Ariana tak sengaja membaca catatan hati suaminya di laptopnya. Dari catatan itu, Ariana baru tahu kalau sebenarnya suaminya tidak pernah mencintai dirinya. Sebaliknya, ia masih mencintai cinta pertamanya.
Awalnya Ariana merasa dikhianati, tapi saat ia tahu kalau dirinya lah orang ketiga dalam hubungan suaminya dengan cinta pertamanya, membuat Ariana sadar dan bertekad melepaskan suaminya. Untuk apa juga bertahan bila cinta suaminya tak pernah ada untuknya.
Lantas, bagaimana kehidupan Ariana setelah melepaskan suaminya?
Dan akankah suaminya bahagia setelah Ariana benar-benar melepaskannya sesuai harapannya selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jum'at berkah I
"Sudah bangun rupanya," cibir Andi pada sang putra yang baru saja keluar dari kamarnya.
Penampilannya masih sedikit berantakan. Ia ingin pulang ke rumah dan segera membuat surat pengunduran diri. Ia khawatir kalau terlambat sedikit saja, maka calon mantan mertuanya itu akan mengeluarkan surat pemecatan. Hal itu tentu berbahaya sebab dengan dikeluarkannya surat pemecatan, itu sama saja benar-benar mematikan karirnya. Sebab bila surat itu keluar, maka kecil kemungkinan ia bisa kembali bekerja di rumah sakit lagi.
Tanpa surat pemecatan saja, Danang sadar ia pasti akan mendapatkan kesulitan memasukkan lamaran pekerjaan ke rumah sakit lain sebagai buntut dari persoalan video perselingkuhannya yang viral, apalagi bila ia mendapatkan surat pemecatan. Bisa-bisa karirnya benar-benar mati. Sementara ia tidak memiliki kemampuan lain selain keterampilannya di dunia medis.
Melihat tatapan sinis sang ayah membuat Danang hanya bisa menunduk lesu. Bahkan kedua orang tua yang selalu mendukung dirinya kini berbalik seakan membenci dirinya.
"Sekarang kau puas?" hardik Andi. "Puas sudah kehilangan karir dan mempermalukan orang tuamu?"
Andi merasa geram sebab dampak video viral itu bukan hanya kepada Danang dan Monalisa, tetapi dirinya juga. Entah bagaimana awalnya, yang pasti kini hampir semua orang mengetahui kalau Danang merupakan putra dirinya. Akibatnya, kredibilitas dirinya sebagai seorang dokter yang kompeten diragukan. Padahal yang berbuat kesalahan adalah putranya, tapi ia sebagai seorang ayah pun terkena imbasnya. Tapi memang begitulah kehidupan, anak yang salah, maka orang tua akan ikut menanggung akibatnya. Begitu pula sebaliknya, orang tua yang salah, maka anak-anak pun akan merasakan dampaknya.
"Maaf," cicit Danang.
Andi tersenyum sinis. "Pergi sana dan jangan pernah kembali kalau kau masih bersama perempuan itu!" tegas Andi.
"Yah, ayah tidak bisa begitu. Apa ayah tahu, Lisa sekarang sedang hamil. Lisa hamil anakku, cucu ayah. Aku sudah menikahi Lisa beberapa Minggu yang lalu," ujar Danang membuat Andi dan Soraya terkejut bukan main.
"Dasar anak durhaka! Pergi kau dari sini sebelum aku menghajar wajah sialanmu itu! Pergi!" teriak Andi dengan nafas memburu. Bahkan Soraya sampai terduduk lemas. Danang terkejut. Ia segera beranjak hendak mendekat, tapi Andi lebih dulu melarang dan kembali mengusirnya.
"Jangan pernah mendekati ibumu kalau kau belum menyadari kesalahanmu!"
"Salahku, salahku, kalian hanya bisa menyalahkan aku, tapi kalian tidak sekalipun ingin menjelaskan kenapa kalian begitu membenci Lisa? Apa salah Lisa? Kalian tahu, semua kekacauan ini pun ada andil kalian. Seandainya kalian tidak memintaku menikahi Ariana, semua pasti takkan menjadi seperti ini," balas Danang yang mulai terpancing emosi.
"Kau berani berteriak pada kami?" hardik Andi dengan mata membulat. "Danang, asal kau tahu, Lisa dan keluarganya itu bukan keluarga baik-baik. Kau tahu, gara-gara perempuan ular bernama Manisa itu, mamamu sampai --- " Andi menghentikan ucapannya saat terdengar suara istrinya yang tercekat.
"Ma, Mama ... " Melihat sang istri sesak nafas, Andi pun segera menggendong Soraya menuju kamarnya. Sepertinya asma sang istri kambuh karena terlalu banyak pikiran.
"Ma." Danang hendak ikut mengejar, tapi Andi lebih dulu melirik dan berkata, "pergi dari sini!" Setelah itu, mereka pun segera masuk ke dalam kamar meninggalkan Danang yang benar-benar kesal karena sang ayah belum sempat mengatakan alasan mereka membenci Monalisa.
...***...
Danang kembali ke rumahnya. Saat kembali, pintu masih terkunci dari dalam. Danang pun segera membuka pintunya dengan kunci cadangan yang ada pada dirinya. Baru saja pintu terbuka, Danang sudah dihadapkan dengan pemandangan yang begitu luar biasa.
"Apa-apaan ini? Lisa, apa yang sedang kau kerjakan, hah? Kenapa rumah berantakan seperti ini? Dan ini ... Astaga, kenapa kau memecahkan semua barang di ruang tamuku!"
Danang berteriak marah. Monalisa yang saat itu masih tertidur pun segera membuka mata saat mendengar suara berisik dari ruang tamu.
"Ada apa sih, Mas? Pulang-pulang malah teriak-teriak. Apa Mas pikir ini di dalam hutan?" sahut Monalisa kesal sambil menguap.
Mata Danang terbelalak. Padahal jarum jam sudah menunjukkan pukul 9, tetapi ternyata Monalisa baru saja bangun dari tidurnya.
"Kau baru bangun? Astaga, bagaimana aku bisa lebih memilih perempuan sepertimu dibandingkan Ana?" gumamnya tidak percaya dengan sikap wanita pilihannya itu.
"Apa Mas? Apa kau bilang? Kau ingin mengatakan perempuan itu jauh lebih baik dariku, begitu?" Monalisa mendelik marah.
"Tapi memang kenyataannya begitu. Lihat, bahkan matahari sudah hampir di atas kepala, tapi kau baru bangun? Lalu ini, jelaskan kenapa ruang tamu ini begitu berantakan dan mengapa kau menghancurkan semua barang-barang ku? Apa kau sudah merasa kaya, hah?" teriak Danang.
Monalisa mengangguk salah tingkah. "Tapi ... tapi kamu nggak perlu marah begitu lah. Mas kan tahu, aku sedang hamil. Bawa'an hamilnya gitu, suka mood swing, bawa'an mudah letih, lemah, dan lesu. Sering ngantuk juga. Duh, aku laper banget ini, Mas. Kamu bawa makanan nggak?"
"Nggak. Aku aja belum makan. Masak sana. Aku laper," titah Danang yang langsung dibalas gelengan oleh Monalisa.
"Aku tuh bukannya nggak mau, Mas, tapi aku tuh lemes banget. Mana kalo kecium bau bawang itu rasanya mau muntah. Mas beli aja ya! Menu apa, terserah," ujar Monalisa beralasan.
Malas terus berdebat, Danang pun segera berlalu dari hadapan Monalisa. Monalisa pun tersenyum kegirangan.
...***...
Hari tak terasa begitu cepat berlalu. Sesuai rencana, akhirnya hari ini club' motor yang dikepalai oleh Athariq akan melakukan bakti sosial Jum'at berkah ke panti asuhan. Athariq dan teman-teman satu clubnya sudah bekerja sama dengan UMKM di bidang kuliner untuk menyediakan snack box. Mereka juga membeli sembako seperti beras, minyak, gula, telur, dan tepung terigu.
"Kakak serius mau ikut?"
"Iya. Memang kenapa?"
"Ya, nggak papa sih. Tapi itu kakak bawa apa?"
"Oh, ini peralatan medis. Kakak mau sekalian cek kesehatan sama anak-anak di panti. Sama ini nih, kakak kemarin beli pasta gigi dan sikat gigi untuk dikasi ke anak-anak. Oh ya, di mobil kakak juga ada buku dan alat tulis sama buku cerita anak," ungkap Ariana antusias.
Giandra tersenyum lebar melihat semangat sang kakak. Ternyata tidak sia-sia mengajak kakaknya kopdar malam itu sebab dengan begitu perlahan kakaknya pasti bisa melupakan segala permasalahannya dan bisa kembali ceria.
"Ya udah, kita berangkat bareng yuk. Tapi sebelum itu, kita ke rumah bang Ariq dulu ya."
"Lah, ngapain ke rumah dia dulu? Kenapa nggak langsung ke panti asuhannya aja?"
"Titik kumpulnya di sana, Kak. Dah yok, kita berangkat sekarang! Berarti kita pake mobil kakak ya!"
"Ya udah deh. Kamu yang nyetir!" Ariana lantas menyerahkan kunci mobilnya pada Giandra.
...***...
Kira-kira tembus 100 komen nggak ya? Kalo tembus, diusahakan update lagi entar malam..😁😁😁
Oh ya, othor mau tanya, rada lupa nih, sebelumnya othor udah kasi nama emaknya si Momon belum ya? Tadi othor pake nama Mirna.
...***...
...Happy reading 🥰🥰🥰...
Soale kan kandungan nya emang udah lemah ditambah pula,sekarang makin stress gitu ngadepin mantannya Wira
bukannya berpikir dari kesalahan
kalou hatinya tersakiti cinta akan memudar & yg ada hanya kebencian...