Hanya karna Elis mencintai suaminya, wanita 28 tahun itu membiarkan Arjuna suaminya untuk menikah lagi.
Bukan, bukan karna Elis merupakan wanita shaliha melainkan Elis tengah menghabiskan sisa cintanya terhadap sang suami.
Elis akan membiarkan hatinya terus tersakiti hingga cinta yang ia miliki tak bersisa.
Tidak ada kesalahan yang ia lakukan. Hanya saja tuntutan keluarga Arjuna yang menginginkan seorang putra. Sedangkan Elis sampai saat ini hanya bisa memberikan tiga putri saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indahnya halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berhutang banyak penjelasan
"Fizza ini mengingatkanku pada Papa Ma. Aku kangen Papa." Lirih Rose sembari memakan fizzanya.
"Aku juga." ucap Jasmin dan Valery berbarengan.
"Sabar sebentar ya sayang. Papa masih memiliki urusan. Setelah urusan Papa selesai pasti Papa akan menemui kalian.
Meski Elis merasa tersakiti atas perbuatan Arjuna tapi tidak seklipun Elis menghasut ketiga putrinya untuk membenci papa mereka.
"Apa Papa benar-benar akan menemui kami?" tanya Rose.
"Tentu saja Papa sangat menyayangi kalian. Hanya saja Papa masih memiliki urusan."
Elis memalingkan wajah, ia terpaksa berbohong terhadap putri-putrinya, mana ada Arjuna akan menemui mereka pria itu sudah bahagia bersama istri baru serta putra mereka pikir Elis.
Arjuna tak tahan lagi. Ia benar-benar merindukan ketiga putrinya, tak mengapa jika Elis belum bisa menerima kehadirannya tapi ia tak bisa berdiam diri ini kesempatan untuknya merengkuh dan memeluk putrinya setelah 4 tahun berpisah.
Arjuna melemparkan topi yang tadi ia kenakan kesembarang arah, kemudian mendekat kearah keempat wanita yang selalu memenuhi pikirannya.
Elis sempan mencium aroma dari pria yang sudah membuat luka dihidupnya. "Apa aku juga turut merindukannya sehingga aku merasakan kehadirannya di sini. Tidak, ini tidak mungkin. Ini hanya perasaanku saja." Elis memepis pikirannya.
Arjuna justri semakin melangkahkan kakinya mendekat ke arah Elis serta ketiga putrinya.
"Urusan Papa sekarang sudah selesai." Sesosok pria dewasa itu kini menjulang di hadapan Elis beserta ketiga putrinya.
Elis tergagu di tempatnya mulutnya terkatup rapat, sedikitpun tidak terbuka walaupun hanya sekedar bertanya. Matanya membulat penuh, tayapan seakan tak percaya Elis hunuskan kepada pria yang sudah tega menduakannya. Juga menghadirkan racun di rimah tangganya.
Arjuna melepas masker miliknya.
Elis membatin ini mimpikan? Wanita 32 tahun itu bahkan mencubit pahanya sendiri. Dan rasa sakit itu membuktikan jika dirinya tidak sedang bermimpi.
"Papa disini. Tidakkah kalian ingin memeluk Papa.?" Arjuna melutut membuka sedua tangannya, kedua tangan itu Arjuna rentangkan siap menyambut pelukan ketiga putrinya.
Rose, Jasmine dan Valeri diam di tempatnya entah mereka masih terkejut atau ada alasan lain.
"Mamaaa." cicit ketiganya bersamaan. Elis hanya mengangguk pelan, Rose, Jasmine dan Valery segera menghambur memeluk tubuh pria yang mereka rindukan.
"Papa pulang?" tanya Jasmine.
"Tentu saja. Papa sangat merindukan kalian." Air mata kebahagiaan kini merembes dari kelopak mata Arjuna. Ia mengecupi puncak kepala putrinya bergantian.
Elis masih terdiam menatap seseorang yang sudah ia anggap sebagai mantan suami.
Ayah dan anak-anaknya telah melepas rindu yang sehak lama merrka pendam, ketiganya bahkan melupakan fizza yang belum mereka sentuh sama sekali.
"Anak-anak ayo di makan." Elis akhirnya mampu mengatakan sesuatu setelah beberapa lama terdiam.
Ketiganya melepas pelukan dari papanya, Valery bahkan berprsan kepada Papanya. "Papa jangan ada urusan lagi."
Arjuna hanya dapat mengangguk mengiyakan, tapi matanya kini sudah menatap Elis yang sejak tadi tak bergeser sedikitpun dari tempatnya.
"Elis apa kabar?" Arjuna mendekat serta melepas sepatu panthovel miliknya ia duduk di hadapan istrinya. Sedangkan ketiga anaknya tengah memakan fizza yang di bawa Elis tadi.
"Menurutmu?" sungut Elis. Arjuna tau jika istrinya masih marah sekarang.
Arjuna tersenyum sekilas kemudian menunduk, ia menyembunyikan sakit hatinya juga.
"Kenapa kau perginya lama sekali. Aku mencarimu dan anak-anak."
"Kau saja yang terlalu lebay, bukankah aku mengatakan akan mendatangimu nanti!" Elis masih berujar ketus.
"Sesuai perkataanmu saat luka hatimu sembuh?"
"Ya, dan aku belum sembuh itu sebabnya aku belum menemuimu. Tapi kau kau tak tau diri malah datang kemari." Elis bangun ia hendak pergi dari hadapan Arjuna. Nyatanya waktu empat tahun tak mengurangi rasa sakitnya. Bayangan tentang Arjuna menikahi wanita itu masih terekam jelas di benak Elis.
"Kau tak akan pernah bisa sembuh sendiri Elis! Kau membutuh kan aku, akulah penawar dari setiap pesakitan yang kau derita." Arjuna menatap Elis penuh makna, sorot matanya menggambarkan luka yang bahkan lebih besar dari yang Elis derita.
Arjuna mencekal pergelangan tangan kanan Elis.
"Omong kosong!"
"Aku berhutang banyak penjelasan terhadapmu." Arjuna bersiap mengatakan seluruhnya. Tapi Elis menolak.
"Telan kembali kalimat yang hendak kau sampaikan kepadaku. Aku hanya mempercayai apa yang ku alami saja. Sebait penjelasan darimu tidak akan membabat habis lukaku." ujar Elis, sembari menepis tangan Arjuna.
Elis benar, hanya dengan penjelasan saja tidak akan membuat Elis kembali mempercayainya. Untuk itu Arjuna akan melakukan pendekatan ulang sembari pelan-pelan menjelaskan terhadap Elis.
Arjuna yakin jika Elis masih mencintainya.