Karena kesalah pahaman Satria harus menikahi cewek yang masih duduk di bangku kuliah bahkan masih satu fakultas dengannya.
Lalu apa yang terjadi pada satria selanjutnya?
wajib baca sampai end !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taurus girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Wasa dan Supra pun mengikuti Vega. Mereka bertiga sama-sama turun dari motor tanpa melepas helm dan segera menolong Satria.
"Wa, lo boncengan sama gue aja, lo jagain Satria dibelakang. Kita bawa dia kerumah sakit sekarang!"
Vega sangat panik, ia memapah Satria untuk naik keatas motornya. Tentu dibantu oleh Wasa dan Supra.
"Buruan!"
Pekik Vega pada Wasa. Supaya Wasa segera naik dan segera membawa Satria kerumah sakit terdekat.
"Pra, lo kabari yang lain. Suruh kesini dan bawa motor gue!"
Wasa tak kalah panik. Tapi masih mengingat motornya yang ia tinggal. Motornya mahal kalau ada yang gondol kesenengan mereka lah.
"Tenang aja. Ini biar jadi urusan gue"
Jawab Supra yang tahu situasi.
Vega pun segera melajukan motornya membawa Satria menuju rumah sakit.
Setelah Vega pergi, Supra menghubungi Vario dan Suzu untuk datang ke lokasi sekarang dirinya berada. Dirinya pun menceritakan apa yang terjadi pada Satria.
......
Rumah sakit X.
Vega dan Wasa melepas helmnya menaruhnya dispion motor, lalu menggotong Satria masuk kedalam rumah sakit. Dan satpam yang berjaga didepan pintu utama pun ikut membantu mereka.
"Sus, cepat ambil brankarrr!"
Teriak satpam saat ada suster lewat.
Suster itu pun menurut dan segera mengambil brankarrr yang kosong.
Wasa dan Vega membaringkan Satria, dibantu satpam dan suster. Mereka segera mendorong brankarrr Satria masuk salah satu ruangan.
"Maaf, mas-nya tunggu diluar saja"
Cegah suster saat Vega dan Wasa akan ikut masuk kedalam. Terpaksa Wasa dan Vega menurut dan menunggu diluar ruangan. Kebetulan kursi tunggu ada didekat mereka Wasa dan Vega pun duduk disana.
Tak lama seorang dokter pun masuk kedalam ruangan dimana Satria berada. Wasa dan Vega yang melihat itu yakin sekali. Jika dokter itu adalah dokter yang akan menangani Satria.
"Semoga Satria nggak kenapa-napa?"
Seru Wasa memijat keningnya yang mendadak pusing.
Vega yang mendengar seruan Wasa pun menoleh. Menatap Wasa lekat-lekat.
"Menurut lo, Satria dikeroyok atau jatuh sendiri?"
Tanya Vega yang sejak tadi sudah kepikiran apa penyebab Satria terkapar ditengah jalan.
"Gue nggak tahu. Gue nggak mau menuduh atau menerka-nerka. Kita bisa tanya langsung sama Satria kalau dia udah sadar"
Bukan tanpa alasan. Wasa hanya tidak ingin gegabah, asal menuduh dan asal melukai orang.
Vega mengangguk paham. Membenarkan perkataan Wasa.
"Cok!"
Seruan dari lorong rumah sakit membuat Wasa dan Vega menoleh. Disana Suzu, Vario dan Supra muncul.
"Gimana keadaan Satria?"
Tanya Vario pada Vega saat ketiganya sudah didekatnya. Dia tentu saja kaget mendengar kejadian yang menimpa Satria saat Supra memberitahunya.
Vega menggeleng.
"Dokter belum keluar. Semoga Satria nggak kenapa-napa"
"Udah ada yang kasih tahu Tante Sera belum?"
Tanya Wasa menatap semua temannya.
Reflek, semua temannya pun menggeleng kompak.
"Belum. Kita nggak berani kasih kabar. Lo aja Wa"
Sahut Suzu. Dia tahu bagaimana sifat kedua orang tuanya Satria seperti apa. Begitu juga dengan teman yang lainnya.
Wasa membuang nafas kasar, sebenarnya malas. Sudah pasti tante Sera dan Om Victor akan marah-marah. Tapi karena merasa kasihan dengan Satria terpaksa Wasa mengirin pesan pada Tante Sera, memberitahu jika Satria saat ini sedang ada dirumah sakit.
Setelah pesannya terkirim, Wasa menatap semua temannya yang sudah pada duduk dikursi yang sama dengannya.
"Gue udah kabarin tante Sera. Kalau dia nanya ke kita. Kita jawabnya apa?"
"Jawab aja kita nggak tahu. Emang kebenaranya kaya gitu kan?"
Sahut Vega, menatap Wasa dan semua temannya satu persatu.
Semuanya mengangguk membenarkan perkataan Vega.
"Janji ya, didepan tante Sera kita nggak boleh saling menyalahkan. Jujur aja gue nggak mau kalau gara-gara kejadian ini. Satria dilarang main sama kita lagi"
Wasa berharap semua temannya tidak ingkar.
Vega menepuk bahu Wasa yang wajahnya kelihatan banget lagi khawatir.
"Tenang, kali ini kita nggak egois kaya yang dulu-dulu"
Wasa mengangguk pasrah.
Ya. Kejadian seperti ini yang menimpa Satria bukan hanya sekali tapi sudah berkali-kali, malah dari dulu pas zaman masih SMA.
Dan sudah berkali-kali juga Satria dan teman-teman yang lain kena omel Sera dan Victor. Sudah berkali-kali teman-temannya egois dan saling menyalahkan. Mereka pun berkali-kali berjanji untuk tidak seperti ini lagi.
Nyatanya?
Satria yang terluka terulang lagi. Dan itu lah yang membuat Wasa takut dan khawatir jika Satria tidak diizinkan lagi bergabung dengannya dan teman yang lain.
Dirumah Paksa.
Terlihat Sera membangunkan suaminya yang sudah tidur sejak pukul sepuluh malam tadi dengan wajah yang terlihat khawatir.
Bagaimana tidak? Dirinya yang memang sejak tadi belum tidur karena ada pekerjaan yang belum diselesaikan, tiba-tiba mendapat pesan dari Wasa temannya Satria. Wasa mengatakan jika Satria tengah ada dirumah sakit.
Tentu saja jiwa keibuan Sera muncul, dia sangat cemas dan ingin segera menuju rumah sakit, menemui Satria dan melihat keadaannya.
Kenapa Wasa atupun Sera punya nomor keduanya?
Ya. Demi keamanan sang putra Sera dan Victor selalu menyimpan nomor siapapun yang bergaul dengan Satria. Maka jangan heran.
"Pa! Bangun Pa! Ayo kita kerumah sakit. Satria ada disana Pa!"
Sera sampai kesal karena suaminya susah dibangunkan. Tapi Sera tetap memaklumi, mungkin suaminya sangat lelah karena bekerja seharian.
Akhirnya Sera memilih pergi kerumah sakit sendirian.
Beberapa menit.
Sera sudah sampai dirumah sakit, ia berjalan menuju ruangan yang Wasa sebutkan dipesan.
Tidak lama Sera pun menemukan Wasa dan yang lainnya duduk dikursi tunggu.
"Dimana Satria?"
Tanya Sera sesudah didekat mereka dengan wajah cemasnya yang begitu kentara.
"Didalam Tan"
Wasa yang menjawab. Sedangkan teman yang lain hanya duduk menunduk.
"Astaga"
Sera memijat pelipisnya yang terasa berdenyut sambil menatap pintu yang ia yakini ada Satria didalamnya.
Melihat tante Sera yang seperti itu, Wasa dan yang lainnya saling bertatapan. Tentu saja merasa kasihan dan ada rasa takutnya juga.
Cek klek.
Mendengar suara pintu dibuka, Sera dan semuanya menoleh.
"Bagaimana keadaan putra saya, Dok?"
Sera tak sabar ingin mengetahui keadaan Satria. Walau galak tapi dirinya tetap sayang.
"Ada keretakan pada tulang putra Anda. Dibagian tengkuk, dipunggung dan bahu. Bagian perut juga memar. Tapi saya akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Semoga tidak ada yang lebih parah. Ini resep obatnya"
Jelas dokter seraya memberikan secarik kertas pada Sera. Dan Sera menerimanya.
"Oiya, jika pasien nanti sudah siuman saya sarankan untuk tidak terlalu banyak bergerak. Supaya pemulihan lebih cepat"
Imbuh dokter Irmawan.
Sera menganguk seraya menahan tangis.
"Terimakasih Dok"
si eria kok gitu apa beneran nggak ada rasa sayang buat satria secara kan mereka suami istri.
eria /Angry//Angry/
erianya baru bangun tidur nyenyak.
/Proud//Proud/
jadi pingin tahu reaksi eria pas tahu satria yang keadaannya kaya gitu.
semangat ya up nya.
kalo boleh minta nanti double up ya thor. bila perlu triple up sekalian deh.
hihihi
jangan lama lama ya bang ngambeknya. jangan lebih dari tiga hari.