NovelToon NovelToon
Between Two Alpha’S

Between Two Alpha’S

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Manusia Serigala / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: adelita

Elowen, seorang wanita muda dari keluarga miskin, bekerja sebagai asisten pribadi untuk seorang model internasional terkenal. Hidupnya yang sederhana berubah drastis saat ia menarik perhatian dua pria misterius, Lucian dan Loreon. Keduanya adalah alpha dari dua kawanan serigala yang berkuasa, dan mereka langsung terobsesi dengan Elowen setelah pertama kali melihatnya. Namun, Elowen tidak tahu siapa mereka sebenarnya dan menolak perhatian mereka, merasa cemas dengan intensitasnya. Lucian dan Loreon tidak menerima penolakan begitu saja. Persaingan sengit antara keduanya dimulai, masing-masing bertekad untuk memenangkan hati Elowen. Saat Elowen mencoba menjaga jarak, ia menemukan dirinya terseret ke dalam dunia yang jauh lebih berbahaya daripada yang pernah ia bayangkan, dunia yang hanya dikenal oleh mereka yang terlahir dengan takdir tertentu. Di tengah kebingungannya, Elowen bertemu dengan seorang nenek tua yang memperingatkannya, “Kehidupanmu baru saja dimulai, nak. Pergilah dari sini secepatnya, nyawamu dalam bahaya.” Perkataan itu menggema di benaknya saat ia dibawa oleh kedua pria tersebut ke dunia mereka, sebuah alam yang penuh misteri, di mana rahasia tentang jati dirinya perlahan mulai terungkap.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adelita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Two Alpha's And Mate

Valerie berdiri dengan tangan terlipat di dada, wajahnya memerah karena marah. Ia menatap Loreon dengan sorot mata tajam, hampir tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya.

"Apa yang kau pikirkan, Loreon?! Apa alasanmu menyerang Elowen? Dia temanku! Kau benar-benar melewati batas kali ini!" suara Valerie meninggi, penuh kemarahan.

Loreon menatap Valerie dengan ekspresi dingin yang tidak berubah, lalu dengan tenang menjawab, "Aku pikir dia ancaman."

"Ancaman?! Kau bercanda?!" Valerie hampir berteriak, matanya melebar karena terkejut. "Dia membawa kotak kue untukku! Bagaimana kau bisa menganggap itu ancaman?"

Loreon mengangkat satu alis, nada suaranya tetap datar, tanpa menunjukkan rasa bersalah sedikit pun. "Dia masuk tanpa mengetuk. Untuk semua yang kau tahu, dia bisa saja membawa sesuatu yang membahayakanmu."

"Dia temanku, Loreon! Teman!" Valerie menegaskan, nadanya semakin tinggi. "Kau bahkan tidak memberi dia kesempatan untuk bicara sebelum langsung mencekiknya! Kau tahu betapa kasarnya itu?!"

Loreon memutar matanya sedikit, gestur kecil yang menunjukkan betapa ia tidak ingin mendengar ceramah ini. "Aku bertindak sesuai naluri. Jika kau merasa itu kasar, anggap saja aku sedang melindungimu."

"Melindungiku? Dari apa? Dari wanita yang membawa kue?!" Valerie mendekat, telunjuknya hampir menusuk dada Loreon. "Dengar, Loreon, aku tahu kau dingin, tapi ini sudah kelewatan! Kau hampir membunuh temanku!"

Sementara Valerie terus mengomelinya, suara Leon menggema dalam kepala Loreon, penuh amarah yang memuncak.

"Bodoh! Kau hampir membunuh mate kita! Apa kau kehilangan akal sehatmu, Loreon?!" Leon meraung, nadanya dipenuhi kekecewaan. "Dia adalah mate kita! Takdir kita! Dan kau malah menyerangnya seperti seorang pengecut!"

"Diam, Leon," Loreon membalas dalam pikirannya, berusaha tetap fokus pada Valerie. Tapi Leon tidak mau berhenti.

"Tidak, aku tidak akan diam! Kau nyaris menghancurkan apa yang selama ini kita cari! Kau tahu betapa sulitnya menemukan mate kita, dan sekarang kau memperlakukannya seperti itu?!" Leon terus mengumpat, membuat kepala Loreon berdenyut karena frustrasi.

Loreon memejamkan mata sejenak, berusaha menekan gelombang emosi dari Leon. Tapi suara itu semakin keras, semakin mengganggu.

"Kau tidak pantas mendapatkannya jika kau memperlakukannya seperti ini! Aku bahkan malu berbagi tubuh denganmu, Loreon! Kau tidak tahu apa-apa tentang menghargai takdir!"

Akhirnya, Loreon tidak tahan lagi. Dalam pikirannya, ia melawan balik dengan nada tajam. "Cukup, Leon! Aku tidak peduli dengan omong kosong ini sekarang! Ada hal yang lebih penting daripada memikirkan mate-mu yang cengeng!"

Leon terdiam sejenak, terkejut oleh kemarahan Loreon. Tapi ia segera membalas dengan dingin, "Kau akan menyesal, Loreon. Kau tidak bisa menghindari takdir kita. Mate adalah bagian dari kita. Jika kau terus menyangkal, aku akan memutus midlling kita!"

"Lakukan saja, aku tidak peduli," Loreon membalas dengan penuh kejemuan, nadanya sarkastik. "Diamlah, dan biarkan aku melakukan apa yang harus kulakukan."

Leon menggeram marah, dan detik berikutnya, Loreon merasakan hubungan mereka terputus. Kehilangan midlling itu seperti suara hening yang tiba-tiba memenuhi pikirannya. Tidak ada lagi bisikan Leon, tidak ada lagi gangguan.

Ia kembali fokus pada Valerie, yang masih memandangnya dengan penuh kekecewaan.

"Kau tidak akan pernah berubah, ya?" Valerie mendesah panjang. "Selalu bertindak tanpa berpikir, selalu menganggap orang lain tidak penting."

"Ini bukan soal penting atau tidak, Valerie," Loreon menjawab dingin, suaranya seperti bilah es. "Aku tidak punya waktu untuk main-main. Jika dia merasa tersinggung, itu urusannya, bukan urusanku."

Elowen, yang sejak tadi mendengarkan sambil berusaha memulihkan diri, menatap Loreon dengan mata penuh ketakutan. Kata-katanya, nada suaranya, semuanya membuat pria itu terasa seperti gunung es yang tidak bisa digerakkan—dingin, tajam, dan tidak peduli.

" Kalau kau tidak bisa menjaga sikapmu, lebih baik kau pergi saja," kata Valerie dengan tegas. "Aku tidak akan membiarkanmu menyakiti orang lain di sini."

Loreon tetap berdiri di tempatnya, tidak sedikit pun terpengaruh oleh ancaman Valerie. Matanya masih terpaku pada Elowen, mempelajari setiap gerakan kecil yang dibuat wanita itu. Ia merasakan sesuatu yang sulit dijelaskan, sesuatu yang tidak bisa ia abaikan meskipun ia mencoba.

Namun, ia tidak menunjukkan apa pun di wajahnya. Dengan dingin, ia berkata, "Aku tidak punya niat menyakitinya lebih jauh. Jika aku ingin melakukannya, kau tahu itu sudah terjadi."

Valerie mengepalkan tangan, jelas-jelas kesal dengan jawaban itu. Tapi sebelum ia sempat membalas, Elowen akhirnya membuka mulutnya, meski suaranya lemah.

"Vale... aku... tidak apa-apa," kata Elowen pelan.

Valerie menatap Elowen dengan tatapan prihatin, lalu menghela napas panjang. "Kau terlalu baik, Elowen. Dia jelas salah, dan kau tidak perlu membelanya."

Loreon hanya berdiri diam, menatap kedua wanita itu dengan pandangan kosong.

"aku akan pergi."

"Bagus," Valerie mendesis, masih marah. "Semoga kau belajar untuk tidak bertindak seperti ini lagi, Loreon."

Tanpa mengatakan apa-apa lagi, Loreon berjalan keluar dari apartemen itu, langkahnya tetap tegas dan penuh keyakinan. Namun, di dalam dirinya, ia tahu bahwa ia meninggalkan sesuatu di belakang—sesuatu yang tidak akan mudah ia abaikan.

Di dalam pikirannya, suara Leon kembali muncul, meskipun jauh lebih lemah. "Kau bodoh, Loreon. Mate kita ada di sana. Kau akan menyesal meninggalkannya."

Loreon mengepalkan tangan, berusaha mengabaikan bisikan itu. Tapi bahkan ia tahu, Leon mungkin benar. Mate-nya ada di sana, dan tidak peduli seberapa keras ia mencoba menghindarinya, takdir mereka tidak akan semudah itu melepaskannya.

...➰➰➰➰...

Valerie menatap Elowen dengan penuh penyesalan. Ia berjongkok di samping temannya, menggenggam bahu Elowen dengan lembut. Wajah Valerie menunjukkan rasa bersalah yang tulus.

"Elowen, aku benar-benar minta maaf," ucap Valerie dengan suara penuh penyesalan. "Loreon... dia memang selalu seperti itu. Dia terlalu berlebihan dalam banyak hal. Aku tidak tahu dia akan bertindak seperti ini."

Elowen terdiam, menatap Valerie sejenak dengan tatapan penuh emosi yang sulit diartikan. Ia masih berusaha menenangkan dirinya, tetapi rasa sesak di dadanya tidak juga mereda.

"Vale," kata Elowen, suaranya rendah tapi tegas. "Aku tidak butuh maafmu. Yang seharusnya meminta maaf adalah dia." Ia menoleh sekilas ke arah Loreon, yang berdiri beberapa langkah dari mereka dengan ekspresi dingin seperti patung.

Valerie menelan ludah, terkejut dengan nada tajam Elowen yang jarang ia dengar. "Aku tahu, Elowen," jawabnya dengan hati-hati. "Tapi... Loreon bukan tipe orang yang meminta maaf."

Elowen tertawa kecil, meskipun tidak ada humor di dalamnya. "Tentu saja tidak. Tipe pria seperti dia pasti selalu merasa benar, selalu merasa punya alasan untuk semua yang mereka lakukan."

"Elowen..." Valerie mencoba menenangkan, tetapi Elowen memotongnya dengan cepat.

"Vale, dia menyerangku tanpa alasan! Aku hanya masuk untuk membawa sesuatu untukmu, dan dia langsung mencekikku seolah-olah aku ini penjahat. Aku bahkan tidak diberi kesempatan untuk bicara!" Elowen menghela napas panjang, suaranya mulai bergetar. "Apa dia selalu seperti ini? Melihat semua orang sebagai ancaman?"

Valerie mencoba memberikan senyum lemah. "Loreon... dia memang terlalu berlebihan. Dia seperti itu karena instingnya."

"Insting?" Elowen memotong dengan nada sarkastik. "Insting apa yang membuat seseorang hampir membunuh tanpa alasan? Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan dia, tapi itu bukan alasan."

Valerie tidak menjawab, hanya menatap temannya dengan penuh iba. Sementara itu, Loreon tetap diam di tempatnya, mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut Elowen. Ia tidak menunjukkan reaksi apa pun, tetapi ada sesuatu di dalam dirinya yang terasa aneh. Kata-kata wanita itu seolah menusuk lebih dalam dari yang ia harapkan.

Elowen akhirnya menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. Ia menoleh kembali ke Valerie, matanya yang sebelumnya penuh amarah kini tampak lebih lelah. "Aku tahu dia temanmu, Vale, tapi aku tidak bisa menerima cara dia memperlakukanku. Kau tahu aku tidak pantas diperlakukan seperti itu."

Valerie mengangguk pelan, merasa tidak ada yang bisa ia katakan untuk membela Loreon. "Aku mengerti, Elowen. Aku benar-benar minta maaf untuk semuanya."

Namun, Elowen hanya menggeleng pelan. "Minta maaflah untukmu sendiri, Vale. Aku tidak butuh itu untukku." Setelah itu, ia berdiri, menghindari menatap Loreon, dan melangkah pergi ke arah meja di dapur untuk mengalihkan perhatiannya.

dalam pikirannya, suara Leon langsung muncul, berbisik penuh kemarahan. "Kau mendengar itu, Loreon? Kau menyakiti Mate kita! Dia terluka karena kau. Kau harus kembali dan memperbaiki ini!"

Loreon menghela napas panjang, tetap diam, mencoba mengendalikan emosi yang mulai menyerangnya. "Diam, Leon. Ini tidak penting. Aku sudah memutuskan."

"Tidak penting? Kau gila, Loreon! Mate kita adalah segalanya! Jika kau terus bersikap seperti ini, kau akan kehilangannya!"

Loreon memejamkan matanya sejenak, menggertakkan giginya untuk meredam amarah yang mulai merayap di dadanya. Ia tahu Leon benar. Kata-kata Elowen tadi terngiang di kepalanya, menggema seperti cermin yang memantulkan kebenaran yang enggan ia akui.

Namun, ia menolak untuk bertindak berdasarkan emosi. Dengan dingin, ia membuka pintu sedikit, tetapi tidak melangkah keluar. Sebaliknya, ia berbicara tanpa menoleh, suaranya datar tapi tajam seperti biasanya.

"Jika kau punya masalah denganku, katakan langsung, jangan lewat orang lain," ucap Loreon dingin, jelas ditujukan untuk Elowen. "Tapi ingat, aku tidak peduli apa pun yang kau pikirkan. Tindakan yang kulakukan adalah keputusan terbaik pada saat itu."

Setelah itu, Loreon menutup pintu dengan satu langkah kecil ke depan, hanya cukup jauh dari ruang utama, tetapi masih dalam jangkauan jika ia memilih kembali. Punggungnya bersandar di dinding, pikirannya penuh dengan pertentangan.

Di dalam dirinya, Leon kembali memekik frustrasi. "Kau bodoh, Loreon! Kau tidak hanya membuat Mate kita membencimu, kau juga membuang kesempatan untuk mendekatinya!Kau membuatnya sakit hati, Loreon. Dan itu salahmu."

Loreon tidak menanggapi, tetapi di dalam dirinya, ia tahu bahwa Leon benar. Namun, ia memilih untuk tetap bungkam, seperti biasa. Baginya, menunjukkan rasa bersalah bukanlah opsinya.

1
☆Peach_juice
Ceritanya seru banget😭

oh iya mampir juga yuk dikarya baruku, judulnya ISTRI PENGGANTI TUAN ARSEN😁🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!