" Maaf Al, kita nggak bisa lanjutin hubungan kita ini."
Sakit hati Alna, tiba-tiba diputuskan oleh sang tunangan yang merupakan seorang tentara. Tanpa ada alasan yang jelas, hubungan yang sudah berjalan 3 tahun itu pupus begitu saja.
Sebenarnya Alna bukan lah korban "Hallo Dek!", karena dia juga merupakan seorang tentara. Ia dan Bimo berada di kesatuan yang sama.
Untuk mengobati sakit hatinya, Alna mengusulkan dirinya sendiri untuk pergi melakukan tugas sebagai seorang dokter di sarang mafia besar yang disinyalir mendanai perang. Tapi siapa sangka sang mafia malah jatuh cinta kepada Alna.
" Aku akan terus mengejarmu meskipun kau menolak ku. Aku bahkan rela membuang semua ini asalkan kau mau menerimaku." Ahmed Yusuf Subrata.
" Tapi aku adalah orang yang ingin menangkap mu." Alna Gyantika Kalingga
Bagaimana kisah cinta Mayor Alna?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tentara dan Mafia 23
" Ughhh, akhirnya keluar. Aku harus menghubungi Om Irawan dulu."
Alna melihat ke sekeliling, saat ini dia tengah berada di sebuah restoran. Ini merupakan cara dia membaur agar tidak mencurigakan saat dia menelpon.
" Halo Om."
" Al, kok bisa nelpon sih?"
" Ini ada di luar jadi bisa nelpon. Sampai sekarang sih belum kelihatan apapun Om. Cuma aku denger dia pun dikhianati sama orang dalamnya."
" Oh gitu, good deh. Terus, kenapa dia nyari dokter?"
Alna terdiam sejenak, dia yang sedang menjalankan misi tentu harus memberi informasi yang di dapat. Namun sebagai dokter dia harus menjaga informasi dari pasiennya.
" Nggak ada masalah khusus, dokter pribadi emang ditempatin di mansion karena untuk memeriksa orang di sana. Dia kayaknya nggak suka dirinya sendiri dan orang-orangnya tersentuh pihak luar."
Sebagain ucapan Alna benar dan sebagian lagi tidak. Tapi pada intinya dia bisa melindungi informasi pasiennya dan tetap menjalankan tugasnya.
" Ya udah kalau gitu, kamu hat-hati ya Al. Langsung hapus riwayat telponnya."
" Iya Om, siap. Salam buat Ayah dan Bunda ya."
" Okeeeh."
Tuuuut
Panggilan dimatikan, Alna lalu menikmati makanan dan minuman yang tersaji di depannya. Ia juga menikmati suasana kota itu.
Rasanya ada sesuatu yang hilang dari hatinya, tapi di sisi lain dia juga merasa sangat lega. Dia lega bisa bernafas tanpa rasa sesak. Paru-parunya seolah bebas tanpa ada hambatan sama sekali dalam menyaring udara.
Sruuuup
Alna menenggak kopi dingin yang ia pesan, sambil melihat jalanan di luar tempatnya duduk. Dan ada satu hal yang menarik yang ia temui.
Sraak
Tap tap tap
Alna meraih gelas kopinya, lalu bangkit dari duduknya. Ia berjalan keluar dan mendekat ke arah sesuatu yang ia kenali.
" Itu mobil yang nabrak Yusuf malam itu," ucap Alna lirih. Setiap keluar, Alna selalu mengenakan pakaian panjang yang menutupi seluruh tubuhnya ( Dia pake kayak model abaya di sini) Tidak lupa selendang panjang untuk menutupi kepalanya dan juga kaca mata hitam.
Alna memicingkan matanya, ia yakin bahwa mobil itu adalah mobil yang menabrak mobil Yusuf dengan sengaja. Beberapa bagian yang penyok memang sudah dibenahi, dan plat mobilnya berbeda, tapi ingatan Alna tidak mungkin salah.
" Siapa kira-kira yang menghalangi kita malam itu ya?"
" Entah, dia sama sekali tidak kelihatan wajahnya."
Alna lamat-lamat mendengar apa yang dua orang itu katakan. Tentunya mereka berbicara dengan bahasa asli sana. Dia sama sekali tidak terkejut, jika ada yang mencari sosoknya, tapi yang pasti Alna masih bisa tenang karena mereka tidak melihat wajahnya.
Tidak ingin hilang kesempatan, Alna memotret dua pria yang hendak masuk ke mobil itu.
" Bagus, paling nggak dapet gambar mereka. Walaupun entah nanti kepake atau nggak."
Drtzzz
Ponsel Alna berbunyi, ia mengerutkan keningnya saat melihat nomor yang tidak dikenal itu. Terlebih itu bukan nomor dari negaranya.
" Halo, si~"
" Dokter ku, kenapa tidak pulang-pulang? Ini sudah siang lho."
Alna membuang nafasnya kasar. Meskipun tidak menyebutkan nama, tapi dia langsung tahu kalau yang menghubunginya itu adalah Yusuf.
" Tuan Yusuf yang baik hati dan tidak sombong, kan saya sudah bilang kemarin kalau saya akan pulang sedikit malam. Jadi kenapa Anda menelpon."
" Duuh bagaimana ya, setelah aku rasakan aku tidak bisa lama-lama jauh dari kamu. Kalau tidak ada Dokter, tubuh ku ini langsung berasa sakit semua. Duh bagaimana ya ini?"
Rasanya Alna ingin sekali mengeplak kepala Yusuf, namun tentu saja dia tidak bisa melakukannya. Yusuf adalah target misinya, jadi dia harus bisa terus bersama pria itu sampai semua terungkap.
" Baik Tuan, saya akan kembali." Alna bersungut-sungut sambil menutup telponnya. Dia memaki Yusuf sepuas hati karena yang dimaki tidaklah tahu.
Sedangkan di seberang sana, Yusuf tampak senang sekali. Senyumnya mengembang sempurna. Saat ini Yusuf bahkan bisa tahu dan membayangkan bagaimana wajah Alna yang kesal.
Tok tok tok
" Tuan, orang itu sudah datang."
" Good, bawa dia ke ruang tamu. Jangan lupa jaga pintu. Kalau Dokter Alna datang, langsung arahin dia ke ruang tamu juga."
Ted hanya mengangguk, dia sama sekali tidak tahu apa rencana yang ada di kepala Yusuf. Tuannya itu kadang berada di luar prediksi dengan apa yang dipikirkannya. Sebagai anak buah, Ted hanya menurut segala hal perintah dari tuannya itu.
" Apa kabar Tuan Ahmed Yusuf Subrata. Saya sangat terkejut sekali mendapat undangan langsung dari Anda."
" Nona Syakila yang cantik jelita, saya penasaran dengan Anda. Kenapa Anda sampai datang ke perusahan saya bahkan tanpa saya undang. Dan Anda meninggalkan nomor telpon Anda di resepsionis, itu bearti Anda menginginkan saya untuk menghubungi Anda bukan?"
Wanita yang cantik nan seksi itu melepas jubahnya dan hanya menyisakan sebuah mini dress. Bagian atas nampak dadanya yang sedikit menyembul, dan bagian pahanya terekspos sempurna. Dia berdiri, lalu duduk tepat di sebelah Yusuf.
" Anda sangat pintar sekali, Tuan. Pantas saja banyak wanita menginginkan Anda."
Yusuf menyeringai, di tau maksud dari wanita ini. Syakila disuruh oleh Alendro untuk menggoda dirinya. Karena saat ini di anting wanita itu ada sebuah kamera kecil.
Mungkin maksud dari Alendro adalah, ingin menyebarkan aib dari Yusuf. Ia ingin memperlihatkan Yusuf, pria yang dipuja-puna oleh wanita itu, gemar bermain wanita.
" Dasar murahan," ucap Yusuf lirih. Sangat lirih sehingga Syakila tidak mendengarnya.
Wanita itu terus menggoda Yusuf, tapi Yusuf hanya bergeming. Dia menganggap Syakila ini sebagai setan yang tengah menggodanya.
Dia disentuh, ditiup telinganya, namun Yusuf tetap lah tidak merespon.
Tap tap tap
" Tuan, Dokter Alna sudah datang.
" Sayaaang, aku merindukanmu."
Apa?
Hee?
Ted dan Alna membulatkan mata mereka. Keduanya saling pandang dengan wajah yang kebingungan. Alna bahkan sampai melihat ke belakang, siapa tahu ada orang lain selain dia dan Ted. Namun tidak ada siapa-siapa lagi selain mereka.
Drap drap drap
Seeet
Yusuf bangkit dari duduknya dan langsung berjalan cepat menuju dimana Alna berdiri. Pria itu lalu menggamit lengan Alna dan menyandarkan kepalanya di sana.
" Kamu kemana saja, aku merindukanmu. Aah maaf Nona Syakila yang cantik jelita, aku melupakanmu. Perkenalkan, ini adalah Dokter Alna. Dia dokter di mansion ini sekaligus calon istriku. Jadi berhentilah membuat trik, dan katakan kepada Tuanmu untuk tidak melakukan hal yang tidak penting. Sampaikan padanya sekarang juga."
Degh!
Alna bisa merasakan aura penekanan yang kuat. Tatapan tajam seolah mengincar mangsa dari seorang pemburu bisa Alna lihat dari sorot mata Yusuf saat ini.
Dan, wanita yang dipanggil Syakila tadi tampak ketakutan. Dia kembali memakai jubahnya lalu pergi dengan sangat cepat meninggalkan ruangan itu.
" Eh Dokter, maaf ya. Pasti kaget ya? Maaf ya aku nggak maksud nakutin dokter. Nah sekarang, bolehkan aku diperiksa. Aku takut terjangkit virus dari wanita tadi. Apalagi tadi dia sudah memegang-megang aku. Uhh takut."
Cara bicara dan cara menatap Yusuf langsung berubah seketika. Tapi Alna menunjukkan ekspresi bodoh seolah-olah dia tidak tahu.
" Baik Tuan, mari ikut saya."
TBC
semangat ya