau sungguh mempesona, Galih.” Puji Rere meskipun suaranya sudah terdengar parau karena lemas.
Pujian Rere membuat Galih menjadi terhenti dari aktivitasnya, ntah mengapa sedikit menyentil dihatinya. “Kau tahu, tidak ada yang peduli disaat aku senang atau bahkan sedih. Semuanya hanya menuntut diriku untuk selalu bisa melakukan hal yang mereka inginkan,” Rere menumpahkan segala kesedihannya.
“Aku hanya memiliki Nenek saja, Galih. Tapi bahkan dia tidak pernah mau tau tentang hal apa yang aku hadapi. Apa lagi Saka..”
Galih mengelus punggung belakang Rere agar wanita itu lebih tenang, mendengar fakta itu membuat perasaan Galih menjadi sedih. “Lain kali kau tidak boleh egois pada dirimu sendiri, Rere. Semua hidupmu tidak berputar pada keinginan orang serta kemauan orang-orang itu.”
“Kau juga punya hak penuh atas hidupmu sendiri, lain kali.. Pikirkan perasaan mu dulu baru orang-orang itu, hal seperti itu yang aku inginkan untuk kau lakukan segera.” Jelas Galih pada Rere sampai wanita cantik yang berada di pangkuannya termenung mendengar semua itu.
Galih menangkup wajah cantik Rere, ia tersenyum sangat manis pada kecantikan Rere yang sangat luar biasa menurutnya. “Yakinlah, kau memiliki aku sekarang dalam setiap langkahmu. Ambil apapun langkah yang ingin kau lakukan, aku akan mendukung mu selalu!” Ucap Galih dengan sangat tegas.
Ntah mengapa Rere tidak ragu sama sekali, ia mengangguk mantap seolah percaya dengan apa yang Galih janjikan. Disaat itulah kembali Galih mengambil bungkus makanan yang ia beli tadi. Dengan sangat telaten Galih menyuapi Rere yang duduk di pangkuannya, memperlakukan Rere selayaknya anak kecil.
Rere menikmati setiap suapan dari Galih dengan sangat baik, sambil sesekali mendengar cerita lucu dari Galih. Tidak ada yang Rere pikirkan kecuali perasaan tenang serta damai yang tidak pernah ia rasakan sebelumya. Perasaan seperti ini hanya Rere rasakan disaat duduk berdua dengan Galih, dan itu saat ini.
Selesai makan Galih memberikan sebutir obat ditangan Rere, ia menurunkan wanita itu dari pangkuannya untuk mengambil segelas minum. Kepergian Galih membuat Rere menatap sebutir obat tersebut, ia tidak tahu cara menelan pil tersebut.
“Kenapa hanya ditatap begitu?” Tanya Galih, pria itu berdiri dengan tangan menyerahkan gelas pada Rere.
“Aku..” Rere malu mau jujur akan apa yang sebenarnya terjadi, ini sangat memalukan baginya.
“Aku? Aku apa?” Galih bertanya, ia duduk di samping Rere yang menunduk. “Kau tidak bisa minum obat dengan cara menelan langsung?” Tanya Galih akan apa yang ia duga.
Seketika Rere langsung mengangguk mantap, bagaimana lagi tidak bisa disembunyikan terus menerus bukan. Tanpa diketahui oleh Rere yang sebenarnya Galih sedikit tertawa mendapati fakta itu.
“Aku akan menghancurkan pil itu di sendok, begitukah caramu meminum obat?”
“Iya, kau bisa melakukannya?”
Galih mengambil sendok, menaruh sedikit air disana dan juga pil besar yang tidak akan bisa Rere telan hidup-hidup.
“Tentu saja bisa, kalau untukmu.. Semua yang tidak bisa akan aku lakukan sebisanya.” Jawaban Galih langsung mendapatkan pukulan maut dari Rere.
“Wah.. Sudah sembuh ternyata, pukulannya sakit,” Katanya, seketika Rere serta Galih tertawa bersamaan.
Melihat Rere yang tertawa lepas seperti itu membuat perasaan Galih menjadi sangat damai. Jangan sampai ada kesedihan lagi diwajah cantik itu, Galih tidak suka melihat semua itu.
~
Rere sudah dua kali jauh lebih baik setelah meminum obat, dan juga makan yang banyak tadi. Sekarang Rere sedang berada didalam kamar sementara Galih sedang mandi di bathroom. Pandangan mata Rere menyusuri setiap area kamar yang bernuansa manly, melihat barang-barang yang terpajang di setiap sudut.
“Setiap barang yang digunakan Galih terlihat mahal dan mewah, dimana ia mendapatkan uang untuk membeli semua itu?”
Angin kencang membuat pintu yang menuju balkon terbuka, membuat Rere terkejut saja. Ternyata sudah hujan deras, Rere menuju pintu tersebut untuk menutupnya agar tidak basah karena hujan.
“No, jangan lakukan itu..” Ucap Galih secara tiba-tiba membuat Rere terkejut.
Galih langsung berjalan cepat menuju pintu balkon, angin memang bertiup sangat kencang bahkan Galih saja sedikit kesusahan untuk mengunci pintu. Sementara Rere masih menatap bingung Galih yang tidak mengizinkan dirinya melakukan hal itu tadi.
“Anginnya kencang sekali, aku tidak mau kau sakit lagi nanti.” Jelasnya.
Ayolah hal sekecil itu saja sudah berhasil membuat perasaan Rere menjadi berbunga-bunga. Tapi, Rere menepis segala perasaan itu karena ia sadar hubungan mereka berdasarkan kontrak dan kepentingan masing-masing.
“Kau tidak mandi?” Pertanyaan Galih membuat Rere tersadar dari lamunannya.
Rere berjalan menuju Galih yang hanya memakai handuk dibagian bawah saja. Tubuh bagian atas terlihat nyata dan menggoda, Rere terus memperhatikan setiap jengkal tubuh tegap Galih.
“Tidak ada adegan panas untuk malam ini, Tuan Galih?” Tanya Rere dengan tatapan penuh menggoda.
Sampai Galih tertegun ditatap seperti itu oleh Rere, ia berusaha untuk tetap waras. Rere baru saja sembuh, tidak mungkin sudah bisa diajak untuk melakukan hubungan panas.
“Jangan menggodaku, Baby. Aku sedang menjaga kesehatan mu malam ini..” Tolak Galih mentah mentah tapi malah alasan itu membuat Rere tertawa.
“Aku saja tidak mau menjaga kesehatanku untukmu malam ini, Galih. Yakin tidak mau melakukannya?” Tanya Rere dengan kedua alis naik turun menggoda Galih yang susah payah menahan segala hasrat.