Fiona dan Fiora, saudari kembar putri presiden. mereka sudah saling menyayangi sejak mereka masih kecil, saling membantu jika salah satu mereka kesusahan. tetapi saat mereka memasuki usia remaja, Fiora yang merasakan pilih kasih di antara mereka berdua, Fiona yang mendapatkan kasih sayang yang tulus dari kedua orang tuanya, sementara dia tidak pernah merasakan itu, hari demi hari berlalu kebencian di hati Fiora semakin memuncak karena suatu peristiwa saat dia berkelahi dengan Fiona. Fiora lari meninggalkan istana dengan air mata di pipinya akibat makian ayahnya, sampai detik itu dia tidak pernah kembali ke rumah mereka lagi.
Fiona yang merasakan perasaan bersalah di hatinya memikirkan saudaranya pergi yang tidak pernah kembali lagi, kini mereka sudah dewasa. Fiona mengambil ahli mengurus semuanya bersama Aaron. setelah beberapa waktu banyak terjadi penghianatan di negara itu yg mengakibatkan banyak korban jiwa, siapa menyebabkan itu semua? apakah orang yang paling mereka tidak sangk
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon strbe cake, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pertemuan Aaron dan Fiona
“selamat datang tuan.” para pengawal dan pelayanan berdiri berjejer di depan pintu, membungkukkan tubuh mereka sedikit, menyambut untuk tamu-tamu yang terus yang berdatangan melewati mereka.
Kevin menyapa para bangsawan dengan senyum lebar di wajahnya.
Robert yang berdiri di samping Kevin mengendong Fiona yang tertidur di pelukannya, ikut serta dalam menyambut para tamu.
“Ah, ternyata mereka sudah sampai.” Kevin bergumam melirik kearah Robert, kembali merapikan sedikit pakaiannya.
“sudah lama tidak berjumpa Marquis welson.” sapanya dengan senyum lebar di wajahnya, sambil mengulurkan tangan untuk berjabat.
Welson segera menjabat tangan Kevin, membungkukkan badanya sedikit.
“tuan Kevin, senang bertemu dengan anda kembali.” Ia pun melangkah kearah Robert, mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan sedikit canggung.
“tidak perlu, aku sedang mengendong putriku.” ucap Robert mempererat pelukannya kepada putrinya.
Welson tersenyum menganggukkan kepalanya, kembali menarik tangannya.
"ya tuan Robert, tentu saya mengerti.”
Sementara itu Rosella yang berdiri di tengah-tengah pesta hanya terdiam dengan sekeliling para bangsawan yang sedang mengobrol, pikirannya tidak tenang, memikirkan Fiora yang berada di kamar bersama pengasuhnya.
Gisella yang sudah jengkel, juga melirik Rosella dengan sinis, lalu kembali memakan makanannya dengan kunyahan cepat.
“Welson aku dengar-dengar istrimu telah melahirkan seorang putra apa itu benar atau hanya rumor.” tanya Kevin kepadanya.
“ah, itu benar tuan, aku dan istriku sudah memiliki seorang anak dan sekarang usianya menginjak 6 tahun.” balasnya.
“oh begitu, selamat atas kelahiran putramu Welson, mungkin aku mengucapkannya sudah cukup telat.” celetuk Kevin dengan tertawa pelan.
“tidak apa-apa tuan, saya tahu anda sangat sibuk, jadi wajar saja.” serunya terus tersenyum lebar.
Melihat para tamu sudah berkumpul, Kevin melirik kearah Robert menganggukkan wajahnya sedikit.
“aku pergi dulu, ada hal yang harus dilakukan.” Kevin pun segera meninggalkan Welson di belakang.
Kevin mulai mengambil posisi di tengah-tengah ruangan, diikuti oleh Robert dan juga lainnya berdiri di belakang Kevin, Ia berdehem beberapa kali membuat ruangan segera senyap dan para tamu berbalik untuk melihat Kevin, melihat semuanya sudah teratur, Kevin pun memulai pidatonya.
“para bangsawan, dan rakyatku yang terkasih, selamat datang di pesta ini, saya sangat gembira bisa menyambut kalian semua di sini, aku membuat pesta ini untuk merayakan hasil alam kita yang sangat melimpah, tahun ini juga telah menyaksikan kemajuan pesat dalam berbagai bidang, semua pencapaian ini adalah berkat dari kalian semua yang sudah bekerja sama dengan baik, tekun dan semangat, mari kita rayakan keberhasilan kita ini penuh syukur dan bangga. Semoga kemakmuran kita ini terus berlanjut di tahun-tahun yang akan datang, selamat bersenang-senang!” Kevin menyelesaikan pidatonya dengan penuh wibawa.
Para tamu segera bertepuk tangan dengan meriah, sorakan dan suasana pesta yang langsung bersemangat, para tamu pun segera beranjak menikmati pesta saat alunan musik mulai dimainkan.
Kevin dengan bangga berbalik berjalan kearah keluarga Gemma.
Gemma tersenyum menatapnya dengan terharu.
“semakin hari semakin membaik Kevin kau memang pemimpin yang cerdas.” gumamnya mengelus bahu Kevin.
Gisella segera menerobos mengulurkan tangannya perlahan kepada Kevin.
“semua tamu sedang berdansa, bagaimana jika kita bergabung dengan Mereka, mhm.” bisik Gisella dengan sedikit bercanda.
Kevin hanya bisa tersenyum memegangi tangan Gisella perlahan mengaitkan dengan jari-jarinya, Ia meletakkan tangannya yang lain bertumpu pada pinggul ramping Gisella, Kevin mulai menariknya, mereka pun mulai tarian waltz dengan anggun, di tengah-tengah para tamu.
Para tamu segera memperhatikan itu dengan kekaguman Dimata mereka, wajah Gisella yang cantik sangat cocok dengan Kevin yang tampan.
“sepertinya dia berhasil mencuri hati Kevin Bu.” kata Rose dengan nada main-main.
Gemma hanya bisa tersenyum tulus melihat keduanya yang asik menari.
“kau juga ingin berdansa sayang.” tanya Robert saat menatap mata Rosella.
Rosella segera tersadar dari lamunannya, mengangkat wajahnya untuk melihat Robert.
“kau sudah sangat tahu, bahwa aku sangat tidak mahir berdansa.” ungkapnya dengan malu.
“tenang saja sayang, aku akan terus mengajarimu sampai kapan pun itu.” Robert berjalan kearah Rose memberikan Fiona yang Masi tertidur dengan hati-hati.
Rose sempat terkejut namun segera memeluk Fiona dengan lembut, mengayunkan ke kiri-kanan agar tidak membangunkan Fiona.
Robert kembali berjalan menuju Rosella, Ia pun berlutut, mengulurkan tangannya dengan senyuman lebar.
wajah Rosella segera berseri-seri, kemudian mengambil tangan yang terulur itu padanya.
Robert pun mulai menarik Rosella perlahan meremas punggungnya dengan sedikit erat, melakukan tarian waltz bergabung di samping Kevin dan Gisella.
di tarian mereka, Rosella sesekali menginjak kaki Robert tanpa sengaja menatapnya dengan tidak nyaman.
Robert terus tersenyum menganggukkan kepalanya untuk meyakinkan Rosella.
Kedua pasangan itu segera menjadi pusat perhatian para tamu.
Gracia yang selesai berdansa dengan suaminya Welson, berjalan dengan anggun menuju Rose dan Gemma, Ia pun membungkuk perlahan di hadapan mereka berdua, menyapanya dengan sopan.
Rose pun segera mulai membungkuk sedikit untuk menyapanya juga.
“lama tak bertemu nona Rose.” sapanya.
“oh Gracia bagaimana bagaimana kabarmu, senang rasanya bisa bertemu dengan mu lagi.” tanya Rose menatapnya dengan senyuman.
“aku baik-baik saja Rose, atau lebih, kau sepertinya tidak berubah saat kita masi sekolah dulu.” Gracia tertawa pelan.
“Ah Gracia, kau sudah tahu bagaimana aku.” balasnya memeluk Fiona semakin erat.
Seorang anak laki-laki segera berlari kearah Gracia memeluk kaki ibunya dengan erat sambil menangis.
Gracia yang melihat itu segera mengendong anaknya berusaha untuk menenangkannya.
“ada apa sayang, apa yang terjadi mhm.” Gumamnya dengan pelan.
Anak itu tidak menjawab terus saja menangis.
Rose yang melihat itu Mulai melangkah lebih mendekat kearah Gracia.
“siapa nama putramu Gracia?”
“oh, putraku bernama Filip.” Garcia terus berusaha menegangkan putranya yang Masi menangis.
“Filip nama yang sempurna,” puji Rose perlahan mengulurkan tangannya mengelus rambut Filip yang berantakan.
“Rose aku harus pergi dulu, mungkin Filip haus.”
“tentu saja Gracia kita bisa bertemu kembali.” Katanya dengan tersenyum lebar melangkah mundur.
Gracia mulai berjalan pergi meninggalkan Rose dan Gemma.
Rose terus mengendong Fiona, dia mulai duduk di antara beberapa kursi tamu, menikmati pesta dengan hanya memandanginya saja.
Tidak lama kemudian Fiona mulai terbangun perlahan, bergerak mengusap matanya.
Rose yang merasakan pergerakan kecil Fiona di pelukannya sedikit menunduk untuk melihatnya.
"Fiona kau sudah bangun sayang, apa suara musik terlalu keras hingga menggangu tidur mu." bisik Rose, tangannya dengan lembut membetulkan rambut panjang Fiona yang terlihat kusut.
"bibi... di mana ayah dan ibu." tanya Fiona dengan suara serak.
"ayah dan ibu sedang sibuk sayang, saat ini bermain dulu dengan bibi ya." senyum Rose.
Fiona mengangguk, mulai mengulurkan kakinya untuk turun dari pangkuan Rose.
"hati-hati sayang." Rose membantu Fiona untuk turun dengan hati-hati.
Fiona yang melihat sekeliling pesta yang mewah mempererat pengannya pada tangan Rose, pandangan Fiona terkunci di meja makan prasmanan dengan beberapa cupcake serta manisan.
"bibi aku mau itu, ayo kesana." ajak Fiona menarik-narik tangan Rose.
"baiklah, sebentar sayang." Rose mulai berdiri dari kursinya bersiap untuk pergi, namun tiba-tiba sekumpulan para wanita yang merupakan teman Rose datang untuk menemuinya.
Fiona yang tampak bosan menunggu bibinya selesai hanya bisa terdiam di sana terus berpegangan erat.
"ayo pergi dengan ku saja." gumam Aaron mengulurkan tangannya kepada Fiona.
Fiona yang tampak takut saat menatap Aaron perlahan menggelengkan kepalanya.
"tidak apa-apa, aku tidak jahat, paman Kevin adalah ayahku." ucapnya.
"pama Kevin..." balas Fiona.
Rose yang tampak semakin sibuk dengan teman-temannya, menoleh sebentar untuk melihat dengan siapa Fiona berbicara dan ternyata itu Aaron.
"tolong jaga dia sebentar saja, bibi sangat sibuk sekarang." Rose melepaskan tangan Fiona, mendekatnya ke pada Aaron.
"ya bibi, aku akan membawanya bermain." Aaron memegangi erat tangan Fiona membawa gadis kecil itu pergi bersamanya.