NovelToon NovelToon
CINTA RAHASIA PAK DOSEN

CINTA RAHASIA PAK DOSEN

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Dosen / CEO / Cinta Beda Dunia / Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: ZIZIPEDI

Dalam keheningan, Nara Wibowo berkembang dari seorang gadis kecil menjadi wanita yang mempesona, yang tak sengaja mencuri hati Gala Wijaya. Gala, yang tak lain adalah sahabat kakak Nara, secara diam-diam telah menaruh cinta yang mendalam terhadap Nara. Selama enam tahun lamanya, dia menyembunyikan rasa itu, sabar menunggu saat Nara mencapai kedewasaan. Namun, ironi memainkan perannya, Nara sama sekali tidak mengingat kedekatannya dengan Gala di masa lalu. Lebih menyakitkan lagi, Gala mengetahui bahwa Nara kini telah memiliki kekasih lain. Rasa cinta yang telah lama terpendam itu kini terasa bagai belenggu yang mengikat perasaannya. Di hadapan cinta yang bertepuk sebelah tangan ini, Gala berdiri di persimpangan jalan. Haruskah dia mengubur dalam-dalam perasaannya yang tak terbalas, atau mempertaruhkan segalanya untuk merebut kembali sang gadis impiannya? Ikuti kisahnya dalam cerita cinta mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZIZIPEDI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TUJUH

"Apa yang sedang Prof lakukan?" Suara Nara terdengar tajam, matanya menatap Gala dengan tatapan yang memancarkan rasa penasaran yang dalam.

Gala tersenyum tipis, seakan-akan senyumannya itu mengandung misteri.

"Hmm... Saya sedang mempelajari garis wajahmu, Nara. Mengapa seorang gadis secerdas kamu memilih untuk bersikap arogan?" Gala berbicara dengan nada sinis, memicu kerut di dahi Nara.

"Apakah ini tentang kejadian di kafe itu, Prof? Apa kesimpulan Prof itu dipicu oleh insiden itu, sehingga Prof menilai saya seburuk itu?" Nara menanggapi dengan nada defensif, tak terima dengan asumsi yang dibuat oleh dosen tersebut.

"Menurutmu...?" Gala membalas dengan pertanyaan retoris, meningkatkan intensitas perdebatan di antara mereka. Nara menghela nafas panjang, berusaha meredakan guncangan emosional di dalam hatinya sebelum akhirnya, dengan perasaan yang berat, ia memberanikan diri untuk meminta maaf.

"Untuk hal itu, saya benar-benar minta maaf, Prof. Saya mengakui kesalahan saya karena telah menuduh dan mempermalukan Prof di tempat umum. Kejadian itu, sungguh karena kesalahpahaman yang tidak saya inginkan," ucap Nara, penuh harap agar Gala dapat memberikan ruang maaf padanya.

"Ooo... jadi hanya kata 'maaf' yang mampu kau ucapkan setelah menyiram saya dengan minuman dan merusak kemeja saya?" sindir Gala dengan nada sarkas. Ia lalu mendudukkan bokongnya di bibir meja kerja sambil memalingkan punggungnya terhadap Kinara. 

Dari balik bahunya, tampaknya pria itu berusaha keras untuk menutupi senyum sinis yang mengintai di wajahnya.

"Saya akan ganti rugi kemeja Profesor. Beritahu saya ukuran dan merek apa yang Profesor pakai saat itu," timpal Nara dengan cepat, mencoba menyelamatkan situasi.

Gala memutar tubuhnya perlahan, matanya menelisik Kinara dengan intensitas yang menyengat. "Menggantinya?" Gala berkata dengan suara yang menekan setiap kata. 

"Kamu mengerti nilai kemeja itu? Sekalipun kamu membayar dengan kemeja seharga satu milyar, itu takkan pernah bisa mengganti apa yang telah kamu lakukan," lanjutnya, suaranya serak terbawa emosi. Seketika, alis Nara mengerut, bingung dan geram dengan penilaian Gala yang berlebihan.

"Hah, seolah-olah kemejanya itu dilapisi emas dan berhiaskan permata saja" gumam Nara dalam hati, meredam amarahnya yang mulai memuncak.

"Maaf, Prof. Saya tidak bermaksud..." Suara Nara terdengar melunak, tetapi sebelum kata-katanya selesai, Prof. Gala tiba-tiba melangkah lebih dekat. Matanya menatap tajam ke arah Nara, begitu tajam hingga membuat napas Nara tertahan.

Detik itu juga, Nara bisa merasakan seluruh tubuhku kaku, tenggelam dalam perasaan tidak nyaman dan bingung.

"Kenapa Prof. Gala menatapku seperti itu? Seolah-olah aku ini adalah sesuatu yang begitu penting di matanya—atau mungkin hantu masa lalu yang mengejutkannya?apa aku melupakan sesuatu..? Ah..entah lah, Aku tak tahu," batin Nara penuh tanya.

"Maaf, Prof, kenapa Profesor menatap saya seperti itu?" Nara akhirnya membuka suara, mencoba melarutkan suasana aneh itu sambil menyentuh wajahnya sendiri dengan panik. 

Mencoba memastikan, akan kemungkinan ada sesuatu di wajahnya. 

"Apakah Saya melakukan sesuatu yang salah Prof? "Namun, dia tidak menjawab pertanyaan Nara. Tatapannya sekilas berubah menjadi penuh pertimbangan, seperti pria yang sedang berusaha meyakinkan dirinya sendiri tentang sesuatu.

Bibirnya sedikit terbuka, tetapi tidak ada sepatah kata pun yang keluar. Nara berusaha menahan diri membiarkan pikirannya berlarian ke mana-mana, tetapi kegelisahannya begitu nyata.

Dalam benak Nara, sempat terlintas, hal hal buruk yang menakutkan.

"Maaf, apa maksud dari ini semua? Apa mungkin Prof. Gala akan—"

"Sudah cukup!" Gala tiba-tiba memotong tanpa memberikan ruang bagi Nara, untuk menyelesaikan spekulasinya. Nada suaranya tegas, seperti dia baru saja memutuskan sesuatu dengan penuh keyakinan.

"Kalau kamu benar-benar ingin bertanggung jawab atas apa yang kamu lakukan, cukup bersihkan kemeja saya sampai bersih seperti semula. Apakah kamu sanggup?" Ada sesuatu dalam intonasinya, bukan hanya kemarahan, tetapi juga seberkas emosi lain yang Nara tak bisa uraikan. Apa itu rasa kecewa? Atau mungkin sejenis keterkejutan yang sudah dia tekan sedemikian rupa agar tidak terlihat.

Nara menelan ludah dan akhirnya mencoba mengalihkan fokus pada tanggung jawab yang diminta. "Baik, Prof," jawab Nara cepat, nyaris refleks.

"Hem... kalau begitu, saat jam pulang nanti kamu bisa membersihkannya," ujar Gala  akhirnya, memecah ketegangan di antara mereka dengan sikap yang lebih terkendali, meski Nara masih merasakan sisa-sisa aura yang aneh darinya. Prof. Gala adalah teka-teki yang belum sempat Nara tuntaskan, tapi untuk sekarang, ia hanya ingin menyelesaikan permintaannya saja.

"Em...baik Prof" sahut Nara cepat,"jika tak ada lagi boleh saya kembali ke kelas Prof," tanya Nara. Gala mengangguk.

"Silahkan" sahut Gala. Nara tersenyum, perasaan lega di hati Nara mulai menyebar. Nara menganggukkan kepala sebagai tanda hormat, sebelum Nara meninggalkan  ruangan Gala.

Namun saat Nara hendak membuka pintu,suara tegas Gala menghentikan langkahnya.

"Tunggu..." suara Gala memotong langkah Kinara dengan cepat. Ia berbalik, menatapnya dengan perasaan tidak nyaman yang tiba-tiba merayap di dada.

"Iya, Prof?" tanyanya, mencoba terlihat tenang meskipun hati Nara sudah dipenuhi rasa curiga.

"Sebelum pergi, saya minta nomor ponsel walimu, sebagai penjamin," ucapnya dengan nada datar, tapi cukup untuk membuat alis Nara berkerut.

"Penjamin? Apa maksudnya ini? Pikiran buru Nara langsung berkecamuk di dalam kepalanya. Apa dia merencanakan sesuatu? Mengapa harus meminta nomor wali? Bukankah ini tidak ada hubungannya dengan tanggung jawabku?"batin Nara hanya bisa bertanya dalam hati.

"Maaf, Prof. Saya rasa itu tak perlu," jawab Nara dengan tegas, mencoba menjaga suaranya tetap stabil meskipun emosinya mulai memanas.

"Saya tidak akan lari dari tanggung jawab saya." Nara mengatakan itu dengan yakin, menegaskan bahwa ia tak butuh pengawasan seperti anak kecil. Namun, mata Gala tetap menatap Nara tanpa perubahan.

"Ya sudah, jika kamu tak bersedia memberikannya, siap-siap saja. Saya akan mempersu—"

"Baiklah!" potong Nara dengan nada tajam, mendengus kesal. Ia tahu ke mana arah ancamannya. Dia selalu punya cara untuk memojokkan gadis berparas ayu itu, membuat Nara tak punya pilihan lain.

Perasaan jengkel bercampur dengan ketidakberdayaan memenuhi diri Nara, hingga akhirnya Nara mengeluarkan ponselnya dan menyebutkan nomor Bara, kakak satu satunya yang ia punya. Kalau Nara tidak menyerah, pasti masalah ini hanya akan semakin rumit. 

Dengan nada setengah bergumam,Nara  meluapkan kekesalannya.

"Hem… ternyata selain suka menindas, dia juga kejam." Nara yakin nada lirih itu hanya untuk dirinya sendiri, tetapi Gala tampaknya cukup mendengar dumelannya.

Nara tak peduli. Biarkan dia tahu. Nara muak dengan semua sikap otoriter yang Gala tujukan padanya, tapi sayangnya, Nara tahu ia masih harus bermain sesuai aturan Prof.Gala—untuk saat ini.

"Jika sudah, silahkan keluar" tegas Gala setelah meminta nomor Bara dengan tatapan tak terbaca. Tanpa berkata banyak, Nara hela nafas kesal dan berlalu dari ruangan yang kini terasa asing. Langkah kakinya gontai, terbebani oleh pukulan keras realitas.

"Bagaimana mungkin," gumamnya lirih sambil berjalan menyusuri koridor yang panjang, "Kenapa aku bisa mengagumi Prof Gala? Jika saja aku tahu kepribadiannya yang sebenarnya, aku tak akan pernah memujanya sebagai motivator." Keluhan itu terus mengalir, mengiringi langkah-langkah yang semakin tertatih. Perasaannya berkecamuk, menghadapi kenyataan bahwa sosok yang selama ini dipandangnya sebagai teladan memiliki kepribadian yang menyebalkan.

Sementara Gala tersenyum lebar di dalam ruangannya.

"Mungkinkah? Sungguhkah bocah itu yang pernah ku janjikan untuk mengejarku ke Semarang?" Gala merenung dalam keheranan dan ketidakpercayaan yang mendalam. Hatinya berdebar tidak karuan, namun sejenak terhenti saat menyadari gadis kecilnya seakan asing, padanya.

"Tunggu, kenapa dia berpura-pura tidak mengenalku?" tanyanya dalam hati, penuh kebingungan. Pandangan Gala beralih ke cermin, memeriksa setiap kontur wajahnya. "Tidak, aku masih sama. Pesonaku tidak luntur." gumamnya, namun benaknya kembali dihantui pertanyaan yang tak terjawab.

Gala termenung di kursi kerjanya, hati dan pikirannya berkecamuk menyatukan puzzle-puzzle kenangan tentang Nara, gadis kecil yang kini telah bermetamorfosis menjadi remaja yang tinggi, cantik, dan memukau.

"Jika aku tidak mengenalinya itu wajar, karena Nara yang kini berdiri di depanku jauh berbeda; dari bocah yang mungil menjadi seorang gadis yang mampu mencuri perhatian."

Gala terpaku, menyaksikan bagaimana waktu dan jarak telah mengubah segalanya, termasuk bunga kecil yang telah berkembang menjadi bunga yang indah dan semarak di kebun hidupnya. Selimut kekaguman dan keheranan melingkupi hatinya seraya ia mencoba mengulik misteri yang terjalin di antara mereka.

1
Mira Hastati
bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!