Ini adalah kisah perjalanan seorang mafia italia yang bernama Ken dari keluarga Gatto salah satu keluarga mafia kelas kakap yang ada di italia,lika liku kehidupan gelap mafia ia jalani menjadi mesin pembunuh terbaik di keluarga Gatto,awal mula ketika ia diculik oleh sindikat perdagangan manusia di korea dan ia dibawa ke italia untuk dijadikan pekerja paksa namun siapa sangka ketika ia mencoba kabur dari sindikat tersebut ia bertemu dengan bos mafia di sana.Ken pun menjadi anak angkat bos mafia yang bernama Emilio itu.ia disekolahkan dan didik menjadi mesin pembunuh yang kejam hingga tidak ada satupun di dunia mereka yang tidak mengenal seorang Ken,orang yang kejam,berdarah dingin,diskriminatif dan berani itu menjadi pembunuh nomor satu di italia,bahkan namanya tidak hanya terkenal di keluarga mafia yang ada di italia saja,keluarga keluarga mafia dari berbagai belahan dunia mengenal baik nama seorang Ken
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gatto Pieno, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30
Mendengar ucapan Ken, tubuh suster Anneth bergetar. Baru kali ini ia mengalami rasa ketakutan yang sangat luar biasa.
"Kenapa kau ketakutan seperti itu?" ucap Ken sambil menundukkan badannya melihat ekspresi suster Anneth.
"Jika kau berani membunuh, seharusnya kau juga tidak takut mati," terang Ken.
Ken menyeret tubuh suster Anneth ke gudang yang ada di gereja dan mengikatnya dengan tali.
"Aku akan memperingan siksaanmu jika kau membuka mulutmu itu," ucap Ken sambil memegang pisau kesayangannya itu.
"ENYAH KAU DARI SINI DASAR BREN**SEK!" suster Anneth memberontak.
Ken menginjak bahu suster Anneth hingga membuatnya terpental ke dinding di belakangnya.
"Nasibmu sekarang tergantung dengan mulutmu. Semakin banyak informasi yang kau berikan, semakin ringan siksaan yang akan kuberikan padamu," ucap Ken dengan nada yang sangat mengintimidasi namun memberikan sedikit harapan pada musuhnya itu.
Ken mulai menyayat paha suster Anneth dengan pisaunya. Perlahan darahnya mulai mengalir membasahi kakinya.
"Pertanyaan pertama, apakah kau yang meracuni pendeta Gabriel?" Ken memberikan pertanyaannya kepada suster Anneth.
"Iya, aku orangnya," jawab suster Anneth menahan rasa sakit akibat sayatan Ken.
Ken menyayat kembali kaki suster Anneth untuk yang kedua kalinya.
"Pertanyaan yang kedua, apakah Fabio yang mengirimmu kemari?" Ken kembali memberikan pertanyaannya.
Suster Anneth hanya diam tak menjawab pertanyaan Ken.
ARGHHHHHH..
Suster Anneth kesakitan karena Ken menekankan jarinya ke luka di pahanya.
"Sudah kubilang, nasibmu tergantung pada mulutmu," Ken masih menahan jarinya pada luka di paha suster Anneth.
"Iya..iya, tuan Fabio yang mengirimku," jawab suster Anneth, mukanya penuh dengan keringat dingin.
"Baiklah, karena kau sudah menjawab semua pertanyaanku, kau sudah tidak berguna lagi," Ken mengeluarkan pistolnya.
Melihat sepucuk pistol mengarah ke padanya, suster Anneth langsung panik tidak karuan.
"Ma…maafkan aku, aku berjanji akan pergi dari si….."
DUAAR!
Ken menembakkan pistolnya tepat di kepala suster Anneth.
"Beribu-ribu kali aku mendengar kata-kata itu, beribu kali juga aku menemukan orang seperti dirimu, dan kalian semua sama saja, sampah yang mengemis ketika di ambang kematian," ucap Ken memandang mayat suster Anneth.
Ken pun menyiram mayat suster Anneth dengan bensin lalu membakarnya. Ia harus menghilangkan jejak pembunuhannya agar tidak diketahui siapa-siapa.
Keesokan paginya gereja heboh dengan hilangnya suster Anneth. Para biarawati menangis panik saat mengetahui hilangnya suster Anneth.
"Pergi kemana suster Anneth, apa kau melihatnya semalam?" tanya Argus.
"Aku sudah membunuhnya," jawab Ken santai.
"APA??? KAU MEMBUNUHNYA!!" Argus sedikit histeris.
"Bisakah kau mengecilkan suaramu," Ken menatap tajam Argus.
"Ma...maaf," Argus salah tingkah.
"Kenapa kau membunuhnya?" tanya Argus dengan suara pelan.
"Dia adalah pembunuh bayaran yang dikirim Fabio," jelas Ken singkat.
"Darimana kau tahu jika ia adalah pembunuh bayaran?" Argus bertanya kembali.
"Aku sudah curiga dengan dia dari awal. Semenjak pertama kali kita datang, dia sudah memperhatikan mobil kita, dan juga semalam dia ingin membunuhku," Ken menjelaskan kejadian yang ia alami semalam.
"Kenapa dia ke sini, apa yang ia cari?" penasaran Argus.
"Mungkin ini ada kaitannya dengan harta itu," jawab Ken singkat.
"Sebaiknya kita secepatnya membicarakan masalah ini pada pendeta Gabriel," Argus memberi saran.
"Sepertinya itu hal yang bagus," Ken setuju dengan saran sahabatnya itu.
Mereka berdua langsung menuju ke kamar pendeta Gabriel. Mereka harus mencari petunjuk masalah harta itu dengan cepat.
Sesampainya di kamar pendeta Gabriel, mereka langsung masuk ke dalam kamar pendeta itu. Terlihat di sana suster Leona sedang menyuapi pendeta Gabriel makan.
"Maaf suster, apa Anda bisa meninggalkan kami sebentar? Ada hal yang harus kami bicarakan," ucap Argus dengan sopan.
"Baiklah," suster Leona meninggalkan mereka bertiga di dalam kamar pendeta Gabriel.
"Ada apa, sepertinya ada hal penting yang harus dibicarakan," pendeta Gabriel menatap Ken dan Argus.
"Maaf pendeta, kami hanya ingin bertanya satu hal yang sangat penting," Argus langsung masuk ke inti pembicaraan.
"Apa yang kalian ingin tanyakan?" pendeta Gabriel mengubah posisi duduknya.
"Apa pendeta tahu harta yang disembunyikan oleh keluarga Costra?" tanya Ken.
"Harta tersembunyi keluarga Costra, sepertinya aku tahu sedikit," ungkap pendeta Gabriel.
"Harta yang disembunyikan keluarga Costra adalah sebuah dokumen perjanjian dengan salah satu keluarga pengusaha yang ada di Jerman. Keluarga itu mengatur perputaran selama 230 tahun. Mereka membuat kerajaan uang sendiri dengan membuat bank di negara mereka. Karena superioritas mereka yang begitu besar, banyak orang ingin menghancurkan keluarga itu. Ribuan dokumen penting berisi data aset uang di seluruh dunia ingin dicuri dari keluarga mereka. Karena mereka tidak bisa mengharapkan pemerintahan negara mereka, akhirnya mereka membuat perjanjian dengan keluarga mafia yang saat itu sedang masa keemasaannya, yaitu keluarga Costra. Setelah lebih dua abad keluarga itu mengatur keuangan dunia, pemerintah negara mereka merebut paksa kendali mereka sehingga membuat mereka mengalami kehancuran. Namun, pemerintahan Jerman tidak dapat menemukan seluruh aset uang yang disembunyikan itu karena keluarga Costra yang menyimpan data aset uang itu secara turun-temurun," jelas pendeta Gabriel panjang.
"Jadi, apakah Anda tahu di mana dokumen itu disembunyikan?" Argus bertanya.
"Aku tidak tahu, tapi yang jelas mereka menyembunyikannya di salah satu orang yang datang pada pertemuan yang diselenggarakan keluarga Costra dua puluh tahun lalu," jelas pendeta Gabriel.
"Apa Anda tahu siapa saja yang datang waktu itu?" tanya Ken. Dua puluh tahun lalu adalah masa-masa Emilio membangun Keluarga Gatto. Saat itu Ken belum menjadi bagian dari Keluarga Gatto. Saat itu Emilio menunjukkan potensi yang sangat luar biasa hingga menarik perhatian pemimpin keluarga Costra saat itu.
"Saat itu hanya lima orang yang datang dalam pertemuan itu, dan kelimanya berasal dari negara yang berbeda," pendeta Gabriel menatap Ken.
"Siapa saja, pendeta?" Argus penasaran.
"Saat itu pemimpin keluarga Gatto dari Italia, keluarga Tomodachi dari Jepang, keluarga pengusaha Jerman itu, dan dua orang lagi aku tidak tahu siapa," ucap pendeta Gabriel.
Ken hanya diam mendengar penjelasan panjang pendeta Gabriel. Ia berpikir keras untuk mencari petunjuk dari penjelasan pendeta Gabriel.
"Kenapa kalian bertanya tentang harta itu? Apa kalian ingin mencari harta itu?" pendeta Gabriel penasaran.
"Saat ini aku dan Fabio sedang perang dingin. Kematian Emilio dan kelumpuhan pendeta adalah perbuatannya. Ia mengirim suster Anneth untuk membunuh Anda. Selama ini ia menjilat semua orang untuk menguasai harta tersembunyi itu. Aku dan Argus harus mencari harta itu sebelum dirinya," jelas Ken.
Mendengar penjelasan Ken, pendeta Gabriel shock berat. Ia tidak menyangka jika mantan anak muridnya itu melakukan perbuatan yang sangat menjijikkan seperti itu.
"Tolong kalian balas perbuatan menjijikkannya untuk diriku. Aku sangat muak melihat perbuatan seperti itu," pendeta Gabriel mengepalkan tangannya emosi.
"Tanpa Anda suruh pun kami akan melakukannya," ucap Argus mantap.
Mereka berdua berpamitan kepada pendeta Gabriel dan seisi gereja untuk pergi. Mereka berdua akan pergi ke Jepang untuk menemui keluarga Tomodachi. Mereka harus mencari kembali petunjuk yang ada.
Saran, lanjut thor, semangatt