Sena, gadis tujuh belas tahun yang di abaikan oleh keluarganya dan di kucilkan oleh semua orang. Dia bunuh diri karena sudah tidak tahan dengan bullying yang setiap hari merampas kewarasannya.
Alih-alih mati menjadi arwah gentayangan, jiwa Sena malah tersesat dalam raga wanita dewasa yang sudah menikah, Siena Ariana Calliope, istri Tiran bisnis di kotanya.
Suami yang tidak pernah menginginkan keberadaannya membuat Sena yang sudah menempati tubuhSiena bertekad untuk melepaskan pria itu, dengan begitu dia juga akan bebas dan bisa menikmati hidup keduanya.
Akankah perceraian menjadi akhir yang membahagiakan seperti yang selama ini Siena bayangkan atau justru Tiran bisnis itu tidak akan mau melepaskan nya?
*
Ig: aca0325
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Seorang wanita cantik memakai heels tinggi berjalan menapaki lorong sunyi hingga kemudian ia berhenti di dalam ruangan berbentuk persegi. Ruang tunggu.
Ia duduk di depan pembatas, lalu ada kaca transparan yang bisa digunakan untuk melihat ke dalam. Matanya tak beranjak sedikitpun dari pintu cokelat tua disana.
Tak lama kemudian pintu terbuka, pria tampan berwajah lembut muncul disana.
"Hei, sudah lama." Si wanita menyapa, suaranya serak menahan tangis, ada kilatan rindu pada kedua netra nya.
"Ya, sudah lama." Pemuda itu membalas seraya tersenyum tipis.
"Sebentar lagi kau akan bebas. Aku selalu menunggu hari itu, aku sungguh merindukanmu." Ia mulai menangis.
"Terimakasih sudah menungguku. Apa Limerick nyaman?"
"Tidak selalu. Kau tidak ada disana,"
"Tapi kudengar dia ada disana."
"Lupakan dia... "
"Mana mungkin, "
"Aku yang setia menunggumu. Sedangkan dia tidak akan mau melihatmu kembali, kau tau apa yang paling dia inginkan? Dia ingin kau mendekam selamanya di sini. "
"Maka aku akan mengubah pandangannya. "
Wanita itu tertegun dalam waktu lama, ia bertanya lirih, "bagaimana denganku? "
"Kau akan selalu menjadi wanita hebatku. "
"Waktu kunjungan habis. Silahkan kembali lain kali. "
Kedua orang itu saling melemparkan senyum kerinduan sebelum si pria kembali masuk ke dalam pintu cokelat tua.
Wanita itu menghela nafas panjang lalu pergi dari sana. Ia menutupi sebagian wajahnya dengan masker, juga memakai topi agar semakin menyamarkan keberadaan nya.
...°°°...
Siena kembali ke mansion Harrison sambil membawa buku diary Siena. Setelah meminta Popy untuk mengantarkan makan malamnya ke kamar, wanita itu mulai membaca buku diary tersebut.
Tidak ada yang menarik, hanya kehidupan biasa seorang mahasiswi. Namun, di beberapa halaman ia menemukan nama Cindy di sebut.
Ternyata Limerick bukanlah tempat pertama kalinya Siena dan Cindy bertemu. Jauh sebelum itu mereka pernah bertemu, Siena tidak menulis secara gamblang tetapi dari kalimat yang ditulis Siena dapat menyimpulkan bahwa Cindy pernah menjadi orang terdekat Siena.
"Wah... Menarik nih. Apa yang terjadi? Kalau Cindy dan Siena pernah dekat kenapa mereka saling bermusuhan? Apa karena Erlan?" Monolog Siena sendirian.
Hanya saja, nama Erlan hanya di sebut satu kali dan entah kenapa itu terasa tidak masuk akal.
Jatuh cinta pada pandangan pertama? Terdengar klise, namun benarkah ada cerita cinta pandangan pertama tapi namanya tidak diceritakan dengan begitu antusias.
Siena jadi bertanya-tanya benarkah Siena asli jatuh cinta pada pandangan pertama pada Erlan?
"Eh, Siena kan pernah tinggal di Indonesia? Dia menghabiskan masa remaja disana. Haruskah aku kesana untuk mencari tahu?" Siena mondar-mandir dekat jendela, ia sedang menimbang beberapa hal. Masih ada enam hari lagi sebelum Erlan kembali, Siena masih bisa menggunakan waktu yang tersisa untuk pergi ke Indonesia.
"Nyonya, makan malamnya." Popy datang membawa trolley yang berisi berbagai macam jenis makanan.
"Letakkan saja di dekat ranjang." Kata Siena tanpa menoleh sedikitpun.
"Baik, nyonya. Saya permisi," Popy meletakkan trolley di dekat ranjang, menyadari nyonya nya sedang tidak ingin di ganggu popy segera pergi.
Perut Siena sudah bergemuruh, ia belum makan sejak siang. Melemparkan buku diary keatas ranjang, Siena mulai memakan makan malamnya.
Tidak butuh waktu lama Siena sudah menghabiskan makanannya. Selesai makan, Siena mengemas beberapa pakaian yang akan ia bawa besok. Sudah Siena putuskan bahwa besok ia akan mengunjungi Indonesia.
Agar suatu hari nanti tidak ada yang di sesali, Siena akan mencaritahu semuanya. Ia baru bisa mengambil keputusan untuk bercerai dengan Erlan setelah ia mengetahui apa yang terjadi antara Siena dan Cindy.
Jika memang mereka berdua bermusuhan karena Siena iri dan mencintai Erlan yang berstatus sebagai kekasih Cindy, maka setelah ini Siena tidak akan ragu bercerai dengan Erlan.
Selesai mengemas pakaian dan barang yang perlu dibawa, Siena memutuskan untuk tidur. Ia akan berangkat ke bandara pagi-pagi sekali agar tidak di ketahui oleh penjaga mansion.
...°°°...
"Tidak bisa Nyonya. Anda harus izin dulu sama Tuan Erlan." Kata tuan Poison ketika Siena ingin pergi ke luar. Awalnya Siena ingin pergi diam-diam namun Tuan Poison sepertinya punya kekuatan yang bisa mendeteksi sehingga baru saja Siena melangkah keluar dari gerbang mansion tuan Poison sudah menghadang dan menginterogasi.
Dengan sangat terpaksa dan berat hati Siena mengatakan ingin berlibur ke Indonesia dan tentu saja tuan poison tidak memberi izin kecuali jika Erlan sudah memberikan izin kepada Siena.
"Aku tidak akan lama disana, sebelum Erlan pulang aku sudah berada di mansion." Siena masih mencoba membujuk.
"Maafkan saya Nyonya, jika nyonya tetap nekad pergi nyawa semua pekerja disini bisa terancam. Kasihanilah nyawa kami , nyonya. Tolong pertimbangkan kembali apa yang hendak anda lakukan." Tuan Poison meminta dengan suara rendah.
Siena berdecak kesal. Ah, haruskah ia menelpon Erlan dan meminta izin? Siena malas sekali berbicara dengan pria dingin itu.
"Baiklah, aku akan mencoba berbicara dengan Erlan." Siena juga tidak tega melibatkan pekerja seperti mereka, ia kembali masuk ke dalam sambil memikirkan alasan apa yang harus diberikan pada Erlan agar pria itu memberi izin.
...***...