Kinara seorang gadis tomboy yang baru saja lulus kuliah harus menerima kenyataan jika dirinya di jodohkan dengan seorang Duda yang seharusnya menikah dengan kakaknya, Adisty. Tapi kakaknya menolak dengan alasan harus bekerja di luar kota. Padahal alasan utamanya adalah karena dia mendengar gosip jika calon suaminya seorang Duda dan juga bisu.
Abizar seorang Duda yang akan di jodohkan. Dan dia juga terpaksa menerima perjodohan itu karena tekanan dari kedua orang tuanya. Padahal dia masih menunggu kedatangan dari mantan istrinya yang pergi meninggalkannya sudah lima tahun.
Akankah pernikahan mereka yang tanpa cinta itu bertahan. Akankah ada cinta di antara mereka? Bagaimana jika mantan istri Abizar datang?
Apalagi selain bersaing dengan mantan istri yang masih selalu di hati Abizar, Kinara juga harus bersaing dengan banyak wanita yang datang silih berganti mendekati suaminya.
Mampukah Kinara bertahan ataukah dia menyerah? Ikutin terus yuk ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yam_zhie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32
"Kamu siapa? Kita tak saling kenal." tanya Akbar ketus saat Abidzar memaksanya untuk berbicara saat dia akan pergi. Karena penampilan Abidzar kali ini tidak culun.
"Aku suami dari Kinara. Duduklah ada yang ingin aku tanyakan padamu." jawab Abidzar membuat Akbar menatap tak percaya dengan pengakuan Abidzar tersebut.
"Jangan bercanda, aku tau suami Kinara itu culun dan sudah tua." jawab Akbar masih tak percaya.
"Terserah saja. Tapi ada yang harus kita bicarakan." jawab Abidzar sambil menarik tangan Akbar tak sabar. Karena Akbar malah diam.
"Aku tau semalam kamu bicara dengan Kinara disini. Kamu tau dia pergi kemana?" Tanya Abidzar. Akbar mengerutkan keningnya heran.
"Bukannya kalian mau pulang? Semalam Kinara bilang kalian akan pulang." jawab Akbar jujur.
"Apa kau tau siapa saja teman Kinara? Dia sedang marah padaku dan pergi. Aku kebingungan mencari dia." jelas Abidzar.
"Kalian bertengkar dan dia marah? Rasanya aneh jika Kinara pergi. Masalahnya pasti tidak sesederhana itu. Aku tau seperti apa Kinara. Dia bukanlah orang yang akan menghina dari masalah jika bukan karena sudah menyerah dan muak. Apa sebenarnya yang sudah kau lakukan kepada Kinara? Aku sebagai teman Kinara tak akan membiarkan dia disakiti. Walaupun dia adalah suaminya. Apa karena kamu ketauan menyamar menjadi pria culun seperti semalam?" tanya Akbar. Abidzar mengangguk agar Akbar lebih cepat mengatakan dimana keberadaan Kinara.
"Aku harus menjelaskan kesalahpahaman ini kepada istriku. Apa kau tau kemungkinan kemana dia akan pergi." tanya Abidzar.
"Kinara pasti marah. Dia memang orang yang tak suka di bohongi. Apalagi oleh orang yang dia percaya. Pasti dia sangat kecewa padamu. Makanya dia memilih pergi. Lagian kenapa mesti menyamar segala. Kamu ganteng gagah, aku saja jadi minder bertemu denganmu." ujar Akbar membuat Abidzar gemas, tak menyangka jika pria di depannya ini suka sekali berbicara.
"Karena itulah aku harus menjelaskan sesuatu kepada Kinara. Siapa teman yang mungkin dia temui saat ini?"tanya Abidzar mengulang kembali pertanyaannya. Akbar terlihat sedang berfikir kemungkinan terbesar Kinara akan pergi kemana.
"Kemungkinan dia akan pergi ke Bandung. Ke rumah Maya." jawab Akbar, senyum di bibir Abidzar terbit. Dia merasa ada secerca harapan untuk bertemu dengan istrinya. Karena dia tak ingin kehilangan Kinara. Dia menyadari selama ini kalau dia juga sudah mulai mencintai istrinya itu.
"Apa kamu tau alamatnya?" tanya Abidzar. Akbar menggeleng.
"Aku tidak tau. Hanya tau dia tinggal di bandung dan sewaktu touring dulu ke rumah Maya, aku gak ikut sedang sakit." jawab Akbar.
"Baiklah, tidak masalah. Yang penting aku tau kemungkinan terbesar kemana istriku pergi. Terimakasih Akbar. Maaf semalam aku sempat salah faham dan mengir kalau kamu menyukai istriku." jawab Abidzar.
"Kamu tak salah Faham bro. Aku memang mengagumi Kinara dari zaman kami kuliah. Bukan hanya aku, tapi banyak temanku juga yang sebenarnya menyukai Kinara. Hanya saja dia tak pernah mau dan menganggap kami hanya teman. Kamu beruntung karena Kinara memilihmu, aku melihat Kinara tulus padamu walau kemarin penampilanmu culun dan tua. Tapi dia tidak mengakui kamu sebagai suaminya. Jangan sia-siakan dia. Jika aku tau nanti kalian berpisah. Aku adalah orang pertama yang akan merebut hati Kinara." jawab Akbar membuat hati Abidzar tercubit.
"Terimakasih Akbar. Aku pergi dulu mencari istriku."Abidzar pamit dan menepuk bahu Akbar. Akbar mengangguk.
"Semoga berhasil." jawab Akbar.
Abidzar kemudian segera menghubungi Devin dan memintanya untuk mencari tau keberadaan Maya. Tapi sepertinya dia harus bersabar, Abidzar pulang ke rumah untuk bersiap pergi ke Bandung. Menyusul istrinya dan dia harus bisa membawa Kinara pulang kembali dan memulai semuanya dari awal.
"Tunggu Aku Kinara, maafkan kebodohanku selama ini." ujar Abidzar sambil menatap fotobox mereka yang di ambil saat mereka pergi ke bioskop. Dia menangis merutuki kebodohannya yang menyia-nyiakan istrinya demi wanita masalalu yang nyatanya bukanlah wanita yang baik.
Ting
Pesan masuk ke ponsel Abidzar. Itu pesan dari Devin. Abidzar menghubungi Papanya.
"Pa, Abi akan menjemput Kinara, tolong Papa gantikan dulu aku ke kantor, karena ada banyak berkas penting yang harus di tandatangani dan juga ada beberapa meeting. Mungkin aku butuh waktu untuk mengajak Kinara kembali pulang. Do'akan semoga semuanya berjalan dengan lancar. Dan Abi bisa membawa menantu kalian kembali." ujar Abidzar.
[Baiklah, kami tunggu kamu membawa anak perempuan kami pulang. Kinara sudah bukan lagi menantu melainkan anak perempuan kami. Jangan pulang sebelum bisa membawa dia pulang."] jawab Papa Bastian.
Abidzar tersenyum penuh harapan. Dia mengemasi beberapa baju yang akan dia bawa. Karena sudah yakin jika meyakinkan kembali istri keras kepalanya itu tak akan mudah. Apalagi dia adalah wanita yang berprinsip dan juga tegas. Bahkan tanpa fikir panjang lagi dia pergi dan meninggalkan semuanya. Abi juga menghubungkan ingin mertuanya untuk meminta restu dan doa kepada mereka.
"Bismillah, Nara tunggu aku." ujar Abidzar menjalankan mobilnya, membelah jalanan menuju kota Bandung untuk menjemput istrinya yang sedang marah kepadanya. Dalam perjalanan ada nomor tak di kenal menghubunginya. Abidzar menepikan kendaraannya karena nomor itu terus menghubunginya.
"Siapa?" jawab Abidzar saat dia mengangkat panggilan telepon itu.
"Aku Gladis Abi..." jawab orang di sebrang sana.
"Ada apa? Dan untuk apa menghubungiku? Bukankah kau lebih memilih pergi meninggalkanku? Lalu untuk apa setelah lima tahun datang dan menghubungiku lagi?" jawab Abidzar dengan dada yang bergemuruh.
Abidzar kembali mengingat bagaimana wanita yang dia tunggu berpindah dari hotel satu ke hotel lainnya bersama dengan pria yang berbeda. Belum lagi dengan foto dan Video yang tadi dia terima. Hal itu membuat dia semakin merasa menjadi manusia paling bodoh. Menyia-nyiakan waktunya menunggu wanita yang tak pernah pantas dia tunggu. Bahkan dia sampai mengabaikan keberadaan wanita yang jelas-jelas menerima dan sedang berusaha mencintai dia.
"Maafkan aku Abi. Aku bisa jelaskan semuanya padamu. Aku mohon kita harus bertemu. Aku tau selama ini kamu masih mencintai dan menunggu kepulanganku. Aku tau sampai saat ini juga kamu belum menikah lagi kan? Sekarang aku kembali Abi. Dan kita bisa memulai hidup kita yang baru. Hidup berumah tangga lagi seperti dulu. Karena aku juga sangat mencintai kamu." jelas Gladis sambil menangis di sebrang sana. Tapi Abidzar menanggapi dengan santai.
"Semua sudah berlalu. Aku sendiri bukan berarti menunggumu. Tapi aku sedang menunggu dan mengejar cinta wanita yang benar-benar mencintaiku. Hiduplah seperti yang kamu inginkan seperti selama ini. Karena aku juga sedang meraih kebahagiaanku." jawab Abidzar kemudian menutup teleponnya.
"Beruntung Allah membukakan siapa kamu sebenarnya sebelum aku terlambat dan semakin kehilangan wanita yang aku cintai. Aku sudah tak akan lagi terbujuk dengan tangisanmu seperti dulu." ujar Abidzar kembali menyalakan mesin mobilnya dan pergi menuju tempat Kinara berada saat ini.