Tiba-tiba saja Alexa menghilang di hari pernikahannya, daripada malu baik pihak laki-laki dan perempuan sepakat menikahkan Gavin dengan Anjani. Anjani sendiri merupakan kakak dari Alexa, tetapi Gavin tidak mencintainya dengan alasan usia yang lebih tua darinya. Selisih usia mereka terpaut 6 tahun, Gavin selalu berlaku kasar.
Suatu hari Alexa kembali, ia ingin kekasihnya kembali. Gavin sendiri sangat senang, mereka berencana mel3nyapkan Anjani? Berhasilkah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dollar Pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34
Anjani menjelaskan kepada Dara dan Sinta. "Jadi kalian nggak usah khawatir."
"Owh," ucap Dara.
"Pinter banget Bu Anjani," Pujo Sinta.
Dara menyenggol pundak Sinta dengan pelan. "Kan sudah aku bilang, Bu Anjani emang pinter."
"Ya sudah, kalian mulai sekarang nggak usah mengikuti kemauan Alexa lagi." Anjani menyarankan itu.
"Iya sih, Bu," ucap Dara.
"Saya juga Bu, apalagi sekarang lagi hamil." Sinta berujar sambil mengelus perutnya.
"Sudah berapa bulan?" tanya Anjani.
"2 bukan, Bu," sahut Sinta.
"Semoga nanti lancar." Anjani mendoakan yang terbaik untuk Sinta.
"Aamiiin." Sinta mengaminkan doa Anjani.
Lalu Dara dan Sinta pamit pulang, Anjani pun mengantarkan mereka sampai ke depan toko.
"Hati-hati yah," ucap Anjani.
"Kita pulang dulu ya, Bu," sahut Dara, "ayo Sin."
"Iya," ucap Sinta masuk ke dalam mobil.
Anjani kembali masuk ke dalam toko dan mulai melanjutkan lukisannya.
Roy sampai dimana Alexa dan Davia singgah.
"Kamu mau ngapain sih?" tanya Davia.
"Alexa mau bakar lukisan ini," sahutnya.
Lukisan Anjani kemudian dibuka, betapa terkejutnya Alexa melihat sebuah kanvas kosong.
"Brengsek!" maki Alexa langsung membanting kanvas itu.
"Kenapa kosong?" tanya Davia dengan bingung.
"Anjani dasar penipu, wanita tua, dasar nggak laku, kebanyakan tingkah! Kayaknya dia udah tahu sama rencana yang Alexa buat, Ma."
"Ya terus kamu mau ngelakuin apa?" tanya Davia yang masih belum percaya dengan bakat Anjani seorang pelukis.
"Mama yang kenapa?" tanya Alexa.
"Kok tanya Mama sih," sahut Davia.
"Iyalah, soalnya dari tadi Mama cuma diam aja. Biasanya juga paling semangat kalau urusan beginian."
"Kamu salah," ucap Davia menyembunyikan apa yang ia rasakan.
"Mama lagi nggak nyembunyiin sesuatu, kan?" tanya Alexa.
"Nggak ada," sahut Davia.
"Apa Ma–" ucap Alexa belum selesai.
"Udah deh, dari tadi itu nanya mulu!" kesal Davia memotong kalimat Alexa.
"Terserah Mama," ucap Alexa langsung menelpon seseorang.
Davia hanya melirik sekilas, matanya menatap kanvas yang rusak itu. "Hallo, Raka."
Telinga Davia semakin tajam dengan nama yang dipanggil anaknya.
"Kamu nelpon Raka," ucap Davia dan Alexa langsung melepaskan telunjuk ke bibirnya sendiri.
"Ada apa, sayang?" tanya Raka di dalam telpon.
"Rencana A gagal, kita gunakan rencana B."
"Kenapa bisa gagal?"
"Mbak Anjani kayaknya sudah tahu, aku curiga kalau Sinta dan Dara terlibat."
"Kita harus ketemu."
"Dimana?"
"Kafe biasa."
"Oke, malam ini kita ketemu." Alexa langsung mematikan panggilannya.
"Kamu kenapa nelpon Raka?" tanya Davia.
"Wajar dong Alexa telpon Raka," sahut Alexa.
"Tapi kamu," ucap Davia sudah lelah.
"Ma, cukup!" sahut Alexa dengan tegas. "Cuma Raka yang Alexa punya."
"Terus kamu anggap Mama ini apa?" tanya Davia.
"Mama nggak akan paham," sahut Alexa.
"Oke, sekarang Mama tanya rencana kamu selanjutnya apa?"
"Alexa sama Raka mau lenyapin Anjani."
"Kamu gila! Anjani itu kakak kamu, Alexa!"
"Nggak peduli, siapa suruh dia lebih unggul dari Alexa."
"Ya ampun, Alexa!"
"Mama yang kenapa?" tanya Alexa.
"Sudah cukup Mama melindungi semua kejahatan kamu, Alexa. Kamu nggak tahu apa? Betapa pusingnya Mama harus melindungi kamu supaya enggak ditangkap polisi, apa kamu lupa kejadian saat SMA dulu!"
"Alexa nggak peduli, emang udah tugas Mama melindungi."
Davia tidak menyangka Alexa berkata seperti itu.
"Alexa, kamu!" Davia menunjuk muka anaknya.
"Kalau Mama nggak mau bantu Alexa, jangan harapn video Mama sama Pak Komandan aman!"
"Alexa kamu ngancam Mama!" teriak Davia.
"Kalau Mama menganggapnya itu, karena Mama itu di mata Alexa hanya seorang j4lang!"
"Dasar anak kurang ajar!" marah Davia menampar Alexa.
Alexa malah tertawa sinis. "Mama nampar aku, udah berani sekarang!"
"Mama nggak pernah takut sama kamu!" sarkas Davia.
"Kita lihat aja nanti, siapa yang lebih dulu hancur. Mama atau Alexa," ucap Alexa menantang.
Davia terdiam, pikirannya kemana-mana.
"Ingat, malam ini Mama harus ikut biar papa nggak curiga!" ucap Alexa, "kalau ikut, Alexa nggak akan sebarkan video itu."
"Kurang ajar kamu!" umpat Davia.
Alexa tersenyum sinis menatap Davia. "Mama bukan tandingan aku, sebaiknya kita pulang."
Davia akhirnya mengikuti kemauan Alexa, jika semua rahasianya aman.
Roy tidak menyangka, ternyata Alexa selicik itu.
"Kalau Anjani sendirian nggak akan bisa ngelawan manusia licik kayak Alexa," gumam Roy sangat khawatir.
Sedangkan Gavin berpikir keras bagaimana bisa mendapatkan pekerjaan, ia sudah dipecat dari perusahaan.
"Nggak mungkin aku numpang disini terus," gumam Gavin.
Gavin ingat sesuatu, ia akan meminta bantuan kepada temannya untuk mencari pekerjaan.
"Kayaknya aku harus temuin dia deh," gumam Gavin bersiap pergi.
Lalu di rumah Anderson, Tania merengek kepada Romi. "Aku mau ketemu sama Anjani, Mas."
"Tapi sehatkan dulu badan kamu," ucap Romi.
"Aku nggak papa kok," sahut Tania.
"Iya, kenapa sih pengen banget ketemu sama Anjani."
"Aku khawatir sama dia."
"Khawatir," bingung Romi.
"Iya, Anjani itu sendirian Mas. Apalagi si wanita ular itu kembali, pokoknya aku mau didekat Anjani."
Romi sebenarnya bingung kenapa istrinya ini sangat keras kepala.
"Ayo kita ke toko Anjani," desak Tania.
"Baik, aku siap-siap dulu."
"Makasih Mas." Tania langsung memeluk suaminya.
Romi kemudian mengelus kepala Tania. "Ya sudah, aku siap-siap dulu."
"Aku juga, Mas," ucap Tania menguraikan pelukannya.
Setelah siap-siap, Tania dan Romi langsung pergi ke toko Anjani.
Di toko, Anjani sedang sibuk melayani pelanggan yang mau membeli lukisannya.
"Mbak, ini lukisannya bagus banget yah." Seorang wanita terpesona dengan lukisan paling atas, pemandangan hijau yang memanjakan mata.
"Itu saya dapatkan saat camping di hutan," ucap Anjani.
"Mbak pernah camping di hutang?" tanyanya.
"Iya," sahut Anjani, "penuh perjuangan untuk mendapatkan pemandangan itu. Makanya saya kasih harga yang tinggi, sampai sekarang belum ada pembelinya."
"Owh, tapi itu bagus banget."
"Emang bagus," ucap Anjani lalu dalam hatinya berkata lagi, "karena hal itu juga nyawaku hampir hilang."
"Boleh saya foto nggak, Mbak?" tanya wanita itu.
"Boleh," sahut Anjani.
Wanita itu pun memotret lukisan Anjani. "Saya akan mengirimnya ke guru, mungkin beliau tertarik."
"Terima kasih."
Tiba-tiba ada suara Tania berujar. "Wah, lagi ada pembeli banyak yah."
Anjani menoleh dan terkejut melihat mantan mertuanya. "Mama, Papa."
Tania langsung memeluk Anjani."Mama tuh kangen sama kamu."
"Dari kemarin dia ngerengek, An," ungkap Romi.
"Ya ampun," sahut Anjani.
Tiba-tiba wanita itu berkata lagi. "Nanti saya kesini lagi ya, Mbak."
"Iya," ucap Anjani.
Beberapa pelanggan membeli lukisan kecil milik Anjani, ada juga yang berukuran sedang.
"Ma, Pa, kalian duduk dulu yah. Saya lagi melayani pembeli," ucap Anjani.
"Iya, Anjani," sahut Tania terlihat bahagia. Dari tadi Romi memperhatikan istrinya itu.
"Bahagia sekali ketemu sama Anjani," batin Romi.
Setelah pelanggan tidak ada, Anjani kemudian membuat minum untuk mertuanya.
"Aduh, jadi ngerepotin. Padahal nggak usah bikin minuman," ucap Tania.
"Nggak papa, Ma," sahut Anjani.
"Gimana kabar kamu?" tanya Romi basa-basi.
"Baik, Pa," sahut Anjani.
"Syukur deh, oh ya, Anjani. Toko kamu ini menurut Papa kekecilan, kenapa nggak dibesarin aja. Papa lihat disamping ada tanah kosong, sayang nggak digunain."
"Belum cukup dana, Pa."
"Kamu butuh dana berapa?"
"Nggak usah, Pa."
"Tapi toko kamu ini rame loh, sayang kalau tokonya kecil." Romi ingin memberi bantuan sedikit.
"Iya, Anjani." Tania membenarkan.
"Saya ingin memperbesar gallery ini dengan uang sendiri."
"Ya ampun, mandiri banget sih." Tania semakin bangga, "oh ya, Mama sama Papa pengen dilukis dong."
"Bisa, Ma. Kalau Papa?" tanya Anjani.
"Papa ikutin Mama kamu aja," sahut Romi.
Kemudian ada yang menyahut. "Ide yang bagus, kami juga mau ikut dilukis."
Anjani dan kedua mertuanya menoleh.
"Kalian," ucap Romi terkejut begitu juga dengan Tania.
BERSAMBUNG
apa Anjani anak abg Johan mungkin ya...???
klo aku ngecium kek Baun karbol pembersih lantai kk Thor 🤣🤣🤣🤣
biasanya Ayah adalah cinta pertama anak perempuan nya...karena baginya ayah adalah pria terkasih dan pahlawan nya