Pernikahan seharusnya menjadi momen yang paling membahagiakan dan ditunggu oleh pasangan yang saling mencintai. Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi Noami dan Gilang.
Pasalnya, pernikahan mereka terjadi secara mendadak dan tak mengenakkan akibat kesalahpahaman warga yang mendapati mereka berada di dalam rumah kontrakan Naomi dalam kondisi yang cukup intim.
Warga yang mengira kalau Naomi dan Gilang sudah melakukan tindakan tercela yang mencoreng nama baik desa mereka, memaksa mereka menikah saat itu juga. Tidak punya pilihan, Gilang dan Naomi terpaksa menuruti keinginan warga demi menyelamatkan naman baik mereka sebagai pendatang di sana.
“Meski kita sudah menikah, tapi kamu tidak boleh menuntut hak apapun kepadaku!” Kata Gilang setelah tak lama mereka menjadi pasangan suami istri.
Begitu banyak kesepakatan menyakitkan yang dibuat oleh Gilang ditambah sikap Gilang yang sering mengacuhkannya setelah mereka menikah, membuat Naomi merasa pernikahan yang dijalaninya hanya membuatnya terluka.
Apakah Naomi mampu bertahan dengan pernikahan yang hanya membuat luka untuk dirinya meski sebenarnya tanpa diketahui oleh Gilang jika Naomi sudah mencintai Gilang sejak lama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PML 28 - Berdebat Lagi
Naomi tidak menyangka kalau Melvina benar sudah menjadi sekretaris baru Gilang. Pertanyaan yang sejak tadi siang bersarang di benaknya pun akhirnya terjawab tentang alasan Melvina ikut bersama Dean bertemu rekan kerjanya.
Mengetahui hal tersebut, membuat Naomi kembali merasa tak enak hati dan membayangkan hal apa saja yang dilakukan Gilang dan Melvina saat mereka berada di perusahaan.
“Apa alasan Gilang mempekerjakan Melvina sebagai sekretaris pribadinya. Apa karena alasan dia ingin selalu dekat dengan Melvina?” Tanya Naomi dalam hati.
Karena moodnya sangat buruk saat itu, membuat Naomi lebih banyak diam hingga akhirnya Gilang membawanya pulang ke rumah mereka. Untung saja tadi Gilang tidak memaksa Naomi untuk makan malam di rumah orang tuanya sehingga tak membuat Naomi semakin lama menyaksikan keromantisan Gilang dan Melvina.
“Mulai besok tidak perlu repot mengantar jemput aku pergi bekerja. Karena aku bakal pergi dan pulang menggunakan mobilku sendiri.” Kata Naomi saat keduanya sudah tiba di rumah.
Kedua bola mata Gilang menatap tajam wajah Naomi. “Kenapa? Apa kamu gak mau membuat kekasihmu cemburu melihatku terus mengantarkanmu pergi bekerja?” Tuduh Gilang.
Naomi balik menatap wajah Gilang dengan tatapan tajam. “Kekasih mana yang kamu maksud? Dari kemarin kamu selalu saja menuduhku yang bukan-bukan!” Seru Naomi tak kalah kesal.
“Abian. Dia kekasihmu!”
Naomi terperangah. Sungguh tuduhan Gilang barusan tidak masuk akal pikirnya. “Abian kamu bilang? Dia bukanlah kekasihku. Dia hanya rekan kerjaku dan tidak lebih dari itu!” Tegas Naomi.
Gilang tak serta merta percaya. Dia menatap sinis wajah Naomi yang nampak kesal pada dirinya. “Pandai sekali kamu bersandiwara. Kamu pikir aku percaya dengan perkataanmu?”
Naomi dibuat makin kesal saja mendengar perkataan Gilang yang lagi-lagi menyakiti hatinya. “Jangan samakan aku dengan kamu, Gilang. Meski aku menikah dengan kamu dengan terpaksa, tapi aku sama sekali tidak ingin menodai pernikahan kita. Aku tahu batasanku dalam berteman. Tidak sama seperti kamu!” Tegas Naomi.
“Aku? Memangnya kenapa denganku?” Tanya Gilang dengan tatapan tajam.
“Kamu gak sadar diri atau sedang berpura-pura tidak mengerti?” Seru Naomi. Rasanya habis sudah kesabarannya menghadapi sikap Gilang.
Gilang hanya diam pertanda ia memang tidak mengerti dan tidak seperti yang Nami katakan. Malas menghadapi Gilang, Naomi segera berlalu dari hadapan Gilang. Dia sudah tidak berselera untuk mengatakan yang sejujurnya pada Gilang.
“Berhenti!” Gilang menarik pergelangan tangan Naomi yang berhasil membuat pergerakan Naomi seketika terhenti.
“Kamu apa-apaan sih?!” Naomi menatap wajah Gilang kesal. Dia sampai menyentak tangan Gilang agar melepas cekalan tangannya.
Tatapan mata Gilang semakin tajam saja menatap wajah Naomi. Membuat Naomi balik menatap wajah Gilang tak kalah tajam.
“Jelaskan apa maksud kamu tadi? Jangan membuatku marah, Naomi!” Titah Gilang tegas.
“Kupikir tanpa aku jelaskan sekalipun, kamu seharusnya sudah mengetahui jawabannya.”
Gilang dibuat semakin bingung. Jujur saja dia memang tidak mengerti maksud perkataan Naomi barusan.
“Jangan mengusikku lagi. Aku capek dan mau istirahat!” Tegas Naomi.
Gilang terdiam. Dia sudah tak lagi menahan pergerakan Naomi dan membiarkan wanita itu berlalu dari hadapannya.
“Apa maksud perkataannya. Kenapa dia mengatakan seolah aku sedang menjalin hubungan dengan seorang wanita?” Gilang dibuat bingung dan bertanya-tanya. Karena perasaannya kini sedang kesal pada Naomi, membuatnya tak langsung masuk ke dalam kamar. Gilang memilih duduk diam barang beberapa saat di lantai bawah sampai menunggu suasana hatinya sedikit lebih membaik.
Sementara itu di dalam kamar, Naomi terlihat sudah berada di dalam kamar mandi dan sedang bersiap untuk mandi. Mengingat perdebatannya dan Gilang tadi, membuat Naomi menghela napasnya yang terasa makin memberat.
“Kenapa dia selalu saja bersikap sesuka hatinya. Apa dia tidak tahu kalau hatiku terluka dengan sikapnya yang seperti itu?” Lirih Naomi dengan kedua bola mata yang nampak sudah berair saat ini.
**
Keesokan paginya, Naomi membuktikan perkataannya pada Gilang yang ingin berangkat sendiri menuju rumah sakit menggunakan mobil pribadinya. Meski kemarin Gilang sempat tidak setuju dengan keputusannya, tapi Naomi tidak memperdulikannya.
“Pekerjaanku sangat sibuk beberapa waktu ke depan. Aku banyak bolak-balik rumah sakit satu dan lainnya. Sangat merepotkan dan memakan waktu kalau aku harus mencari transportasi untuk prrgi setiap harinya.” Kata Naomi saat Gilang kembali memberikan ultimatum jika dirinya tak setuju Naomi berangkat tanpa diantarkan oleh dirinya.
“Kamu bisa menelfonku jika ingin pergi, Naomi!” Tegas Gilang. Masih tidak merelakan Naomi berangkat sendiri.
”Kamu pikir kamu bisa selalu ada di saat aku butuhkan? Tentu saja enggak kan. Apa lagi sekarang kamu udah lebih sibuk sama adik angkat kamu itu.” Kata Naomi.
Dahi Gilang mengkerut. Kenapa Naomi membawa nama adik angkatnya dalam pembicaraan mereka kali ini?
“Sudahlah, jangan menghalangiku lagi.” Naomi sudah berlalu dari hadapan Gilang dan melangkah masuk ke dalam mobil miliknya.
Gilang memperhatikan pergerakan wanita itu dengan kedua tangan terkepal. “Dia pasti gak ingin aku merusak momen kebersamaannya dengan pria itu jika aku terus mengantar jemputnya bekerja!” Geram Gilang dalam hati.
Di dalam mobil, Naomi menghela napas dalam kemudian membuang napas kasar di udara untuk menenenangkan hati dan perasaannya yang terasa gundah saat ini.
“Untuk apa dia mengantarkan aku pergi kalau pulangnya dia menjemputku sambil membawa adiknya itu?” Lirih Naomi dengan kedua kelopak mata yang mulai terpejam.
***
Jika teman-teman suka dengan cerita Naomi dan Gilang, tinggalkan komentar dan klik tombol suka sebelum meninggalkan halaman ini. Satu lagi, jangan lupa kasih rate bintang 5 ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️ seperti biasanya. Terima kasih🌺
Gilang marah tidak ya Naomi pulang ke rumah mamanya untuk menemui kak Nadira tidak mengajaknya