Squel Flight Attendant.
Denisa, dokter berusia dua puluh lima tahun itu telah menjadi janda diusianya yang bahkan belum genap dua puluh tahun akibat obsesinya pada laki-laki yang sangat mencintai kakaknya. Susah payah pergi jauh dan berusaha move on, Denisa dipertemukan lagi dengan mantan suaminya yang sangat ia hindari setelah lima tahun berpisah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Isma Wati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Senam Jantung
Acara meeting dimulai, semua sudah masuk keruangan dan duduk dikursi yang sudah disediakan. Meeting kali ini membahas kematangan kesiapan rumah sakit apung yang digagas oleh Amanda, dan kapal yang disponsori oleh Daniel.
Amanda, Daniel, Denisa, dan Ricko duduk saling bersisian di meja panjang itu. Semua serius menyimak saat Amanda maju menyampaikan materi dan tempat tujuan mereka nanti.
Saat sedang serius tiba-tiba Denisa dibuat terkejut, dibawah meja sana, tepatnya diatas pahanya, tangan seseorang nyasar dan nemplok dengan nyamannya. Ini disebelah kiri dan tepat disebelah kirinya adalah Daniel, sang mantan suami.
Denisa menunduk untuk memastikan jika dugaanya tidak salah, dan benar itu tangan Daniel dengan tidak berdosannya tangan itu mengusap pahanya yang terbungkus celana jeans biru.
Denisa menggelembungkan pipi menahan emosi. Bisa-bisanya Daniel meletakkan tangannya diatas paha Denisa saat Amanda sedang menjelaskan didepan sana, dan lebih berbahaya lagi, disebelah kanan Denisa adalah Ricko.
Jantung Denisa dibuat tidak tenang, sekarang dia tidak bisa menyimak apa yang dijelaskan Amanda.
Hadehh ngapain sih mantan suaminya ngelakuin itu?
Denisa merapatkan tubuhnya ke meja, agar yang dilakukan Daniel tidak dilihat oleh Ricko, ini sangat berbahaya. Astaga, sumpah demi apapun Daniel seakan mengajaknya senam jantung dan membawanya bermain roller coaster.
Denisa menoleh kearah Ricko untuk membaca situasi, dirasa aman, dia menurunkan tangan kirinya untuk menyingkirkan tangan sialan si mantan suami. Tapi saat dia akan menyingkirkan tangan Daniel, Daniel justru mengambil tanganya dan menggenggamnya erat menelusupkan jemari besarnya disela jemari Denisa yang kosong.
Mata Denisa membola dan memberanikan diri menoleh kearah laki-laki itu memintanya agar melepaskan tangannya, tapi Daniel seolah acuh dan tak menghiraukan permintaannya.
Tangan kanan Denisa mengusap keningnya frustasi, keadaan menjadi begitu horor baginya, ditambah kini Amanda telah selesai menyampaikan materinya semua peserta rapat bertepuk tangan tapi Denisa tidak bisa melakukan itu.
Jika cctv disana dibuka, sudah pasti terlihat jelas jika hanya dia dan Daniel yang tidak bertepuk tangan.
Hingga Amanda duduk kembali ketempatnya, tapi Daniel tak juga mau melepaskan tangannya.
Denisa benar-benar dibuat risau dan takut, dia menarik-narik tangannya untuk dilepaskan, tapi Daniel tak juga mau melepaskan.
"Tuhan, semoga dokter Amanda tidak melihat ini." Doa Denisa.
Gestur tubuh gelisah Denisa justru dibaca lain oleh Ricko, Ricko melihat wajah panik dan pucat Denisa mengira jika Denisa beneran sakit. Ricko mengambil tangan kanan Denisa yang masih memegang kening itu yang sudah terasa dingin saat digenggamnya.
"Are you oke, Nis?" bisik Ricko, terpancar kekhawatiran membawa genggaman tangannya keatas meja.
Denisa menggeleng dalam diam.
"Aku bukan sakit Ricko, tapi laki-laki sialan disebelah ku membuat aku takut." Gumam Denisa tentu dalam hati.
Amanda menoleh pada Denisa sedikit mendengar bisiskan Ricko. Amanda melihat tangan mereka yang bertaut, Amanda tersenyum lebar mengira jika Denisa dan Ricko beneran sudah jadian, kini senyum Amanda berubah menjadi senyum menggoda pada Denisa.
Denisa menjadi semakin tak enak saja.
Detik berikutnya, Denisa hampir saja dibuat berteriak jika dia tidak mengendalikan dirinya akibat kelakuan tangan Daniel yang meremas pahanya. Daniel marah melihat tangan Ricko menggenggam tangannya. Denisa menoleh ingin marah, tapi Daniel balik melototinya menatap tajam kearah tangan Ricko dengan rahang yang sudah mengeras.
Paham maksud Daniel dan tak ingin laki-laki itu berbuat yang lebih nekat dan bisa membahayakan posisinya tentunya, perlahan Denisa menarik tangannya dari genggaman Ricko.
"Sorry," ujar Ricko tanpa bersuara. Denisa tersenyum tipis menanggapinya.
Takut, sudah pasti Denisa menjadi sangat takut sekarang, dia tak tahu apa sebenarnya mau Daniel melakukan ini padanya.
"Daniel si4lan," umpat Denisa dalam hati.
Denisa memijit kening frustasi, ruangan ini ber-ac, tapi Denisa menjadi berkeringat.
Tidak berhenti sampai disini, Daniel kembali berulah, dia seperti memasukkan sesuatu kejari telunjuk Denisa.
Seperti mengatakan jangan dilepas, Daniel menahan telunjuk Denisa dengan jarinya, mengusap-usap lembut jari Denisa.
Denisa bisa bernafas lega saat Daniel harus maju dan menyampaikan materi menjelaskan keamanan serta kesiapan kapal yang yang disediakannya.
Denisa kembali menunduk, melihat apa yang disematkan Daniel tadi, ternyata sebuah cincin putih berbentuk love dipermukaanya berpadu dengan sebuah batu delima kecil.
Denisa tak berani mendongak, tapi dia akan meminta penjelasan setelah ini.
Selama Daniel menjelaskan didepan, Denisa hanya menunduk menatap huruf-huruf kertas didepanya yang sama sekali tak ia baca, enggan menatap wajah tampan yang dulu begitu dia gilai sekarang menjadi sangat menyebalkan itu, takut jika Daniel akan berbuat yang tak diinginkannya dan aneh.
Tapi Denisa tak bisa menghindari kejahilan Daniel apapun yang dia lakukan, nyatanya Daniel kini malah menegurnya.
"Bagaimana Mami Dara, eh maaf maksud saya Dokter Denisa?", kesalahan ucapan Daniel malah membuat semua peserta rapat tertawa, termasuk Amanda yang tak mencurigai apapun dari maksud ucapan tunangannya itu karena mungkin Daniel terbawa ceritanya selama ini.
Tapi ini berhasil membuat Denisa hampir jantungan.
"Tadi katanya ada yang mau anda tanyakan, silahkan tanyakan sekarang agar yang lain juga bisa mendengar dan tahu jawabannya." Persilahkan Daniel dengan senyum puasnya, senang sekali melihat wajah panik Denisa yang terlihat menggemaskan untuknya.
"Emm," gugup, Denisa jadi gugup karena tidak tahu harus bertanya apa, "tidak jadi Pak, saya lupa." Dia nyengir, menutupi rasa kesalnya.
"Coba diingat-ingat, menurut saya pertanyaan anda tadi begitu berbobot dan sangat bagus."
Denisa melotot tak percaya, namun kemudian dia kembali nyengir lucu tapi dalam hati menhan geram, ini namanya Daniel mencoba mempermalukanya. Oh astaga, Denisa ingin rapat ini segera berakhir dan menyeret laki-laki itu dan menenggelamkanya didasar lautan agar dimakan ikan hiu dan punah dari muka bumi ini.
Satu jam rapat baru berakhir, dan peserta rapat diberi jamuan oleh Amanda sebagai makan siang juga, karena bertepatan dengan jam makan siang walau maju sedikit, yakni sekarang sudah jam setengah dua belas.
"Aku seneng deh Nis, akhirnya kamu terima Ricko juga," ucap Amanda, mendudukkan bokongnya dikursi sebelah Amanda.
"Ya ampun Dok, saya tuh-"
"Boleh gabung?" tanya Ricko datang membuat ucapan Denisa terpotong.
"Ehem kayaknya entar yang traktir yang habis jadian nih?" goda Amanda lagi, "kita jadikan ngedate barangnya?"
"Emm liat aja nanti ya Dok," jawab Denisa, sebenarnya dia menolak halus.
"Aku nggak terima penolakan loh Nis. Aku pengen kayak orang-orang normal double date gitu," pinta Amanda dengan wajah memelas.
Daniel menyimak dari jauh, kesal Amanda yang memaksa Denisa. Dan Ricko juga menunggu jawaban Denisa, berharap Denisa mau, karena dia akan menembak Denisa nanti agar disaksikan oleh Amanda dan tunangannya.
ditunggu ceritannya ya thor..