"Urusan kita belum selesai, saya ada penawaran kalau kamu setuju maka kamu harus mau mengandung anak saya."
"Saya tidak setuju."
"Benarkah kamu tidak setuju? saya ini akan memberikan penawaran yang sangat menarik, bukankah sekarang kamu sedang mencari seorang pria?"
Apa sebenarnya yang akan di tawarkan oleh laki laki itu hingga dia percaya diri sang perempuan tidak akan menolak.
Jangan Lupa Like Dan Komen! Wan Kawan 🤗😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon VivianaRV, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28
Setelah selesai mengambil kentang mereka berdua rehat sejenak di gubuk sambil merasakan angin sepoi-sepoi. Disana mereka minum untuk menyegarkan rasa dahaga, air itu diberikan oleh pekerja kebun.
"Tuan anda pasti merasa sangat capek sekali ya."
"Ya lumayan capek tapi seru, jarang saya berkegiatan seperti ini."
"Syukur kalau anda merasa senang."
"Oh iya Riri mulai saat ini kita kalau bicara jangan terlalu formal nanti takutnya orang tuamu bisa curiga dengan hubungan kita ini."
"Lalu harus bagaimana?"
"Kita harus menghilangkan bahasa formal yang sering kita gunakan, lebih baik kita bicara dengan aku-kamu yang terdengar lebih santai."
"Baiklah kalau begitu."
"Ada baiknya kamu juga mempunyai panggilan khusus untuk saya agar lebih meyakinkan."
"Panggilan khusus? Saya belum terpikirkan."
"Ya berarti kamu harus mulai memikirkannya dari sekarang."
"Haduh kenapa jadi ribet gini sih, kenapa harus ada panggilan khusus?"
"Ya emang harus begitu kalau orang pacaran."
"Ya sudah nanti saya pikirkan."
"Bagus itu, semakin cepat kamu memanggil saya dengan panggilan khusus maka semakin bagus."
Riri pun terdiam memikirkan kira-kira panggilan khusus apa yang cocok untuk Regos. Sedangkan Regos diam memandangi kebun yang membentang hijau di tumbuhi sayuran.
Setengah jam mereka istirahat, mereka malah dicari oleh Herman. Herman datang ke kebun ada apa, kenapa anaknya tidak kunjung pulang takutnya ada suatu hal. Yang ternyata anaknya sedang bersantai dengan pacarnya.
"Bapak kenapa nyusul?"
"Bapak khawatir, tadi tak kira ada apa-apa ternyata kamu malah keasikan berduaan di gubuk" ucap Herman sambil menahan senyum.
"Kita ini lagi istirahat pak, tadi capek banget ngambil kentangnya."
"Oalah, ya sudah kalau gitu segera pulang ini sudah sore."
"Iya pak, bapak duluan aja nanti kita nyusul."
"Ya udah bapak pulang dulu, kalian segera pulang ya nanti keburu maghrib."
"Iya pak" Herman pun pulang lebih dulu.
"Ayo kita pulang nanti kalau enggak segera pulang kita malah dimarahi bapak" ucap Riri.
"Iya ayo, sini biar aku aja yang bawa keranjangnya pasti itu berat banget."
"Kamu beneran kuat? nanti kamu malah encok."
"Enggak bakal, memang kamu kira aku sudah tua hingga bawa kentang segini aja bisa langsung encok?"
"Hehe... maksud aku enggak gitu, nih kalau kamu mau bawa kentangnya."
Regos dengan sekali angkat membawa keranjang kentang itu. Mereka pulang dengan berjalan kaki dari kebun hingga rumah. Sampai rumah mereka langsung disambut oleh Riyanti.
"Ya ampun nak Regos taruh sini keranjangnya biar bapak aja yang masukkan ke rumah."
"Tidak apa bu, ini semua kentangnya mau ditaruh di mana?"
"Taruh di dapur aja, ayo aku kasih tahu dimana tempat naruh nya" ucap Riri yang mendahului ibunya, karena Riri tahu pasti ibunya itu akan menyuruh Regos meletakkan kentang-kentang itu di depan rumah.
Regos pun mengikuti langkah Riri menuju dapur. Riri memberitahukan dimana biasanya mereka menyimpan kentang.
"Nah sudah benar disini kan nyimpan kentangnya?"
"Iya, sudah benar" Regos pun menghela nafas lega sambil mengelap peluh keringat yang ada di dahinya.
"Ya ampun nak Regos pasti kamu capek banget ya? lihat itu baju yang kamu pakai kenapa bisa kotor banget gitu?"
"Iya tadi saya bantuin Riri ambil kentang mungkin tanpa sadar tadi saya mengelapkan tangan saya ke baju makanya bisa kotor."
"Lebih baik nak Regos mandi aja dulu terus baru pulang ke hotel untuk masalah baju nak Regos bisa pinjam baju punya bapak."