Cerita ini mengisahkan tentang diri seorang pendekar muda bernama Lin Tian. Seorang pendekar pengawal pribadi Nona muda keluarga Zhang yang sangat setia.
Kisah ini bermula dari hancurnya keluarga Zhang yang disebabkan oleh serbuan para pendekar hitam. Saat itu, Lin Tian yang masih berumur sembilan tahun hanya mampu melarikan diri bersama Nona mudanya.
Akan tetapi sepertinya keberuntungan sedang tidak berpihak kepada pemuda itu. Lin Tian terpaksa harus berpisah dengan sang Nona muda demi menyelamatkan nyawa gadis tersebut.
Dari sinilah petualangan Lin Tian dimulai. Petualangan untuk mencari sang Nona muda sekaligus bertemu dengan orang-orang baru yang sebagian akan menjadi sekutu dan sebagian menjadi musuh.
Kisah seorang pengawal keluarga Zhang untuk mengangkat kembali kehormatan keluarga yang telah jatuh.
Inilah Lin Tian, seorang sakti kelahiran daerah Utara yang kelak akan menggegerkan dunia persil
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adidan Ari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6. Pelarian
Sudah sehari semalam Lin Tian bersama Zhang Qiaofeng berlari terus menuju ke arah selatan. Selama itu pula tidak ada suara yang terdengar dari mulut Zhang Qiaofeng, sekalimya terdengar hanyalah suara tangisnya yang memecah kesunyian diantara mereka berdua.
Lin Tian pun juga bingung hendak berbuat apa, sehingga dirinya hanya bisa diam sambil terus memimpin jalan.
Pagi hari itu di sebuah hutan lebat, ketika matahari kira-kira berada setinggi empat puluh lima derajat, Lin Tian tiba-tiba menghentikan larinya. Dia menengok ke kanan kiri untuk memeriksa keadaan sekitar sejenak, lalu dia membalikkan tubuh dan berkata "Nona sebaiknya kita istirahat terlebih dahulu, area ini saya rasa cukup aman untuk kita berdua jadikan tempat istirahat sejenak setelah seharian penuh terus berlari dari kejaran musuh."
"Silahkan Nona beristirahat terlebih dahulu, saya akan mencarikan makanan untuk kita berdua." Sambungnya.
"Hm..." Hanya deheman dan anggukan kepala yang menjadi jawaban dari Zhang Qiaofeng, matanya sembab karena terlalu sering menangis dan depresi.
Lin Tian sangat prihatin dengan keadaan Nona mudanya. Tanpa bicara lagi, ia lalu melesat masuk ke dalam hutan untuk mencari makanan.
Tak lama kemudian, Lin Tian kembali dengan membawa dua ekor ayam hutan yang lumayan gemuk dan beberapa ranting kering untuk membuat api.
Ketika Lin Tian sibuk membolak-balikkan ayam itu, tak ada percakapan apapun diantara mereka, hanya keheningan dan kesunyian hutanlah yang menemani mereka.
"Tian'er..." Tiba-tiba Zhang Qiaofeng berkata.
"Ya, Nona?" Sahut Lin Tian cepat yang diam-diam merasa senang karena Zhang Qiaofeng sudah mau untuk bicara lagi dengannya.
"Keluarga Zhang sudah hancur, dan untukmu tak ada lagi kewajiban untuk terus melindungi ku. Kau kubebaskan Tian'er, pergilah kemanapun kau mau, aku bukan lagi Nona mudamu yang dulu." Ucapnya serak menahan tangis sambil tersenyum getir memandang kepada Lin Tian.
Lin Tian membulatkan matanya mendengar pernyataan ini. Wajar jika dia terkejut, pasalnya sebelum para penyerang menyerbu kediaman pemimpin, gurunya Zhang Jun beserta seluruh pendekar yang berada disana saat itu mempercayakan keselamatan Zhang Qiaofeng pada dirinya seorang.
Jika dia dibebas tugaskan menjadi pengawal pribadi Zhang Qiaofeng, lantas bagaimana dia bisa memenuhi permohonan para pendekar dan gurunya itu? Apakah dia hendak menghianati kepercayaan mereka? Tentu saja tidak!! Pikir Lin Tian.
"Nona, selama anda masih hidup, keluarga Zhang tak akan pernah mati. Pula anda tahu sendiri bahwasannya sebelum kita berdua pergi meninggalkan keluarga Zhang, guru telah memohon padaku untuk selalu melindungi Nona. Jika saya dibebaskan-"
"Tian'er, tolong jangan membantah dan turuti perkataanku!! Pergilah, aku berharap kita bisa bertemu dan berkumpul kembali seperti sedia kala." Potong Zhang Qiaofeng cepat sebelum Lin Tian menyelesaikan ucapannya.
Lin Tian lalu menundukkan kepalanya dalam-dalam lalu berkata lirih "Nona, apakah...kau hendak membuangku karena aku telah gagal untuk melindungi keluarga, terlebih Tuan dan Nyonya?"
Zhang Qiaofeng kaget mendengar hal ini, dia menghela nafas panjang lalu menggeser posisi duduknya untuk mendekat kearah Lin Tian. Kemudian dia menggerakkan tangan mengelus kepala Lin Tian yang sedang tertunduk itu.
"Kau salah paham Tian'er bukan begitu maksudku. Tian'er jujur saja kau sudah ku anggap sebagai keluargaku sendiri selama ini, aku menyanyangimu karena itulah aku menyuruhmu pergi. Jika kau pergi dari sini sekarang, aku yakin kau pasti akan selamat dari kejaran para musuh dan jika kau kubebaskan sebagai pengawal pribadiku, kau tak perlu repot-repot untuk membalas dendam keluarga Zhang ini."
"Biarkan aku saja yang menanggung semua ini Tian'er, sekali lagi kuminta kepadamu, pergilah!! Jadilah seorang pendekar kuat dan lukis namamu di dunia persilatan sebagai seorang budiman yang selalu menolong kaum yang tertindas. Kalau hari ini aku bisa selamat dan masih hidup hingga masa itu, aku berjanji akan mencari dan menemuimu. Namun jika aku akan mati hari ini...setidaknya aku akan tersenyum dalam kuburanku melihat kegagahanmu, Tian'er." Jelas Zhang Qiaofeng panjang lebar kepada Lin Tian.
Lin Tian tak kuasa untuk menahan air matanya, dia menangis sesenggukan mendengar perkataan Nona mudanya barusan. Tak mungkin dia akan tega meninggalkannya sendirian di tengah kekacauan ini, tak mungkin dia akan tega untuk membiarkan seorang gadis muda ini untuk menanggung semua kepahitan dan penderitaan hidup akbiat hancurnya keluarga terkasihnya.
"Nona..." Ucapnya bergetar diantara tangisannya sambil menengok wajah Nona mudanya.
"Haha...seorang laki-laki tak boleh menangis." Hibur Zhang Qiaofeng sambil tersenyum lembut dan mengusap air mata Lin Tian.
Tiba-tiba Lin Tian berlutut di depan Nona mudanya dan berkata lantang. " Tidak Nona!! Kali ini saya akan menolak perintah Nona!! Saya sudah berjanji kepada guru dan kepada diri sendiri untuk selalu menjaga dan menjamin keselamatan Nona, jika saya pergi, harga diri saya sebagai seorang pendekar dan sebagai seorang lelaki akan tercoreng karena telah mengkhianati ucapannya sendiri."
"Walau anda akan memotong kedua tangan saya sekalipun karena telah membangkang, saya akan tetap berjalan disamping Nona dan akan menanggung penderitaan ini bersama-sama. Tak akan pernah saya tinggalkan anda sendirian di dunia ini dengan penuh penderitaan dan kesengsaraan!! Saya bersumpah!!" Lanjut Lin Tian dengan suara lantang dan penuh keyakinan.
Mendengar ucapannya ini, Zhang Qiaofeng menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Dia terharu telah memiliki seorang pengawal yang begitu setia dan berjiwa gagah seperti Lin Tian, tak terasa dua titik air mata lolos dari kelopak matanya.
"Benarkah itu...?" Tanya Zhang Qiaofeng memastikan.
"Tentu saja Nona, saya akan menjadi pedang dan perisai bagi anda dan nyawa ini siap saya korbankan jika itu untuk keselamatan anda Nona."
Kemudian Zhang Qiaofeng langsung mengangakat pundak Lin Tian dan memeluknya erat sambil menangis.
"Terimakasih Lin Tian...Terimakasih..." Ucapnya disertai air mata yang sudah tak dapat dibendung lagi.
*******
Selesai makan dua ayam hutan itu, Lin Tian dan Zhang Qiaofeng lalu segera bersiap untuk kembali melanjutkan perjalanan menuju selatan.
Akan tetapi tiba-tiba Lin Tian mendengar suara berdesing tak jauh dari mereka disusul berkelebatnya bayangan-bayangan hitam yang mengarah ke punggung Zhang Qioafeng.
"Awass Nona!!" Lin Tian hendak menghadang bayangan-bayangan itu namun sudah tak sempat lagi.
"Tring-triing-triing"
Ternyata Zhang Qiaofeng sudah membalikkan tubuh dan menangkis bayangan-bayangan hitam itu dengan kedua belatinya.
Lin Tian menghela nafas lega melihat Nona mudanya baik-baik saja. Sedetik kemudian dia mengarahkan pandang matanya kearah bayangan-bayangan tadi yang ternyata adalah tiga buah senjata rahasia berbentuk jarum tipis berwarna hitam.
Kemudian Lin Tian langsung mencabut pedangnya dan memasang kuda-kuda sempurna. Matanya memandang waspada kearah datangnya tiga buah bayangan tersebut. Begitupun dengan Zhang Qiaofeng yang sudah bersiap dengan menyilangkan kedua belatinya di depan dada.
"Siapa disana!??" Bentak Zhang Qiaofeng ke arah semak-semak di belakangnya.
"Hehehe...tidak buruk...tidak buruk." Terdengar suara terkekeh lalu diikuti munculnya tiga orang yang berumur kurang lebih enam puluhan tahun.
Orang pertama yang berada paling kiri rambutnya sudah putih semua, matanya dalam dan kulitnya sudah keriput, orang ini memegang sebuah tongkat baja di tangan kanannya. Orang kedua yang berada ditengah rambutnya juga sudah putih semua namun keriputan di wajah orang ini lebih sedikit dibanding orang pertama. Orang ini juga memegang sebuah tongkat baja namun berada di tangan kiri.
Orang ketiga yang berada di sebelah kanan terlihat yang berumur paling tua diantara mereka. Wajahnya penuh keriput dan tubuhnya kurus kering seperti sebuah tulang yang hanya dibungkus kulit. dipunggungnya terdapat sebuah gendewa lengkap dengan anak panahnya sedangkan dipinggangnya terdapat sebuah golok besar.
"Hmm...kakak pertama, ternyata seorang pengawal yang ditakuti oleh pemimpin hanyalah bocah ingusan ini? Cih...bocah cebol ini apanya yang perlu ditakutkan?" Cibir orang pertama sambil melirik sinis ke arah Lin Tian.
"Hehehe...aku sih tidak begitu peduli dengan bocah itu, yang menarik perhatianku saat ini adalah setangkai bunga harum yang ada disebelahnya, hmm....heheh" Ucap orang kedua dengan pandang mata kurang ajar kepada Zhang Qiaofeng sambil menjilati bibirnya sendiri.
"Huh jangan banyak omong!! segera urus mereka!!" Bentak orang ketiga yang dipanggil kakak pertama sambil menunjukkan jari telunjuknya ke arah Lin Tian dan Zhang Qiaofeng.
"Dengan senang hati...!!" Teriak orang pertama dan kedua berbarengan.
Orang pertama yang paling kiri langsung mengincar Lin Tian, sedangkan orang kedua langsung menubruk ke arah Zhang Qiaofeng.
"Sialan...!!" Teriak Zhang Qiaofeng sambil menahan serangan orang tua mesum itu. Dia mainkan ilmu silat warisan keluarga yang bernama 'Paruh Tajam Burung Walet', seperti namanya ilmu ini mengandalkan kelincahan dan keceapatan. Ilmu ini sangat cocok untuk Zhang Qiaofeng yang memang ahli dalam meringankan tubuh dan bersenjatakan sepasang belati.
*******
Seperempat jam berlalu dan kedua orang tua itu sudah mulai terdesak, akan tetapi orang ketiga hanya tetap santai menonton dari pinggir.
"Apa-apaan ini, mereka kuat!!!" Batin orang yang menyerang Lin Tian dengan perasaan terkejut.
"Tak kusangka seorang gadis yang kelihatan begini lemah lembut akan selihai ini." Batin orang yang menyerang Zhang Qiaofeng dengan perasaan yang tak kalah terkejutnya.
"Kakak pertama tolong kami!!" Tiba-tiba mereka berteriak dan menolehkan kepala kepada orang yang masih santai menonton itu.
Orang yang mereka panggil kakak pertama hanya mendengus dan membentak. "Dasar orang-orang tiada guna!! melawan seorang bocah saja kalian tidak becus, lebih baik mati saja sana!!" Sambil berkata demikian, kakek ini menggerakkan goloknya dan tercipta sebuah tebasan jarak jauh yang langsung memotong kepala kedua orang tersebut.
Lin Tian dan Zhang Qiaofeng kaget sekaligus heran, tak mereka sangka bahwa orang yang kelihatan paling lemah itu memiliki kekuatan sehebat ini. Tahulah mereka jika sesungguhnya dari ke tiga orang tersebut, orang inilah yang terkuat.
"Dasar iblis!! Kau membunuh rekan-rekanmu sendiri!??" Tanya Zhang Qiaofeng sambil membentak disertai rasa ngeri.
"Cih, orang-orang seperti mereka tak ada gunanya dibiarkan untuk bernafas lagi. Pula jika aku bisa membawa kepala kalian seorang diri tanpa bantuan mereka, ketua pasti akan memberiku hadiah yang melimpah....Hahaha!!"
"Dasar gila." Gumam Lin Tian yang diam-diam merasa ngeri juga menyaksikan kakek di depannya ini.
"Hahaha....bersiaplah!!" Kakek ini sudah menerjang maju dengan golok di tangan kanan dan gendewa di tangan kiri.
Lin Tian dan Zhang Qiaofeng agak heran juga melihat kakek itu memegang gendewa untuk digunakan sebagai senjata jarak dekat. Namun mereka tidak mempedulikannya dan langsung menerjang pula ke depan.
"Traaang!!"
Terdengar suara nyaring ketika golok di tangannya bertemu dengan pedang Lin Tian.
"Swiing-swiiingg"
Disusul dengan lemparan beberapa pisau dari Zhang Qiaofeng yang sudah berpindah tempat ke belakang kakek itu. Kakek itu hanya tersenyum sinis sambil menghindarkan dirinya ke kanan, ketika menghindar dia juga mengirimkan sebuah tendangan kaki kiri kearah perut Lin Tian.
Akan tetapi Lin Tian mampu menghindari serangan kaki itu dengan membuang dirinya ke belakang, hal ini ia lakukan juga untuk menghindarkan diri daripada pisau-pisau Zhang Qiaofeng yang karena kakek itu telah menghindar sehingga secara otomatis pisau-pisau itu menuju kearah mukanya.
"Haaaa!! tring-trang!!" Kakek itu ternyata sudah bangkit kembali dan langsung menebaskan goloknya kearah Zhang Qiaofeng, namun karena gerakan refleks gadis ini sudah cukup terlatih, dia bisa melihat arah tebasan golok itu dan mampu menangkisnya.
Secepat kilat Lin Tian bangkit dan ikut menerjang kakek itu. Dari belakang, Lin Tian membacokkan pedangnya bertujuan untuk membelah punggung kakek itu.
Namun serangannya ini sia-sia belaka, kakek itu kembali membuang dirinya kesamping untuk menghindari serangannya, setelah itu terdengar tawa menggelgar dari bibir yang sudah keriput itu.
"Hahahaha....pantas saja dua orang babi itu tak bisa mengalahkan kalian, ternyata kalian cukup hebat untuk anak seumuran kalian hahahah!!"
"Baiklah...aku tak akan main-main lagi kali ini." Lanjut kakek itu yang tiba-tiba nada bicaranya berubah menjadi dingin dan menyeramkan.
Kemudian dia menggerakkan tangan kirinya yang memegang gendewa dan mengambil satu anak panah dari punggungnya. Kemudian dia menembakkan anak panah tersebut dengan cara yang sangat luar biasa.
Kakek itu menarik tali gendewa yang sudah terpasang anak panah dengan giginya!! Yang lebih mengejutkan lagi, tembakan anak panah itu tak kalah kuatnya bahkan lebih kuat dibandingkan dengan tembakan anak panah yang ditembakkan dengan tangan.
Melihat hal itu, Lin Tian melompat ke depan Nona mudanya dan menebas anak panah itu menjadi dua. Baru saja anak panah yang terbelah itu menyentuh tanah, kakek itu sudah menerjang kembali dengan kecepatan penuh.
*******
Setengah jam berlalu, Zhang Qiaofeng dan Lin Tian sudah mengalami luka-luka dan kelelahan. Apalagi Lin Tian, anak ini selain menyerang juga harus menjadi 'perisai' bagi Nona mudanya sehingga luka di tubuhnya lebih parah daripada Zhang Qiaofeng.
Nafas Lin Tian sudah memburu tak karuan, wajahnya mulai pucat akibat kehabisan darah. Ditambah luka dari pertempuran kemarin yang belum sembuh benar membuat tubuh Lin Tian semakin terasa sakit dan menyiksa.
Di lain pihak, kakek itu juga telah mengalami beberapa luka ditubuhnya namun hanyalah luka ringan yang tidak berarti apa-apa.
Walaupun Lin Tian sudah terluka parah seperti itu, namun saat ini dia telah mengetahui kelemahan dari sang musuh.
Lin Tian lalu membisikkan sesuatu kepada Zhang Qiaofeng tentang rencana untuk mengalahkan kakek didepannya. Lin Tian sudah menemukan satu kesempatan yang membuat pertahanan kakek itu menjadi sedikit longgar, satu kesempatan yang jika mereka gagal hanya kematianlah yang akan menghampiri mereka.
"Apa kau yakin?" Tanya Zhang Qiaofeng sambil berbisik pula.
"Saya yakin Nona, namun jika kita gagal, maka kita tak akan pernah lagi untuk bisa melihat hari esok."
"Baiklah, ayo kita lakukan." Jawab Zhang Qiaofeng yang sepenuhnya yakin dengan rencana Lin Tian.
Setelah berkata demikian Zhang Qiaofeng lalu melesat kearah kanan kakek itu dan mengincar golok besar tersebut.
"Heheh...percuma saja gadis kecil."
"Hiaaaatt!! triiiingg!!" Terlihat bunga api berterbangan ketika belati Zhang Qiaofeng menghantam golok kakek itu.
Lin Tian langsung melesat cepat kearah kiri kakek itu dan mengincar gendewa yang sudah terisi sebuah anak panah.
Seperti dugaan Lin Tian, kakek itu langsung menggigit tali gendewa dan melepaskan anak panah kearahnya. Namun kali ini Lin Tian tidak menebas anak panah itu tetapi dia melompat tinggi keatas untuk menghindar.
Saat dia sedang melayang di udara, Lin Tian lalu memutar tubuhnya dan menukik tajam ke bawah dengan posisi kaki di atas dan pedang di bawah mengincar ubun-ubun kakek itu.
Inilah celah yang dimaksud Lin Tian, entah apa teknik yang dia gunakan, intinya setelah dia melepaskan anak panahnya menggunakan gigi, selama beberapa saat tubuhnya tak akan biisa bergerak seperti patung. Kesempatan inilah yang dimanfaatkan oleh Lin Tian untuk menusuk kepala kakek itu.
"Bajinga- creepp" Belum selesai umpatan kakek itu, pedang Lin Tian sudah menembus otaknya dan dia tewas seketika.
"Bruukk!!" Karena saking lelahnya, Lin Tian tak mampu mendarat dengan benar dan akibatnya dia jatuh tersungkur di tanah.
"Tian'er!!" Zhang Qiaofeng menghampiri Lin Tian lalu membantunya bangkit.
"Huh...huh.. aku tak apa Nona, sekarang kita harus cepat pergi dari sini."
Zhang Qiaofeng sebenarnya merasa sangat kasihan dengan kondisi Lin Tian, namun dia juga sadar seandainya mereka tetap berdiam di tempat ini, para pengejar pasti akan segera menyusul mereka. Jika hal itu terjadi, Zhang Qiaofeng tak mampu lagi membayangkan apa yang akan terjadi dengan dia dan pengawalnya.
Akhirnya, Zhang Qiaofeng menuruti perkataan pengawalnya dan segera beranjak dari tempat tersebut.
"Baiklah ayo"
|•BERSAMBUNG•|