NovelToon NovelToon
Pulang / Di Jemput Bayangan

Pulang / Di Jemput Bayangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Mata Batin / Kutukan / Hantu / Roh Supernatural
Popularitas:727
Nilai: 5
Nama Author: Novita Ledo

para pemuda yang memasuki hutan yang salah, lantaran mereka tak akan bisa pulang dalam keadaan bernyawa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novita Ledo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30

Kabut yang Tak Terhentikan

Di tempat-tempat yang jauh dari Giripati, kehidupan berjalan seperti biasa—hingga kabut itu datang. Awalnya hanya selapis tipis, tidak lebih dari embun yang aneh di pagi hari. Namun, kabut itu membawa bisikan. Bisikan kecil yang merasuk ke dalam pikiran, menjanjikan kedamaian, tetapi menggiring jiwa-jiwa lemah menuju kehancuran.

Di kota kecil bernama Sindura, seorang gadis bernama Rina mulai mendengar bisikan-bisikan itu. Ia merasa ada sesuatu yang memanggilnya, sesuatu yang begitu akrab namun mengerikan. Malam-malamnya dipenuhi mimpi buruk tentang pohon raksasa dengan wajah-wajah manusia, dahan-dahannya merentang seperti cakar, dan akarnya mencengkeram dunia.

Penduduk Sindura tidak menyadari bahwa mereka sedang diawasi. Di tengah kabut, akar-akar kecil mulai muncul dari tanah, merambat ke dinding rumah dan jalanan, tak terlihat oleh mata manusia. Ketika mereka menyadarinya, sudah terlambat.

Serangan di Sindura

Suatu malam, kabut menjadi begitu pekat hingga cahaya bulan pun lenyap. Di tengah kegelapan itu, terdengar jeritan pertama. Ketika penduduk berlari keluar rumah, mereka melihat sesuatu yang mengerikan: seorang pria tua berdiri di tengah jalan, tubuhnya terbungkus akar hitam. Matanya terbuka, kosong, sementara mulutnya bergerak tanpa suara.

Seorang pemuda bernama Danu mencoba menarik pria itu keluar dari akar-akar tersebut, tetapi begitu ia menyentuhnya, akar-akar itu melompat ke tubuhnya, membungkusnya dalam hitungan detik. Jeritannya terhenti, dan tubuhnya berubah menjadi patung kayu yang hancur ketika disentuh.

Orang-orang mulai panik, mencoba melarikan diri dari desa, tetapi akar-akar itu telah menutup semua jalan keluar. Mereka bergerak seperti ular hidup, mencengkeram siapa saja yang mendekat. Pohon-pohon di sekitar desa mulai tumbuh lebih cepat, cabang-cabangnya membentuk wajah-wajah baru—penduduk Sindura yang hilang.

Rina dan Kebenaran

Rina, yang merasa dirinya terhubung dengan kegelapan ini, memutuskan untuk pergi ke pusat kabut, mengikuti bisikan yang memanggilnya. Dengan membawa lentera kecil dan keris pusaka milik keluarganya, ia berjalan menuju hutan yang kini mulai menyerupai kerajaan kegelapan.

Ketika ia tiba di tengah-tengah kabut, ia melihatnya: tunas kecil yang bersinar merah, dikelilingi oleh akar-akar yang berdenyut. Di samping tunas itu, berdiri seorang gadis kecil dengan senyum yang terlalu lebar dan mata hitam pekat. Gadis itu menatap Rina dengan penuh rasa ingin tahu.

“Kau berbeda,” kata gadis itu. “Kau bisa merasakannya, bukan? Kau adalah bagian dari ini.”

Rina merasakan dingin menjalar di tubuhnya. Ia tahu gadis itu tidak berbohong. Sejak ia kecil, ia sering bermimpi tentang tempat-tempat asing, tentang pohon raksasa dan kabut. Ia merasa seolah-olah dirinya adalah bagian dari sesuatu yang jauh lebih besar, sesuatu yang tidak ia pahami.

“Apa yang kau inginkan dariku?” tanya Rina, suaranya gemetar.

“Aku tidak ingin apa pun,” jawab gadis itu. “Aku hanya ingin kau melihat. Ini adalah takdirmu. Kau bisa melawan, tetapi siklus ini tidak akan pernah berhenti.”

Pilihan Terakhir

Rina tahu ia harus menghentikan ini, tetapi ia tidak tahu bagaimana. Keris di tangannya bergetar, seolah-olah merespons kehadiran kegelapan. Dengan keberanian yang tersisa, ia menyerang tunas itu, menusukkan keris ke dalam tanah di sekitarnya.

Namun, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Ketika keris itu menyentuh tanah, akar-akar di sekitarnya bergerak cepat, mencengkeram tubuh Rina. Ia berusaha melawan, tetapi semakin ia berontak, semakin erat cengkeraman itu. Gadis kecil itu hanya tertawa, suaranya menggema di seluruh hutan.

“Kau tidak bisa menghentikan ini. Kau adalah bagian dari kami.”

Namun, tepat sebelum akar-akar itu menelan seluruh tubuhnya, cahaya kecil muncul dari keris. Cahaya itu semakin besar, membakar akar-akar yang mencengkeramnya. Jeritan ribuan suara terdengar, dan tunas merah itu mulai layu. Gadis kecil itu berteriak marah, tubuhnya memudar perlahan-lahan.

Rina jatuh ke tanah, tubuhnya lemah tetapi hidup. Ketika ia membuka matanya, kabut perlahan mulai menghilang, dan akar-akar yang menjalar di desa runtuh menjadi abu. Namun, ia tahu bahwa ini bukanlah akhir.

Epilog: Ancaman yang Tidak Pernah Padam

Setelah peristiwa di Sindura, Rina menjadi seorang pengelana, mencoba mencari cara untuk menghancurkan kegelapan ini sepenuhnya. Ia tahu bahwa tunas-tunas lain mungkin telah tumbuh di tempat-tempat yang tidak ia ketahui, dan bahwa gadis kecil itu, meskipun lemah, masih ada di suatu tempat, menunggu saat yang tepat untuk kembali.

Setiap malam, Rina bermimpi tentang pohon raksasa yang tidak pernah benar-benar mati. Ia mendengar bisikan-bisikan yang memanggil namanya, menjanjikan kedamaian, tetapi ia tahu bahwa itu hanyalah awal dari kegelapan yang lebih besar.

Siklus itu mungkin telah terhenti untuk sementara waktu, tetapi suatu hari, kabut akan kembali. Dan ketika itu terjadi, dunia mungkin tidak akan memiliki kekuatan untuk melawannya.

**

1
そして私
numpang lewat, jangan lupa mampir di after book bang
Novita Ledo: Yups, bentar yah
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!