Arra sangat tahu bahwa pernikahannya dengan Erzan Harold hanyalah sebuah kontrak pernikahan.
Untuk mendapatkan kehidupannya kembali, dia meninggalkan putrinya yang baru lahir dan mengganti wajah serta identitasnya.
Arra kira hubungan mereka berakhir malam itu, namun siapa sangka tuan muda Harold terus mencarinya.
Mampukah Erzan menemukan Arra? bukan hanya demi Eleanor anak mereka, tapi juga dia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
FLW BAB 11 - Penolong
"Nona Selena tenang lah!" ucap sang perawat, di saat satu tangannya memegang Arra, satu tangannya yang lain menekan tombol darurat.
Tidak berselang lama kemudian Bella dan 2 orang perawat masuk ke kamar Arra dengan sedikit berlari.
Bella yang melihat ketakutan di wajah pasiennya pun langsung bergegas mendekat dan memeluknya erat. Sementara satu tangannya membuat gerakan mengusir pada 3 perawat yang lain.
Dengan langkah pelan ketiga perawat itu ke luar, lalu menutup pintu dengan sangat pelan.
"Tenanglah, disini aman," ucap Bella lirih.
Bella bukan dokter yang melakukan operasi wajah pada Arra, Bella adalah dokter kandungan. Dokter yang melakukan operasi itu adalah dokter lain. Namun saat melakukan operasi banyak kejanggalan pada tubuh wanita ini, tubuhnya kurus namun pada bagian dadanya membengkak, seperti seorang wanita yang tengah menyusui. Dokter wanita itu bisa melihat saat dia membersihkan baju Arra yang berlumur darah.
Setelah operasi dokter itu konsultasi pada Bella, dan pemeriksaan selanjutnya dilakukan oleh Bella.
Bella tahu bahwa pasien bernama Selena ini baru saja melahirkan. Kemudian paginya saat sadar, Bella kembali bertanya namun malah mengetahui kondisi Arra yang trauma.
Semenjak saat itu, Bella meminta Arra untuk dijadikan pasiennya. Rasa iba itu membuat Bella ingin menolong. Dimatanya Selena terlihat begitu memprihatinkan. Dengan kekuasaan Bella sebagai pemilik rumah sakit ini, akan memudahkannya untuk membantu.
"Tenanglah," ucap Bella sekali lagi, dia masih memeluk Arra yang terbaring dengan tubuh bergetar.
Arra yang mendapati pelukan inipun perlahan tenang, nafasnya yang tersengal mulai mereda.
Dirasa pasiennya mulai tenang, Bella pun melepaskan pelukan. Menatap wajah Arra yang berkaca.
"Aku akan melindungi mu," ucap Bella, masih bicara dengan suaranya yang pelan.
Sementara Arra menggelengkan kepalanya, tanda Tidak. Baginya tidak ada yang bisa menolongnya dari Erzan.
Arra terus menggeleng, sampai Bella menyentuh tangannya.
"Tenanglah, kamu tidak sendiri."
Sentuhan Bella begitu lembut, melihat tulusnya wajah Bella membuatnya teringat akan dokter wanita yang juga membantunya untuk kabur dari rumah sakit Medistra.
Teringat itu membuatnya kembali memiliki harapan, membuatnya sedikit percaya bahwa Bella akan melindunginya.
"Sembunyikan saya Dok," pinta Arra lirih dan Bella langsung menganggukkan kepalanya mantap.
Sejak saat itu, bersama Bella Arra akan merasa aman.
Bella adalah penolongnya.
Dan hari berlalu, Arra mengganti perban di wajahnya. Namun wajahnya belum benar-benar pulih, tapi dia sudah meminta Bella untuk mengambilkan cermin.
"Kenapa buru-buru sekali, harusnya kamu berkaca saat wajah mu sudah sembuh total," ucap Bella, dia membawa cermin namun belum memberikannya pada Arra.
"Aku hanya penasaran."
"Mana ada orang yang penasaran dengan wajahnya sendiri."
Arra tersenyum kecil, dia sedikit gugup.
"Ini, pakailah," ucap Bella, dia menyerahkan cermin yang di bawanya untuk Arra.
Dan Arra menerima itu, mendadak cemas ketika ingin mengangkatnya dan melihat wajah.
"Kenapa jadi gugup, bercerminlah. Tapi jangan terkejut kalau wajahmu terlihat marah-marah," ucap Bella, berbicara dengan santai seolah mereka adalah teman. Bukan lagi dokter dan pasien, dan hal itu membuat Arra merasa sangat nyaman.
Perlahan Arra mengangkat cermin itu, perlahan pula pantulan dirinya terlihat di dalam sana.
Arra terkejut, kedua matanya bahkan langsung membola. Arra masih sangat ingat wajah wanita malam itu, namun kini di wajahnya nampak sedikit berbeda. Hidung, mata dan bibirnya berubah seperti wanita itu, namun rahang dan potongan wajahnya masihlah Arra.
"Kenapa heran melihat wajah mu sendiri?" tanya Bella.
Sebuah pertanyaan yang membuat Arra tersenyum kikuk.