NovelToon NovelToon
Menikahi Majikan Ibu

Menikahi Majikan Ibu

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Perjodohan / Nikahmuda / Duda / Konflik Rumah Tangga- Terpaksa Nikah / Tamat
Popularitas:122.8M
Nilai: 4.8
Nama Author: Casanova

Bella gadis berusia 17 tahun, terpaksa harus menikah dengan majikan tempat ibunya (Rosma) bekerja, demi untuk membuat ikatan antara keluarganya dan si majikan. Ibunya sudah bekerja selama 8 tahun menjadi pembantu rumah tangga di tempat sang majikan, sejak ayahnya meninggal.

Barata Wirayudha, pemilik BW Group, seorang duda cerai tanpa anak, 35 tahun. Perceraiannya 8 tahun silam mengguncang kehidupannya, sehingga dia memilih meninggalkan Jakarta dan merintis kantor cabang BW Group di Surabaya.

Di kota Surabaya dia dipertemukan dengan Bu Rosma yang dipekerjakannya sebagai pembantu rumah tangga. Bu Rosma banyak berjasa untuknya. Karena itu. akhirnya Bara meminta Bu Rosma dan kedua putrinya untuk tinggal bersamanya sekaligus membiayai sekolah putri-putrinya.

8 tahun tinggal di Surabaya, Bara harus kembali ke Jakarta untuk mengurus perusahaannya yang mengalami masalah. Untuk tetap menjaga hubungan dengan Bu Rosma, akhirnya Bara memutuskan menikahi salah satu putrinya.

Setelah menikah Bella ditelantarkan Bara selama 2 tahun, tidak diperlakukan selayaknya istri. Bahkan Bara seolah menghilang begitu saja. Ikuti perjalanan rumah tangga keduanya ya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Casanova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25. Mas Bara

“Besok aku akan menemanimu ke kampus," ucap Bara, menatap Bella dan menunggu reaksi istrinya.

“Baiklah, aku mau istirahat dulu, Tuan,” sahut Bella.

Baru saja ia akan bangkit dari duduknya, Bara sudah menarik tangannya terlebih dulu.

“Ada apa, Tuan?” tanya Bella tertunduk malu, saat Bara memaksanya duduk menyamping di atas pangkuan.

“Aku mau memulainya dari sekarang,” jawab Bara dengan santainya.

Deg—

“Bagaimana ini?” batin Bella.

Bella cukup mengerti dan paham dengan kata-kata Bara, tetapi ia sendiri belum menyiapkan mental untuk menerima suaminya. Apa lagi, kemarin ia terpaksa mengiyakan karena Bara menekannya dengan alasan Issabell.

“Tuan ... emm ... apa bisa ditunda besok-besok,” pinta Bella, ragu-ragu. Jemari tangannya sudah meremas ujung baju piamanya.

“Aku mau sekarang,” jawab Bara dengan lembut, tidak seperti biasanya.

“Aduh! Harusnya tadi aku pakai piyama yang panjang. Kalau sampai Tuan Bara bersikeras ... setidaknya masih bisa sedikit bertahan,” ucapnya dalam hati.

Bella menatap celana piama pendeknya yang memamerkan paha mulusnya. Penyesalan memang datangnya belakangan. Detak jantung Bella semakin kencang saat Bara merangkul pundaknya, menarik tubuhnya supaya semakin mendekat padanya.

“Ya Tuhan, hamba-Mu harus bagaimana sekarang.”

Bella memejamkan mata serapat mungkin, berdoa dalam hati saat merasakan Bara semakin mendekatinya. Dadanya makin bergemuruh, tangannya basah saat embusan napas Bara menerpa kulit wajahnya. Kalau Bara bisa merasakan, tubuh mungilnya sedang bergetar. Perpaduan antara gugup dan ketakutan yang menyatu.

“Tidur sekarang!” perintah Bara tiba-tiba, mengagetkan Bella. Bara bisa merasakan kalau Bella bernapas lega seketika mendengar ucapannya.

Sontak Bella membuka matanya, tetapi ketenangannya tidak berlangsung lama. Saat matanya terbuka, ia melihat wajah Bara yang tinggal selangkah menciumnya.

Tuan ... mphhhttt ....”

Bara langsung menyergap bibir mungil istrinya tepat saat Bella membuka mata. Bahkan, tanpa memberi kesempatan sang istri menyelesaikan kalimatnya dengan tangan merengkuh tengkuk Bella.

Bella kembali memejamkan mata sambil melantunkan doa dalam hati. Ia tidak tahu harus berbuat apa di saat darurat seperti ini. Hanya bisa menerima semua perlakuan Bara tanpa protes.

“Bell, tolong rangkul leherku,” pinta Bara, setelah melepas ciumannya. Pria itu memilih menghentikan semuanya, saat merasa Bella tidak merespons dan membalas semua pelakuannya.

“Hah!” Bella kebingungan, ragu-ragu menyentuh pundak Bara.

“Tuan, apa bisa memberiku sedikit waktu,” pinta Bella, tertunduk malu setelah berhasil mengucapkannya.

Bara tersenyum, bahkan hampir tertawa melihat kegugupan dan ketakutan Bella padanya.

“Kalau aku tidak mau menurutimu, kamu bisa apa?” tanya Bara tersenyum menggoda. Bara sudah mengeratkan pelukannya, bahkan mengusap lembut punggung Bella.

Bella hanya bisa pasrah dan tidak bisa memberontak. Tidak ada yang bisa menolongnya saat ini. Ia hanya memejamkan matanya kembali, menyiapkan diri dan hati untuk menerima kenyataan yang sebentar lagi akan terjadi.

Tepat saat bibir Bara menyentuh ujung bibirnya, suara rengekan Issabell mengejutkan keduanya. Entah gadis kecil itu bermimpi atau benar-benar terjaga, tetapi bagi Bella, itu seperti alarm penolong dan penyelamatnya.

Bara yang sedang mendekap erat pun langsung melepaskan Bella. Ia tidak kalah terkejutnya saat ini. Suara kecil Issabell membuat semua isi otaknya berantakan seketika.

“Tuan, aku harus melihat Issabell,” ucap Bella, langsung berlari menghampiri gadis kecil penyelamat hidupnya saat ini.

“Sayang, kenapa?” tanya Bella, saat sudah duduk di sisi putrinya yang masih memejamkan mata. Dielusnya lembut pucuk kepala Issabell sampai gadis kecilnya tenang dan mulai terlelap kembali.

Senyum terukir di wajah Bella, saat mendengar dengkur halus putrinya kembali teratur.

“Dia kenapa, Bell?” tanya Bara tiba-tiba sudah berdiri mendekat.

“Sepertinya hanya bermimpi, Tuan,” sahut Issabell, tanpa menoleh. Pandangannya tetap tertuju pada sang gadis kecil.

“Bell, tolong berhenti memanggilku Tuan. Pendengaranku ini semakin hari semakin tidak bisa menerimanya,” ucap Bara, tiba-tiba menggenggam tangan Bella dengan lembut.

“Hah! Aku ingin dipanggil sama seperti suami-suami lainnya.” lanjut Bara lagi.

“Tapi, Tuan ...." Bella dapat merasakan bagaimana genggaman tangan Bara semakin mengencang, disaat ia mencoba protes.

“Ba ... baiklah, Mas ... Bara,” ucap Bella ragu, menunduk dan menggigit bibirnya.

Bara tersenyum, mendengar panggilan yang sudah lama tidak didengarnya. Di Jakarta, ia hampir tidak pernah mendengar panggilan seperti ini.

“Not bad!” komentar Bara.

“Coba ulangi sekali lagi, Bell. Aku harus sering mendengarnya, supaya aku terbiasa,” lanjutnya sambil terkekeh.

“Tidak," sahut Bella.

“Ini memalukan, Mas,” lanjut Bella.

“Sudah, tidur sekarang! Besok jam berapa kita ke kampus?” tanya Bara.

“Aku harus menyiapkan putrimu, Tuan ... eh ... Mas,” ucap Bella, mengulum senyumnya.

“Putri kita, bukan hanya putriku saja.” Bara meralat kembali pernyataan Bella sambil tersenyum.

“Tidur sekarang. Aku harus mengecek email dari Kevin. Setelah itu baru menyusul kalian,” ucap Bara, menepuk pucuk kepala istrinya.

***

Mobil Bara terlihat berhenti di depan gerbang kampus.

“Aku parkir di sini?” tanya Bara memastikan, setelah menghentikan laju mobilnya sementara.

“Di dalam saja Mas, kasihan Issabell kepanasan kalau harus turun di sini,” sahut Bella, tersenyum pada gadis kecil yang sedang duduk di pangkuannya. Tangan mungil itu sedang menarik rambut panjang Bella.

“Mami, mol?” tanya Issabell menunjuk ke arah gedung kampus yang tinggi.

“Bukan, Sayang. Itu tempat kuliah Mommy,” jawab Bella menggigit kecil jari mungil Issabell, membuat gadis kecil itu tertawa.

“Mas, parkir di sana saja!” Tangan Bella menunjuk ke arah sebuah pohon rindang yang tidak terlalu jauh dari mobil mereka berhenti sekarang.

“Aku biasa parkir di sana. Mumpung masih kosong,” lanjut Bella.

Setelah mobil terparkir sempurna, tampak Bella turun menggandeng Issabell disusul Bara yang ikut menggandeng tangan putrinya.

“Ayo," ajak Bella pada keduanya. Ia harus menyelesaikan semua administrasi untuk kepindahannya ke Jakarta. Selain itu, ia juga mau sekalian berpamitan dengan teman-teman baiknya selama 1,5 tahun kuliah di sini.

“Mami, gendong,” rengek Issabell, menengadah ke arah Bella, sambil mengangkat kedua tangannya ke atas dan bersiap menyambut uluran tangan Bella.

“Daddy yang gendong, ya. Mommy tidak bisa sekarang,” ucap Bara, membungkuk. Meraih tubuh mungil gadis kecilnya.

Dalam sekejap, kedua tangan kecil Issabell sudah memeluk erat leher daddy-nya sambil menyusupkan wajahnya di ceruk leher Bara. Gadis kecil itu sedang tidak nyaman berada di tengah banyak orang yang tidak dikenalnya. Issabell berusaha mencari kenyamanan dengan memeluk dan menyembunyikan wajahnya pada sang daddy.

“Bell, aku tunggu di mobil saja, ya,” ucap Bara, setelah melihat gelagat tidak nyaman Issabell.

Bella mengangguk, bergegas masuk ke dalam gedung untuk menyelesaikan semuanya. Ia tidak bisa berlama-lama, menyapa teman pun hanya bisa seadanya. Sejak menjadi seorang istri dan ibu, kehidupannya banyak berubah. Dan terbukti hari ini, ia harus memikirkan kepentingan putrinya setiap melakukan sesuatu. Tidak seperti sebelumnya, Bella bisa mengobrol berjam-jam bersama sahabatnya atau sekedar nongkrong di kafe depan kampus tempat Ricko bekerja.

Tak lama, Bella muncul kembali. Ia berlari kecil menemui Bara dan Issabell di dalam mobil sambil memeluk map biru di dadanya.

“Issabell rewel, Mas?” tanyanya pada Bara. Gadis kecil itu sedang duduk di pangkuan Bara sambil memutar-mutar setir mobil di hadapannya.

“Tidak, Bell. Sudah? Kita pulang sekarang?” tanya Bara, sudah menegakkan posisi duduknya.

“Mas, aku izin sebentar. Mau bertemu Kak Ricko di depan,” ucap Bella ragu, menunjuk ke arah depan kampus.

Bara terkejut, pandangannya tertuju pada arah tangan Bella.

****

Terima kasih.

1
Yanti Yanti
mampir..
Yurnalis Hasibuan
bella ini selalu membantah kata2 suaminya dan mementingkan orang lain..jadi kezeldeh
Widya Febrina
aku bisa membayangkan nya Bell...ngilu nya bikin deg2an euy...apa lagi klu mau pup....aduhai rasanya 🤭🤭🤭🤭
Widya Febrina
itu resiko menikah dgn seseorang yg belum usai dgn masalalu nya... bagi yg akan mencari pasangan hidup, pastikan dulu org itu sudah selesai dgn dirinya sendiri dan masa lalunya... agar tidak mengganggu masa depan
Widya Febrina
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Widya Febrina
sebagian org memang butuh validasi, butuh pernyataan cinta dari pasangan, tetapi aku adalah org yg tidak termasuk kedalam sebagian org tsb..sampai saat ini di usia pernikahan yg 18 thn dan 2 teh pacaran (20thn) bersama suamiku...kata2 " aku cinta padamu" adalah kalimat yg tidak pernah kami ucapkan satu sama lain... act of service adalah bahasa cinta kami di urutan yg pertama...JD Bell..semoga kamu paham maksud dari Bara
ilmy
membacanya q kok ikut emosi
Yurnalis Hasibuan
bara bodoh kenapa disaat suasana sudah bagus membongkar rahasia itu.
Marini Suhendar
haduh dady malu_maluin 🤣🤣😅
Fitri Yanti
hhmm aku kurang suka dengan karakter bella yang terlihat seperti gadis lah beda pas awal".. tidak seperti kaila. bella tidak tegas dan terlalu pemaaf.
Fransisca Olivia Tambunan
ini mah bukan masalah rumah tangga, tapi Bara yg RAJIN CARI MASALAH, macam kurang banyak masalah di hidupnya. lawong jelas banget bella cuma mau JUJUR, lah emang sifat kali yak, BOONG mulu kerja lu, barrr barrr
Fransisca Olivia Tambunan
kebiasaan bolak balik songong, seenaknya memperlakukan istri, laki THOLOOL!!!!
Nartadi Yana
bukannya bar cum pakai boxer dan kaos singlet ya
Nartadi Yana
ini asti skenario si Roland biar Bella kesurabaya bawa icaa dan bisa dikenalkan ke orangtuanya
Nartadi Yana
wah jangan bilang yg telpon ibunya Bella si Roland
Nartadi Yana
nah kan sepandai pandai tupai melompat pasti akan jatuh juga
Nartadi Yana
nggak pernah berubah
Nartadi Yana
semoga saja bukan hanya gombal
Nartadi Yana
paling yg nyulok icca juga roland untuk melakukan test DNA
Bhiwie
Si bara kutu kupret masa malah mentingin anak angkat daripada anak sendiri, sempet2 nya banting istrinya kw tempat tidur, klo istrinya keguguran baru nyaho lo.
minta maaf mulu, diulangin lagi.
cape deh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!