Terpaksa menggantikan sang kakak untuk menikahi pria yang tidak diinginkan kakaknya. Menjalani pernikahan lebih dari 3 tahun, pernikahan yang terasa hambar, tidak pernah disentuh dan selalu mendapatkan perlakuan yang sangat dingin.
Bagaimana mungkin pasangan suami istri yang hidup satu atap dan tidak pernah berkomunikasi satu sama lain. Berbicara hanya sekedar saja dan bahkan tidak saling menyapa
Pada akhirnya Vanisa menyerah dalam pernikahannya yang merasa diabaikan yang membuatnya mengajukan permohonan perceraian.
Tetapi justru menjelang perceraian, keduanya malah semakin dekat.
Apakah setelah bertahun-tahun menikah dan pada akhirnya pasangan itu memutuskan untuk berpisah atau justru saling memperbaiki satu sama lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 1 Tidak Nyaman.
Gadis cantik dengan rambut lurus sebahu yang duduk di depan cermin. Wajahnya tampak lesu dengan tatapan mata yang sangat sayu. Wanita muda itu seperti memiliki pikiran tersendiri, entahlah apa yang membuat raut wajah Itu tampak tidak semangat.
Krekkk.
Pintu kamar yang dibuka begitu cepat membuat gadis berusia 21 tahun itu langsung memutarkan tubuhnya.
Seorang wanita berambut pendek dengan wajah sedikit culas yang membawakan gaun.
"Pakai dan jangan lupa poles sedikit wajah kamu dengan make up. Jangan terlalu polos seperti bangun tidur," ucap wanita itu dengan singkat yang meletakkan gaun itu di atas ranjang.
"Mau kemana?" tanyanya bingung dengan dahi mengkerut.
"Ada acara makan malam dengan keluarga tuan Ronald," jawab wanita.
"Apa Vanisa harus ikut?" tanyanya.
"Pertanyaan seperti apa itu. Kamu mau mengurung diri terus di dalam kamar. Agara tidak ada orang-orang yang tahu jika aku memiliki seorang putri hah! Kamu ingin terus seperti patung dan tidak berkembang," wanita berusia sekitar 50 tahunan itu tampak tersinggung.
Pertanyaan singkat langsung dijawab dengan ocehan yang membuat dia kesal.
Vanisa terdiam dengan tertunduk yang memang tidak ada gunanya berdebat dengan wanita yang tak lain adalah ibunya.
"Jangan protes cepat ganti pakaian dan langsung turun! jangan membuat orang menunggu lama!" tegas wanita yang bernama Sarah itu. Vanisa menganggukkan kepala yang terus menurut.
Tidak ada yang dikatakan Sarah lagi dan langsung pergi dari kamar tersebut. Vanisa yang melihat pakaian itu. Gaun merah yang sangat cantik dengan lengan 1 jari. Vanisa berdiri dari tempat duduknya mengambil pakaian tersebut. Gadis itu tidak punya pilihan lain selain menuruti kemauan ibunya itu.
****
Ternyata kedatangan Vanisa yang benar-benar ditunggu. Di ruang tamu sudah terlihat Sarah yang memang sejak tadi sudah bersiap dengan menggunakan dress berwarna hitam dengan dandanan yang pasti sangat berlebihan sekali dan pria di sampingnya yang juga berstelan jas sangat rapi.
Tampak juga seorang wanita yang masih duduk yang sejak tadi menscroll ponselnya yang memakai dress berwarna putih dengan rambut panjang yang dibiarkan digerai di bagian bawahnya diberi gelombang. Gadis itu sejak tadi tampak santai melihat ponselnya dengan kakinya yang bersilang.
"Kamu lama sekali," protes Sarah.
"Maaf," ucap Vanisa dengan menunduk yang sejak tadi jari-jarinya saling memencet.
"Sudahlah! sebaiknya sekarang kita berangkat. Keluarga tuan Ronald sudah menunggu," sahut pria yang berusia 60 tahunan itu.
Sarah langsung menggandeng lengan pria itu yang tak lain adalah suaminya.
"Ayo Angela!" tegur Daniel.
Wanita bernama Angela itu mengangkat kepalanya. Dia tidak mengatakan apa-apa dan langsung berdiri yang memasukkan ponselnya ke dalam tas. Wajahnya tampak datar dan terlihat ketus yang tidak banyak bicara dan langsung berjalan menuju pasangan suami istri itu. Vanisa yang juga tidak ingin ditegur lagi yang menyusul orang-orang yang sudah berjalan terlebih dahulu.
Vanisa tampak tidak bersemangat untuk mengikuti kegiatan apapun yang ada di luar. Tetapi dia tinggal di lingkungan keluarga pembisnis yang pasti sedikit-sedikit akan ada acara di luar rumah dan biasanya anak-anak pasti akan diajak agar dapat bersosialisasi dengan baik.
Walau berusaha untuk menolak, tapi tetap saja Sarah sang ibu akan terus memaksanya dan Vanisa adalah wanita yang sangat penurut.
***
Pertemuan yang sangat tidak di inginkan Vanisa yang ternyata diadakan di salah satu Restaurant mewah di pusat kota. Ada 2 keluarga yang menyatu dalam meja yang dipenuhi dengan berbagai jenis makanan.
Pertemuan keluarga Vanisa dengan keluarga Ronald yang terlihat sepasang suami istri dan juga bersama dua putra mereka. Arvin Ananta Bagaskara dan juga Mohan Bagaskara. Kedua pria itu sama-sama memakai style jas berwarna hitam. Tampak terlihat begitu tampan dan sangat rapi.
Kedua putra dari kolong merak itu memang memiliki wajah yang berkarismatik, tubuh proporsional dengan kulit putih dan hanya saja memiliki wajah yang tampak dingin.
"Sebentar lagi makan malam seperti ini akan sering kita adakan bersama. Kita akan menjadi keluarga inti," sahut Ronald.
"Benar sekali tuan Ronald. Pernikahan Angela dan Arvin bener-bener sangat ditunggu-tunggu untuk semakin meningkat bisnis yang tidak akan putus di antara keluarga kita dan pernikahan ini juga akan membuat para pengusaha serangan jantung," sahut Daniel mengundang tawa kecil.
"Iya. Benar sekali. Hanya tinggal menghitung beberapa hari lagi putra-putri kita akan menikah," sahut Ronald.
Hanya orang tua yang berbicara, sementara anak-anak muda itu hanya diam saja yang sepertinya menyerahkan segala sesuatu kepada orang tua mereka. Mereka juga bukan tipe ikut-ikutan dan mungkin semua anak-anak itu adalah anak-anak yang penurut.
"Vanisa bagaimana dengan kamu? Apa kamu juga akan menyusul Kakak kamu untuk menikah?" tanya Lara secara tiba-tiba yang mengalihkan pembicaraan itu.
Vanisa yang sejak tadi makan mengangkat kepala, wajahnya tampak bingung harus menjawab apa dan biasanya tidak banyak orang mengajaknya bicara. Ini juga bukan pertama kali pertemuan dengan keluarga itu dan Vanisa terbiasa diam karena memang tidak pernah ditanya.
"Dia akan menikah secepatnya," sahut Sarah yang menjawab pertanyaan itu.
"Usianya baru saja 21 tahun, iya masih sangat muda sekali, tetapi sangat banyak pengusaha yang sudah melamarnya kepadamu. Hanya saja dia harus menunggu Angela menyelesaikan pernikahannya dan setelah itu Vanisa akan menyusul," lanjut Sarah yang tampak membanggakan Vanisa.
"Benarkah! Lalu siapa yang akan menikah dengan nya?" tanya Lara.
"Anak dari pengusaha tambang di Kalimantan," Jawab Sarah dengan tersenyum yang seperti ada kesombongan dari wajahnya.
Lara mengerutkan dahi yang mencoba untuk melihat kebenarannya dan sementara Vanisa hanya tetap diam saja. Tetapi terlihat Arvin yang ketika mendengarkan nama calon suami dari Vanisa membuatnya menggerakkan mata dan melihat ke arah Vanisa yang kebetulan duduk di depannya.
Tetapi Vanisa tidak melihat Arvin dan pandangan Arvin juga langsung dialihkan ke arah lain.
"Wauuuu...Ini berita baik," sahut Ronald dengan tertawa kecil yang disambut juga oleh Daniel.
"Kita berdoa saja supaya anak-anak kita menjalankan pernikahan dan rumah tangga mereka dengan baik. Kita sudah banyak pengalaman dan mereka anak-anak muda ini yang akan menjalankannya," sahut Daniel.
"Setuju," sahut Ronald.
Meja makan itu penuh tawa para orang-orang pembisnis dan sementara anak-anak Mereka tampak diam yang sepertinya memang sama-sama tidak menyukai suasana itu.
Bahkan Angela yang katanya akan menikah tampak menghela nafas yang sejak tadi memainkan sendok yang tidak selera untuk melanjutkan makannya. Vanisa menyadari perubahan dari sikap sang kakak membuat Vanisa menoleh. Tetapi tidak berani untuk menegur.
"Apa Mama benar-benar akan menjodohkan ku dengan pengusaha yang baru saja dia katakan?" batinnya yang memang belum ada pembicaraan diantara mereka.
Dia sendiri juga kaget yang tiba-tiba saja Sarah membahas masalah pernikahan tentang dirinya. Padahal pertemuan itu selain membicarakan masalah bisnis juga membicarakan masalah pernikahan sang Kakak.
"Kamu makan dengan baik jangan melamun yang membuat orang-orang bertanya-tanya!" tegur Sarah dengan pelan yang menyadari putrinya bengong seperti orang tidak tahu harus apa.
Vanisa menganggukkan kepala yang berusaha untuk bersikap sebaik mungkin, dia harus menjaga nama orang tuanya walau hatinya bertanya-tanya dengan penuh kebingungan dan kurang nyaman berada dalam situasi itu.
Bersambung.....
apa motifnya hingga vanisa yg di culik?
jd makin penasaran aku