Aurora terbangun dari tidurnya dan mendapati dirinya berada di dunia asing yang begitu indah, penuh dengan keajaiban dan dikelilingi oleh pria-pria tampan yang bukan manusia biasa. Saat berjalan menelusuri tempat itu, ia menemukan sehelai bulu yang begitu indah dan berkilauan.
Keinginannya untuk menemukan pemilik bulu tersebut membawanya pada seorang siluman burung tampan yang penuh misteri. Namun, pertemuan itu bukan sekadar kebetulan—bulu tersebut ternyata adalah kunci dari takdir yang akan mengubah kehidupan Aurora di dunia siluman, membuatnya terlibat dalam rahasia besar yang menghubungkan dirinya dengan dunia yang baru saja ia masuki.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wardha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kebahagiaan yang sementara
Di langit yang cerah dan biru, Kerajaan Aetheroin berdiri megah, simbol kekuatan dan keindahan. Setelah perang yang panjang dan melelahkan, Aurora dan Raviel akhirnya dapat menikmati hari-hari mereka dengan damai.
Raviel, dengan senyum yang hangat dan mata yang berkilau, membawa Aurora berkeliling di taman bumi yang indah. Tempat ini memiliki kenangan yang spesial bagi mereka, karena di sinilah mereka pertama kali bertemu.
Taman bumi yang rimbun dan hijau, dipenuhi dengan pepohonan yang menjulang tinggi dan bunga-bunga yang indah. Raviel dan Aurora berjalan berdampingan, menikmati keindahan alam yang mempesona. Mereka berbicara dan tertawa, menikmati setiap momen yang mereka habiskan bersama.
Di tengah-tengah taman, Raviel berhenti di depan sebuah pohon yang besar dan rimbun. Ia memandang Aurora dengan mata yang penuh cinta, dan berkata, "Di sinilah kita pertama kali bertemu. Di sinilah kita memulai petualangan kita bersama."
Aurora tersenyum, dan memeluk Raviel dengan erat. "Aku tidak akan pernah melupakan momen ini," katanya. "Aku tidak akan pernah melupakan cinta kita yang tumbuh di tempat ini."
Raviel dan Aurora berdiri di sana, menikmati keindahan alam dan kebahagiaan yang mereka rasakan. Mereka tahu bahwa mereka masih memiliki banyak petualangan yang akan mereka hadapi bersama, tapi untuk sekarang, mereka hanya ingin menikmati momen ini, dan cinta yang mereka bagikan.
Terperangkap di Dunia Siluman
Aurora menatap cakrawala keemasan yang membentang luas di hadapannya. Langit di dunia ini berbeda dari langit yang pernah ia kenal—selalu bercahaya dengan warna emas yang berkilauan, seolah tak mengenal gelap. Udara pun terasa ringan, membawa bisikan-bisikan halus dari makhluk-makhluk yang menghuni dunia siluman.
Raviel menggenggam tangannya erat, seakan ingin meyakinkannya bahwa ia tidak sendiri. "Masih merindukan rumahmu di alam manusia?" tanyanya dengan suara pelan.
Aurora menoleh, senyumnya tipis. "Ada rasa ingin... Aku merindukan teman-temanku, dan ya... Aku juga tidak bisa meninggalkanmu. Kau suamiku, Raviel."
Raviel menghela napas. "Kau ratu di Kerajaan Aetheroin, Aurora. Jika kau memaksa dirimu untuk kembali, maka... dunia ini akan hilang. Alam ini… Semua negeri siluman akan hancur."
Aurora terdiam. Kata-kata itu bergema dalam pikirannya. Dunia ini telah menjadi bagian dari dirinya—seperti sihir yang mengalir dalam darahnya, seperti sayap-sayap cahaya yang kini menjadi bagian dari tubuhnya. Ia telah berevolusi, meninggalkan kemanusiaannya di masa lalu.
"Hem," Aurora bergumam sambil menatap tangannya yang kini bersinar samar. "Lagi pula... Aku sudah menjadi bagian dari kalian. Aku bukan lagi manusia biasa. Aku ragu siluman burung garuda emas akan menerimaku sepenuhnya, tapi aku juga bukan manusia yang sama seperti dulu."
Mata Raviel menatapnya dengan penuh keyakinan. "Kau lebih dari sekadar manusia atau siluman. Kau adalah penghubung dua dunia. Dan itu adalah kekuatan yang tidak dimiliki siapa pun."
Aurora tersenyum kecil. Ia tidak tahu ke mana takdir akan membawanya, tapi satu hal yang pasti—perjalanannya belum berakhir. Dunia ini masih menyimpan rahasia yang harus ia ungkap, dan di sisinya, Raviel akan selalu ada.
Angin lembut berhembus di dunia para siluman, membawa harum bunga yang tak pernah ia kenal sebelumnya. Aurora menatap tangannya yang kini berkilauan samar—sebuah bukti bahwa ia telah berubah. Ia bukan lagi manusia biasa, tapi juga belum sepenuhnya menjadi siluman.
Raviel menggenggam tangannya erat. "Kita akan menemukan jalan," katanya, suaranya penuh keyakinan. "Entah itu untuk menyatukan dunia ini dengan dunia manusia, atau menemukan takdir baru untukmu."
Aurora mengangguk, tetapi pikirannya masih dipenuhi pertanyaan. Bagaimana jika ia memang sudah tidak memiliki tempat di dunia manusia? Bagaimana jika satu-satunya pilihan adalah menerima dunia ini sepenuhnya?
Tiba-tiba, langit yang berwarna keemasan mulai bergetar, seolah merespons pikirannya. Dari kejauhan, terdengar suara langkah berat yang menggema di tanah berbatu. Sekelompok siluman burung garuda emas muncul dari balik bukit, sayap mereka berkilauan seperti matahari.
Seorang di antara mereka melangkah maju—sosok tinggi dengan mata tajam berwarna emas. Dialah Aerius—Raja Garuda Emas, penguasa tertinggi dunia ini.
"Kau telah dipanggil oleh takdir, Aurora," suaranya bergema, penuh wibawa. "Kau bukan manusia, bukan siluman. Kau adalah jembatan antara dua dunia. Jika kau memilih tetap di sini, kau akan memiliki kekuatan yang bahkan belum kau pahami. Tapi jika kau memilih kembali ke dunia manusia ... maka keseimbangan akan runtuh.”
Aurora terdiam, merasakan tatapan semua makhluk yang mengelilinginya. Ini bukan hanya tentang dirinya. Ini tentang dua dunia yang terhubung oleh kehadirannya.
Ia menatap Raviel. "Apakah kau akan tetap bersamaku, apa pun yang terjadi?"
Raviel tersenyum, tanpa ragu sedikit pun. "Sampai akhir dunia, Aurora."
Aurora menarik napas dalam. Mungkin ia belum tahu jawabannya, tapi satu hal yang pasti—ia akan menghadapi takdirnya, entah sebagai manusia, siluman, atau sesuatu yang lebih dari itu.
"Apa pun itu takdirnya, aku akan selalu ada bersamamu. Karena aku adalah sayap emasmu, Aurora."
Aurora tertegun, hatinya menghangat. "Rasanya aku jatuh cinta padamu, Raviel."
"Ah, aku tahu itu." Raviel tersenyum lebar, seakan-akan memberikan ejekan kecil.
Refleksi—Aurora memukul lengannya dengan wajah memerah menahan malu. Ya, Raviel selalu berhasil membaca pikiran dan isi hatinya. Berbeda dengan dirinya yang hanya bisa merasakan sesuatu yang akan terjadi.