Grace, kini harus menjadi anak yatim piatu setelah kedua orangtuanya di habisi secara keji oleh Chan Ryder, hanya karena kalah tender. Sejak kecil Grace di urus dan dibesarkan oleh orang yang telah membunuh kedua orang tuanya, bahkan kakaknya pun ikut menjadi korban. Bagaimana jadinya jika Grace tahu jika orang yang sudah merawatnya adalah orang yang sudah tega memisahkan ia dan keluarganya?
Penasaran sama kelanjutan ceritanya? Yuk langsung baca. Jangan lupa like, komen, vote, dan kasih ulasan terbaiknya. oke👌😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RD Junior, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Waktu telah menunjukkan pukul empat sore, namun Delard belum pulang juga. Tentu saja. Karena semenjak Chan Ryder mengurus bisnisnya yang di luar negeri, semua pekerjaannya harus di handle oleh putranya yang tak lain adalah Delard.
Di kamarnya, Grace melakukan panggilan video call dengan Daniel untuk membahas perihal keberangkatannya ke gunung G besok. Jam keberangkatannya pun diubah yang awalnya sepulang sekolah menjadi pagi atas usul yang di sarankan oleh Daniel setelah keduanya mendapatkan skorsing dari sekolah, sementara Anggun dan Laura diminta untuk menyusul.
Setelah memutus sambungan video call Grace pun masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, setelah itu dia membaringkan tubuh ditempat tidur.
Waktu telah menunjukkan pukul sembilan malam.
Pintu kamar Grace tiba-tiba terbuka, yang masuk ternyata Delard dan masih mengenakan pakaian kantornya, komplit dengan tas laptop yang ada di tangannya.
Delard mendekati Grace yang sudah tampak tertidur pulas, dia pun duduk di tepi ranjang lalu menatap wajah cantiknya. Dia membelai lembut pucuk kepala Grace dan menatapnya dengan penuh perasaan. Entah kenapa akhir-akhir ini hanya wajah Grace saja yang selalu terbayang-bayang di pikirannya.
Grace menggeliatkan tubuhnya lalu memutar posisi tidurnya menjadi telentang. Melihat wajah polos Grace seakan mengobati rasa lelah Delard setelah seharian bekerja di kantor.
Delard menyelimuti tubuh Grace lalu mengecup keningnya sebelum keluar dari kamar Grace.
Keesokan paginya.
"Semalam Kak Delard tidak pulang?" tanya Grace dengan mulut yang penuh dengan makanan.
"Pulang," jawab Delard singkat. Dia pun memasukkan makanan kedalam mulutnya, karena kebetulan mereka sedang sarapan bersama sebelum melakukan aktivitas masing-masing.
"Tumben kau tidak mengganggu ku?" tanya Grace dengan raut wajah yang polos.
Delard menyembunyikan senyumannya ketika mendengar pertanyaan dari sang adik. "Memangnya kenapa? Bukankah kau memang tidak suka jika aku mengganggumu?"
Grace tertegun sejenak, "iya juga," ujarnya.
"Bagaimana rencana mu hari ini untuk pergi ke gunung G?"
"Aku tetap akan berangkat kesana," jawab Grace menghabiskan makanan terakhirnya.
"Jangan lupa kau ajak Jack juga. Karena jika tidak, aku tidak akan mengijinkan mu pergi kesana," titah Delard bernada tegas. Dia pun mengajak Grace untuk berangkat bersama, namun lagi-lagi di tolak mentah-mentah olehnya. Bukan karena Grace tidak mau di antar oleh Delard, tapi karena Grace takut ketahuan jika selama tiga hari kedepan dirinya tidak di perbolehkan masuk sekolah akibat kesalahannya yang mengakibatkan harus di skorsing.
Delard berdiri dari duduknya, dia menoleh kepada Jack, "jaga adikku baik-baik, dan ikuti kemanapun dia pergi," ucapnya penuh penekanan.
"Baik, Tuan," jawab Jack.
Setelah Delard pergi, dengan cepat Grace mengganti pakaian seragamnya dengan pakaian biasa.
"Nona Grace, apa kita akan berangkat sekarang?" tanya Jack setelah melihat Grace menginjakkan kaki di tangga terakhir.
"Kau tidak perlu menjagaku, karena aku akan pergi bersama temanku," Grace berjalan melewati Jack.
"Maaf Nona, tapi tuan Delard telah mempercayakan saya untuk menjaga keselamatan Nona."
"Tidak perlu. Aku yakin jika aku akan baik-baik saja," Grace pun masuk kedalam mobilnya tanpa memperdulikan ucapan Jack.
Kini Jack di ambang dilema, haruskah dia mengatakan yang sebenarnya kepada Delard jika adiknya tidak sekolah karena sedang di skor. Setelah berpikir cukup lama akhirnya Jack memutuskan untuk memberitahu Delard.
Delard yang saat itu ingin meninjau pabrik tas yang ada di kota Z pun memutar balik arah mobilnya menuju gunung G, karena kebetulan lokasi gunung G masih di daerah kota Z.
Grace terus mengamati isi ruangan dari gedung tua yang terletak di tengah-tengah pohon Pinus itu, dan memasuki semua kamarnya.
"Horor abis nih tempat," batin Daniel seraya mengusap-usap bulu kuduknya yang merinding. "Grace, sebenarnya apa yang kau cari di tempat ini?" tanyanya.
"Aku__" Grace masih bingung haruskah dia berkata jujur kepada Daniel, jika dia sedang mencari petunjuk soal asal-usulnya di gedung tua itu? Pasalnya semenjak studi tour, dirinya selalu bermimpi bertemu dengan seseorang yang memintanya untuk kembali ke gedung tua, yang tak lain adalah Vila tempat di mana Leo Tan dan Istrinya di habisi.
"Di tempat ini hanya ada aku dengan Grace. Apa aku gunakan saja kesempatan ini untuk menguasai tubuhnya?" batin Daniel. Dia pun mendekati Grace lalu mendekap tubuhnya.
"Daniel apa yang kau lakukan?!" bentak Grace memelototinya.
"Grace aku__" Daniel tak melanjutkan ucapannya, dia langsung menengkuk leher Grace lalu menyambar ranum bibirnya.
"Emp," Grace menolak ciuman yang di lakukan Daniel lalu mendorongnya. "Jangan kurang ajar! Ingat kita itu sekarang lagi dimana?!" geram Grace kepadanya.
"Ini yang aku benci darimu! kau bilang kau itu mencintaiku, tapi kenapa kau selalu menolak ketika aku ingin menciummu!" desis Daniel yang mulai tersulut emosi.
"Daniel, kita itu sedang berada di gedung tua antara tengah-tengah hutan! Apa kau tidak takut perbuatan mu ini membawa malapetaka untuk kita?" tegur Grace meminta pengertiannya.
"Aku hanya ingin menciummu, apa itu salah?!" decak Daniel yang tak mau mengalah. "Sudahlah lebih baik aku pulang saja, untuk apa juga aku berlama-lama disini," gertak Daniel menakut-nakuti Grace, kemudian keluar dari gedung itu.
Grace mengejarnya. "Daniel tunggu!" teriaknya dari belakang Daniel, namun tiba-tiba kakinya tersandung hingga membuatnya terjatuh, "aw!" pekiknya menahan sakit karena kakinya terkilir.
Melihat teriakan Grace Daniel pun menoleh kebelakang lalu menghampirinya. "Apa kau baik-baik saja?" tanyanya terlihat khawatir.
"Kaki ku sakit," pekiknya.
"Bagian mana yang sakit?" tanya Daniel lagi seraya menelisik bagian kaki yang di pegangi oleh Grace.
"Lutut aku sakit sekali!" Grace terlihat tampak sangat kesakitan sehingga Daniel menyenderkan tubuhnya di dekat tangga.
"Mari sini aku lihat!" Daniel mencoba memijit-mijit lutut Grace, "bagaimana? Apa sudah terasa baikan?" tanyanya.
Grace mengangguk, "ya, lumayan."
Namun makin lama pijatannya semakin naik keatas paha mulus Grace.
"Daniel," rengek Grace dengan manjanya.
Sementara Daniel tampak senyum-senyum sendiri melihat tingkah menggemaskan Grace yang kegelian akibat gelitikannya.
"Sudah cukup Daniel! geli ah," pinta Grace kepadanya, namun Daniel tak mau menghentikannya.
Tiba-tiba dari belakang datang seseorang menarik kerah baju yang dikenakan Daniel lalu kemudian menghajar wajahnya habis-habisan.
Bug.
Bug.
Bug.
Grace menohok melihat kehadiran Delard di tempat itu, "kak Delard!"
Bug.
Bug.
Bug.
Delard terus melayangkan pukulannya di sekujur tubuh Daniel, hingga membuatnya kini tidak berdaya.
"Kak Delard cukup! Tolong hentikan!" Walaupun kaki Grace sakit, dia berusaha untuk bangkit, "aw!" pekiknya seraya memegangi lutut.
Delard meminta Ruly untuk membawa Grace ke dalam mobil, namun Grace menolaknya.
"Cukup Kak! Daniel bisa mati jika kau terus-menerus memukulinya!" teriak Grace, karena Ruly menyeretnya sedikit kasar agar Grace masuk ke dalam mobil.
Bug.
Bug.
Bug.
"Berani sekali kau berbuat kurang ajar kepada adikku! Apa kau lupa perkataan ku waktu itu? Bukankah sudah aku katakan, jangan pernah coba-coba untuk mendekati adikku lagi!" decak Delard.
"Uhuk-uhuk! Ampun Kak," Daniel memohon ampunan dari Derald berharap dia mau mengasihaninya.
Bug.
"Ini yang terakhir kalinya! Jika kau masih berani mendekati adikku lagi, aku tidak akan segan-segan untuk menghabisi mu!" ucap Delard bernada ancaman.