NovelToon NovelToon
Waiting For You 2

Waiting For You 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Hamil di luar nikah / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Keluarga
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Uppa24

novel ini adlaah adaptasi dari kelanjutan novel waiting for you 1

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uppa24, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

hari-hari berat part 3

Suasana di ruangan itu berat. Tanpa banyak kata lagi, Alexander menunduk, menerima kenyataan pahit ini dalam diam. "Kau adalah satu-satunya yang bisa mengangkat keluarga El Bara ke puncak yang lebih tinggi dari sekedar ambisi pribadi atau dendam masa lalu."

Sementara Aidan yang berdiri di samping Elena mendengarkan dengan seksama, menyadari beratnya tekanan yang akan mereka hadapi. Baik dia maupun Elena hanya bisa berharap, bahwa dengan setiap pilihan, mereka bisa membawa kedamaian untuk masa depan Alvio dan nama El Bara.

Begitulah, akhirnya, keluarga El Bara dipersatukan kembali dalam peran mereka masing-masing. Elena memilih untuk melangkah penuh kesadaran. Dalam setiap keputusan besar yang menanti mereka, Elena tahu bahwa meskipun keputusan itu berat dan penuh kesulitan, tak ada pilihan selain mengikuti jalan ini. "El Bara harus tetap berdiri teguh" — tidak hanya sebagai keluarga besar dengan kekuatan luar biasa, tetapi juga sebagai simbol keberanian dalam menghadapi tantangan yang menghadapinya. Dan kini, Elena, sang pewaris tunggal, adalah kunci untuk segala yang akan datang.

...~||~...

Hari-hari setelah pertemuan keluarga El Bara yang sangat menentukan itu terasa begitu panjang. Elena sering kali merasa seperti beban di pundaknya semakin berat. Setiap langkah yang diambil bukan hanya untuknya, tetapi untuk seluruh warisan yang ada pada keluarga mereka. Ketegasan yang ia tunjukkan di hadapan Alexander, Aidan, dan bahkan Alvio hanyalah topeng dari perasaan cemas yang tak bisa dihentikan. Kehidupannya kini bukan hanya tentang menjaga keamanan dan kelangsungan nama besar keluarga El Bara, tetapi juga soal masa depan anaknya, Alvio. Sering kali, ia terjaga larut malam, termenung, berusaha menemukan titik terangnya.

Aidan, yang kini secara tidak langsung terikat dengan Elena dalam keputusan-keputusan besar yang membentang di depan mereka, merasa ketegangan itu semakin terasa. Dalam beberapa kesempatan, saat keduanya berbicara di ruang terbuka atau saat makan bersama, dia bisa merasakan ketidakseimbangan dalam Elena. Wanita itu semakin tertutup, lebih sering terbenam dalam pikirannya sendiri. Aidan merasakan ketidakpastian menghantui mereka, sebuah beban yang seolah tak terlihat namun begitu nyata. Sering kali, dia ingin berbicara lebih banyak dengan Elena, mencoba memberikan sedikit kenyamanan, tetapi dia juga tahu betapa sulitnya posisi mereka berdua. Terutama karena masa lalu yang begitu kelam di antara mereka, yang terus mempengaruhi jalan ke depan.

Aidan memutuskan untuk melakukan apa yang seharusnya telah ia lakukan sejak lama: memberikan dukungan yang tak terucapkan, meskipun terasa lebih rumit dibandingkan sebelumnya. Ia menyadari bahwa perasaan pribadi seharusnya tak dibiarkan menghalangi misi lebih besar yang mereka hadapi. Dengan begitu, Aidan pergi menemui Elena suatu malam setelah semuanya sepi. Saat itu, Elena sedang duduk di ruang baca yang dipenuhi oleh tumpukan dokumen dan laporan. Kebisuan di antara mereka hanya pecah oleh suara langit yang hujan di luar.

“Aidan?” suara Elena serak. Saat ia menoleh, ada tatapan cemas yang bisa dirasakan oleh Aidan. Sebuah tanda bahwa ia tahu apa yang sedang mereka hadapi—sebuah kekuatan yang sulit untuk ditembus, baik oleh sejarah mereka yang terguncang maupun pilihan yang tak bisa ditarik mundur.

“Ini tidak mudah, Elena,” ujar Aidan, perlahan, berjalan mendekat. Wajahnya menyiratkan keberatan yang lebih mendalam, meskipun matanya tetap tenang. “Tapi... aku tidak akan pergi. Keluarga El Bara, masa depan anak kita... aku di sini, dan aku akan membantu sebanyak mungkin.”

Elena menatap Aidan dalam diam, menghadapi kata-kata itu untuk pertama kali setelah sekian lama. Ada bagian dari dirinya yang merasa lega mendengar ungkapan itu, tetapi di sisi lain, rasa takut dan tanggung jawab sebagai pewaris keluarga ini mengikisnya perlahan. Masa lalunya yang tidak bisa disingkirkan begitu saja dan harapan untuk menciptakan masa depan yang lebih baik, bagi dirinya dan putranya, seolah menjadi dua jalan yang tak pernah sejajar.

“Aku tidak meminta bantuanmu, Aidan,” jawab Elena, suara itu sedikit bergetar. Meski terkesan tajam, Elena merasa getir di setiap kalimatnya. “Tapi aku sadar, aku tak bisa menanggung semuanya sendirian.”

Alvio, yang sering mengamati ibu dan ayahnya dalam diam, duduk di sudut ruangan, tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Matanya yang kecil dan jernih menyiratkan sesuatu yang lebih besar daripada usia tiga tahunnya. Bahkan dengan sejuta pertanyaan yang mengangguki kepalanya, Alvio tahu ada sesuatu yang lebih dalam dalam hubungan orang tuanya, lebih dari sekadar perasaan ibu dan ayah.

Malam itu, setelah beberapa kata perpisahan yang kering diucapkan, Elena memutuskan untuk bertemu dengan Alexander lagi, ayahnya, di ruang kerja keluarganya. Keputusan itu datang tidak mudah. Namun dalam benaknya, ia sadar, hanya ayahnyalah yang bisa memberikan jawab atas kebuntuan yang ada. Jika tak ada orang yang tahu harus kemana dia melangkah, mungkin Alexander adalah orang yang bisa memberikan jalan keluar meskipun jalan itu sesungguhnya penuh bahaya dan tak pasti.

Di ruang kerja keluarga El Bara, Alexander duduk di belakang meja besar. Wajahnya yang keras dan tegas memberi kesan bahwa ia bukan sosok yang mudah dibujuk atau diberitahu apa yang harus dilakukan. Elena masuk perlahan, menatap sang ayah dengan serius.

“Ayah,” suara Elena tegas, namun dengan sedikit keraguan yang tersisa, “Aku tahu apa yang harus aku lakukan. Aku tahu berat beban yang ada. Tetapi seperti yang Ayah katakan, tidak ada jalan mundur lagi.”

Alexander menatap putrinya, tampak tak terkejut oleh keputusan tersebut. Dia telah tahu sejak awal bahwa Elena akan datang pada titik ini, di mana pilihan ini akan menimpa mereka berdua. Namun, seperti yang selalu dikatakan kepadanya, “Tanggung jawab lebih besar daripada segalanya.”

“Anakku, keputusanmu adalah keputusan yang sulit. Kita tidak pernah menjanjikan bahwa hidup ini mudah,” kata Alexander dengan suara dalam yang bergema berat di seluruh ruang. “Tapi apa yang telah dilalui keluarga ini harus dilindungi. Apapun yang terjadi, keluarga El Bara harus tetap berdiri.”

Di luar ruangan, dalam keheningan malam, angin kencang menerpa kaca jendela besar mansion El Bara. Elena berdiri di hadapan ayahnya, memikirkan kata-kata ini, meresapi setiap makna yang lebih dari sekadar kata-kata penuh dorongan. Keluarga ini, dengan segala beban dan kekuatannya, membutuhkan stabilitas, walaupun kehancuran bisa datang kapan saja. 'Tidak ada pilihan lain.'

Kehidupan mereka kini terasa seperti jalinan benang merah yang harus dirajut meski mudah terputus. Elena tahu bahwa meskipun tidak ada jalan mundur, keberhasilan tak pernah datang tanpa pengorbanan besar.

“Aku akan menjalankan tugas ini, Ayah. Aku akan menjaga nama keluarga ini dan masa depan anak ku. Aku akan memilih apa yang harus aku pilih.”

Alexander mengangguk, memberi restu meskipun matanya masih menyiratkan kekhawatiran yang mendalam.

Namun, pada saat yang sama, rasa takut yang selama ini menghinggapi hati Elena perlahan mulai mengalir, terbentuk dalam langkah-langkah berat menuju keputusan tak bisa dihindarkan. Semua ini tak hanya akan berakhir dengan penyerahan pada takdir, tetapi menjadi titik balik bagi Elena El Bara yang tangguh. 'Untuk keluarga, untuk anaknya, dan untuk nama yang harus terus dibela.'

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!