Asyifa di kirim oleh orang tuanya untuk mendalami ilmu agamanya di pesantren milik teman dari orang tua Asyifa, dan dengan sangat terpaksa Asyifa mengikuti kemauan orang tuanya.
Namun siapa sangka Asyifa malah mendapatkan jodoh di sana ?.
Siapa jodoh Asyifa ???
Saksikan kelanjutan ceritanya di dalam Novel yang berjudul Bertemu jodoh di pesantren.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nunung Siti Nurjannah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
"Ada tamu, katanya mau bertemu Bapak" jawab bi Tuti.
Karena Kyai Hasan sedang mandi maka Umi yang menemui tamu suaminya terlebih dahulu.
"Eh ternyata kalian yang datang" sapa Umi saat melihat ada pak Umar dan Istrinya di ruang tamu.
"Maaf Umi jika ke datangan kami mengganggu" ucap Ummah.
"Tidak mengganggu ko, tapi ada apa ya tumben datangnya pagi ?" tanya Umi yang mulai penasaran.
Pak Umar menjelaskan maksud ke datangannya ke pesantren dan juga ke rumah Kyai Hasan.
"Hmm saya kira Syifa tidak jadi libur karena harusnya minggu kemaren dia liburnya".
"Iya Umi kita juga kaget pas ada telepon dari pesantren yang bilang kalau Asyifa liburnya di mundurin, pas saya lihat tanggal ternyata besok dia berulang tahun" ucap Ummah.
"Ehh ada tamu ya" tegur Kyai Hasan yang baru ikut bergabung di ruang tamu.
"Ini Bah mereka ingin menambah hari libur Syifa karena ada saudara mereka yang mau menikah" jelas Umi pada Suaminya.
"Iya Kyai Kita mau minta izin bawa Syifa pulang lebih lama, tadi kata pengurusnya harus izin dulu sama Kyai" jelas Pak Umar.
"Ya sudah gak papa silahkan".
"Terimakasih pak Kyai" ujar pak Umar.
Pak Kyai menghubungi pihak informasi lewat sambungan telepon rumahnya agar membuat surat izin untuk Asyifa.
Bani dan Fariz menuruni tangga rumahnya secara bersamaan. mereka juga kaget dengan ke hadiran kedua orang tua Syifa.
Bani dan Fariz menyalami ke dua orang tua Syifa, setelah mendapat perintah dari Uminya.
"Kami pamit ya, ingin mengecek resto" ujar Fariz.
Dalam perjalanan ke resto.
"Kira - kira untuk apa ya keluarga Syifa datang ke rumah ?" tanya Fariz penasaran.
"Mana kakak tau, kenapa kamu tadi tidak bertanya langsung ke mereka" ketus Bani.
Fariz mendengus kesal mendengar jawaban kakaknya, pikiran Fariz bertreveling hingga ia tak berkonsentrasi dalam mengendarai mobilnya dan mengakibatkan Fariz menyenggol motor yang ada di sampingnya.
"Fariz kita menyenggol orang" Seru Bani panik.
"Astaghfirullah".
Bani dan Fariz keluar dari mobilnya, untungnya mereka bukan di jalan raya. tapi di gang jalan alternatif menuju restonya.
"Maaf pak, Bapak tidak papa ?" tanya Bani pada pengendara motor tesebut.
"Alahmdulilah tidak papa" jawab pria paruh baya yang tersenggol mobil Fariz.
Fariz mengecek kondisi motor bapak tersebut takut ada yang rusak, sedangkan Bani mengecek tubuh bapak tersebut takut ada luka.
"Bapak mau ke rumah sakit ?" tawar Bani.
"Nak bapak baik - baik saya, jadi tidak perlu ke rumah sakit, bapak jatuh karena bapak tak bisa mengendalikan motor bapak ketika belok dan ke betulan kalian belok juga, bapak tidak ke senggol mobil kalian ko" jelas pria paruh baya tersebut.
"Alhamdulillah motornya baik - baik saja". ucap Fariz.
"Terima kasih ya nak sudah nemolong bapak" ujar pria paruh baya tersebut.
"Maafkan kami yang sudah lalai dalam berkendara" ucap Fariz meminta maaf.
Sebelum melanjutkan perjalanan mereka, Bani memberi beberapa lembar uang dengan pecahan seratus ribuan kepada pria paruh baya tersebut. Awalnya Pria paruh baya tersebut menolak namun karena Fariz dan Bani terus memohon, akhirnya pria paruh baya tersebut menerimanya.
...*****...
Kyai Hasan mulai menceritakan maksud dirinya yang meneleponnya beberapa hari yang lalu. tak lupa juga kyai Hasan menceritakan peristiwa saat mengkhitbah Salwa. pak Umar dan Ummah merasa ikut perihatin dengan kejadian yang menimpa keluarga Kyai Hasan dan akan mempertimbangkan permintaan Kyai Hasan.
Pak umar dan istrinya kembali ke gedung utama pesantren dan ikuti oleh Umi dan Kyai Hasan, setelah mendapat surat Izin Pak umar menunggu anaknya di ruang tunggu.
Ustazah Sari mendapat tugas untuk memanggilkan Asyifa jika orang tuanya sudah menunggu. ustazah Sari mengetuk pintu kamar Asyifa.
"Ada apa ustazah ?" tanya Nayla yang membukaan pintu tersebut.
"Hmm Asyifa mana, orang tuanya sudah menjemput" jawab ustazah Sari.
Syifa berpamitan pada kedua temennya. mereka saling berpelukan, bahkan Nayla sampai menitikan air matanya.
"Hei gak usah lebay deh, senin pagi aku sudah kembali lagi" ucap Asyifa saat melihat temennya menangis.
Asyifa mengikuti langkah ustazah Sari sedangkan Nayla dan Mila masuk kembali ke asrasama untuk persiapan kegiatan hari ini.
Asyifa langsung memeluk ummahnya melepas rindu yang teramat dalam, dan juga memeluk sang Abi yang menjadi cinta pertama seorang anak perempuan.
"Kak Shela tidak ikut ?" tanya Asyifa yang tidak melihat keberadaan kakak iparnya.
"Kak Shela sedang berkunjung ke rumah orang tuanya kemungkinan besok baru kembali".jawab Ummah menjelaskan.Asyifa hanya mengangguk tanda ia mengerti.
Asyifa pamit ke Kyai Hasan Umi dan juga beberapa ustaz dan usatzah yang kebetulan ada diruangan tersebut.
Dalam perjalanan pulang Asyifa tak lepas dari pelukan sang ibu, karena Ummah begitu merindukan putri satu - satunya itu.
"Asyifa lapar bagaimana kalau kita mampir cari makanan ?" Asyifa begitu merindukan makanan luar pesantren, karena sudah satu bulan ia tidak pernah keluar dari pesantren.
"Boleh, tapi makan di mana ?" tanya balik Abi Umar.
"Hmm Ifa juga kurang tau" jawab Asyifa seraya berpikir. "Gimana kalau kita berhenti di resto yang ramai pasti di situ makanannya enak - enak".
"Boleh" jawan Abi Umar.
Sepanjang perjalanan Asyifa fokus ke arah luar memperhatikan. setiap resto atau rumah makan, dia mencari mana yang pengunjungnya agak ramai, namun karena masih jam sepuluh pagi maka resto juga belum banyak yang buka.
"Abi lihat resto Rafiz family lumayan ramai gimana kalau mampir di sana saja" seru Asyifa dengan penuh semangat.
"Sayang sudak lewat jalan masuknya, nyari di depan lagi aja ya" pinta Abi.
"Muter balik lagi aja kan bisa, pokoknya Asyifa mau di situ" ucap Asyifa.
Karena tidak mau berdebat dengan anaknya. Abi umar mencari tempat perputeran arah. sampai di parkiran resto Asyifa langsung turun dengan semangatnya.
"Sayang tunggu dulu Abi" tegur Ummah melihat anaknya yang sudah berjalan duluan.
Asyifa dan keluarga nya masuk ke dalam resto tersebut. suasana sangat sejuk dan tentunya tempat yang terkonsep membuat pengunjung semakin nyaman.
Keadaan resto tersebut tidaklah terlalu ramai Asyifa memilih tempat yang agak pojokan, biar tidak si lewati orang berlalu lalang.
"Silahkan tuan,nyonya dan nona mau pesen apa" ucap pelayan ramah.
Asyifa sibuk membaca dafat setiap menu makanan.
"Saya mau pancake dan minumnya maraschino" ucap Abi Umar.
"saya mau spaghetti bolognese dan minumnya vanilla latte". ucap Asyifa.
"Saya mau tuna sandwich dan minumnya vanilla latte juga". ucap Ummah.
Pelayan tersebut langsung mencatat semua pesenan pelangganya. "di tunggu sebentar ya" ucap pelayan tersebut.
Asyifa dan ke dua orang tuanya menunggu makanan mereka sambil bercanda dan bercerita tentang ke adaan rumah setelah Asyifa tinggal di pesantren.
Lima belas menit kemudian dua orang pelayan membawakan makanan dan minuman yang di pesan oleh keluarga Asyifa.
pelayan pertama menghidangkan makanan, dan menatanya sedemikian rupa di meja, namun pelayan ke dua hendak menyajikan minuman tanpa sengaja tangannya ke senggol oleh pengunjung hingga semua minuman itu terjatuh mengenai baju serta hijabnya Asyifa.
"Ada apa ini rame - rame" tegur seseorang.
.
.
.
.