Di tahun 70-an, kota ini penuh dengan kejahatan yang berkembang seperti lumut di sudut-sudut gedung tua. Di tengah semua kekacauan, ada sebuah perusahaan detektif swasta kecil tapi terkenal, "Red-Eye Detective Agency," yang dipimpin oleh Bagas Pratama — seorang jenius yang jarang bicara, namun sekali bicara, pasti menampar logika orang yang mendengarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khairatin Khair, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30
Bertahun-tahun setelah kemenangan melawan Bayangan, Bagas dan Siti memutuskan bahwa sudah saatnya mereka memberikan kesempatan kepada generasi baru untuk melanjutkan perjuangan. Kota yang dulunya pernah terkungkung dalam ketakutan kini berdiri dengan lebih tegap dan percaya diri, sebagian besar berkat keberanian dua detektif yang tak pernah gentar melawan kegelapan.
Di kantor Red-Eye Detective Agency, Bagas dan Siti duduk berhadapan, mengenang masa-masa awal mereka. Kantor kecil yang dulu menjadi saksi bisu dari setiap ketegangan dan pertempuran kini dipenuhi dengan keheningan yang damai. Mereka telah memutuskan bahwa hari ini adalah hari terakhir mereka sebagai pelindung aktif, dan esok mereka akan meninggalkan kantor yang sudah seperti rumah bagi mereka.
---
Kenangan Terakhir di Kantor
Siti mengelus meja kerjanya dengan lembut, matanya dipenuhi rasa haru. “Pak, saya tak pernah menyangka bahwa semua ini akan berjalan sejauh ini. Dulu saya hanya gadis biasa yang takut bayangan, dan kini kita berhasil melindungi kota.”
Bagas tersenyum, menatap Siti dengan penuh kebanggaan. “Kau lebih dari itu, Siti. Kau adalah sahabat, partner, dan seseorang yang telah memberikan seluruh hidupnya untuk kebaikan. Aku tak bisa meminta partner yang lebih baik.”
Mereka mulai membereskan barang-barang mereka di kantor, masing-masing dengan perasaan yang campur aduk. Setiap sudut kantor memiliki kenangannya sendiri, baik tawa, ketegangan, maupun perjuangan. Mereka menyadari bahwa kantor kecil ini adalah simbol dari keteguhan dan dedikasi mereka.
Ketika mereka hendak menutup pintu untuk terakhir kalinya, Armand datang dengan tergesa-gesa. Pemuda yang dulu datang dengan penuh rasa ingin tahu kini telah tumbuh menjadi seorang detektif yang cerdas dan penuh tekad.
“Pak Bagas, Bu Siti… benarkah kalian akan meninggalkan Red-Eye?” tanyanya dengan nada tak percaya.
Bagas tersenyum, menepuk bahu Armand. “Ya, Armand. Ini saatnya kau yang melanjutkan perjuangan ini. Kau sudah banyak belajar, dan aku yakin kau mampu membawa Red-Eye ke arah yang lebih besar.”
Siti menambahkan dengan nada hangat, “Kau adalah generasi penerus yang penuh harapan. Ingat, semua yang kami lakukan di sini hanyalah langkah awal. Kau dan teman-temanmu adalah masa depan, cahaya baru yang akan melindungi kota ini.”
Armand tersenyum, matanya berbinar penuh rasa bangga dan rasa tanggung jawab. “Saya akan menjaga warisan kalian, Pak, Bu. Saya berjanji akan melanjutkan perjuangan ini dengan sepenuh hati.”
---
Perpisahan yang Manis
Beberapa hari kemudian, Bagas dan Siti berkumpul di taman kota bersama teman-teman lama, keluarga, dan kolega. Mereka mengadakan perpisahan kecil untuk merayakan akhir perjalanan yang panjang dan penuh pengorbanan. Warga kota yang pernah mereka bantu hadir, mengungkapkan rasa terima kasih yang tulus kepada dua detektif yang telah membawa kedamaian dan keamanan bagi mereka.
Saat matahari mulai terbenam, Bagas dan Siti berdiri di tengah taman, memandangi kota yang pernah mereka selamatkan. Bagi mereka, setiap detik perjuangan tidaklah sia-sia. Mereka telah mengukir sejarah yang akan selalu dikenang, menjadi teladan bagi banyak orang.
Salah seorang mantan klien mereka, seorang wanita tua, menghampiri mereka dengan senyuman haru. “Terima kasih, Bagas, Siti. Kota ini akan selalu mengingat apa yang telah kalian lakukan. Kalian adalah cahaya yang tidak pernah padam.”
Bagas tersenyum lembut, matanya berbinar. “Kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan. Tapi selama ada orang-orang seperti kalian, kami yakin kota ini akan tetap aman.”
---
Warisan yang Hidup dalam Diri Setiap Orang
Setelah perpisahan itu, Bagas dan Siti melanjutkan hidup dengan damai, tidak lagi bertarung di garis depan, tetapi tetap menjadi panutan bagi banyak orang. Di setiap sudut kota, di antara deretan bangunan dan jalan yang mereka kenal baik, cerita tentang perjuangan mereka hidup dan diteruskan oleh orang-orang yang mereka inspirasikan.
Red-Eye Detective Agency kini berada di tangan Armand dan timnya, yang terus menjaga keamanan kota dengan dedikasi dan semangat yang sama. Mereka sering mengingat pesan-pesan Bagas dan Siti, menggunakan setiap pelajaran dari masa lalu untuk mengatasi tantangan-tantangan baru.
---
Penutup: Cahaya yang Tak Pernah Padam
Di suatu senja, Bagas dan Siti berjalan menyusuri trotoar kota untuk menikmati waktu bersama tanpa beban. Keduanya berjalan dalam diam, namun mereka tahu bahwa meskipun perjalanan ini mungkin telah berakhir, arti dari setiap perjuangan dan pengorbanan mereka akan selalu abadi.
“Pak, kita mungkin tidak lagi berada di garis depan, tetapi saya rasa kita akan selalu menjadi bagian dari kota ini,” ujar Siti sambil tersenyum.
Bagas mengangguk, menatap langit yang mulai gelap. “Benar, Siti. Karena setiap langkah yang kita ambil, setiap bayangan yang kita lawan, telah menjadi bagian dari cerita kota ini. Kita memang berhenti di sini, tapi cahaya kita akan tetap ada.”
---
Semangat.