Mentari dijodohkan oleh ayahnya dengan pria lumpuh. ia terpaksa menerimanya karena ekonomi keluarga dan bakti dia kepada orangtuanya.
apa yang terjadi setelah mentari menikah?
apa akan tumbuh benih-benih cinta di antara keduanya?
apakah mentari bahagia? atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ristha Aristha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perlawanan !
"Kamu benar-benar keterlaluan, Bel! Mama gak nyangka kamu bisa bersikap seperti ini, bagaimana bisa kamu mengundang Ines ke acara makan malam keluarga yang di adakan oleh bude mu? Hah?!" tanya Heny sesaat setelah Bella memasuki rumah mewah Dita dan Revan.
Malam ini keluarga Heny dan juga Beni memang menginap di rumah Dita Untu melepas rindu setelah beberapa saat tidak bertemu, maklumlah meskipun mereka sibuk dan juga terpisah-pisah tapi persaudaraan mereka erat.
Heny benar-benar merasa tidak enak kepada Dita dan Revan, kakak dan juga Kaka iparnya terlihat jelas sangat tidak berkenan dengan kedatangan Ines yang di undang oleh Bella.
Wajar saja mereka bersikap seperti itu, jangankan mereka berdua... Baik Heny maupun Beni dan Ranti, juga sangat tidak menyukai Ines. Dia meninggalkan Dirga dalam kondisi keponakannya mereka itu tengah rapuh.
divonis dokter mengalami kelumpuhan dan kekasihnya meninggalkan dirinya dengan pria lain, wajar jika Dirga menunjukkan reaksi seperti tadi. Dia pasti tidak akan melupakan penghianatan oleh wanita itu.
"Maksud Mama apa, sih? aku ngundang Ines dengan niatan baik, loh. Aku sengaja mengundang dia kesini supaya dia bisa memperbaiki hubungannya dengan Mas Dirga, bagaimanapun mereka itu belum putus, Ma. mereka itu masih punya hubungan pertunangan, loh!" kata Bella dengan wajah masam. "jangan kalian lupakan itu", katanya lagi.
Bella tidak peduli dengan tatapan para orang dewasa yang ada disana, dia malah mendudukkan dirinya dengan santai di sofa dan menatap Heny dengan tatapan masa bodoh.
"Harusnya kalian itu bisa melihat kalau Ines itu masih mencintai Mas Dirga, dan aku yakin Mas Dirga juga merasakan hal yang sama. Tiga tahun loh hubungan mereka, dan mereka sudah sampai ke jenjang pertunangan juga. Jadi pasti tidak mudah melupakan masa-masa indah mereka, kan? Aku yakin itu!" kata Bella lagi
"Bude gak suka ya, sama orang yang sukanya enaknya saja! Sewaktu Dirga kecelakaan dan di vonis lumpuh, kenapa dia malah meninggalkan Dirga dengan pria lain? Hah? Dan sekarang dia mau kembali dengan seenaknya?" tanya Dita dengan wajah mengeras. "Nggak tahu diri!"
Revan dengan sigap menggenggam tangan istrinya itu, dia tidak mau Dita meledak dan melampiaskan amarahnya pada Bella. walaupun gadis itu bersalah, tapi Dirga juga tidak mau merasa mengamuk padanya adalah hal yang benar.
"Bude ... Itu semua hanya kesalahpahaman", sahut Bella dengan cepat.
"Kesalahpahaman? Kesalahpahaman kamu bilang?", tanya Beni panjang lebar.
Dita, Revan, dan Heny, langsung menatap Bella dengan tatapan tajam. Mereka juga tidak berkenan dengan perkataan wanita muda itu barusan, bagaimana bisa ia mengatakan itu semua hanya kesalahpahaman? Padahal merekalah saksi hidup bagaimana hancurnya Dirga waktu itu.
"Ya, memang itu cuma salah paham, Om. Ines itu gak bermaksud untuk meninggalkan dMas Dirga, dia hanya ingin menenangkan diri ke Belanda. Dan__"
"Dan apa? Dan bermesraan dengan laki-laki bule disana?" tanya Heny dengan nada muak. "Menenangkan diri apanya? Memangnya dia kenapa? Dia yang kecelakaan? Dia yang lumpuh? kenapa pula dia yang harus menenangkan diri? Seharusnya dia yang berada di sana di saat kondisi Dirga mengalami terpuruk, seharusnya dia yang ada di sana untuk menguatkan Dirga bukannya malah kabur dengan laki-laki lain. Dan sekarang dia berdalih dengan alasan menenangkan diri? Wah! Mama benar-benar tidak bisa percaya dengan pendengaran Mama sendiri, kok, bisa ada ya... Orang yang tidak tahu malu seperti itu?" sindir Heny terang-terangan.
"Ma! Mama gak boleh seperti itu, dong! Ines itu temanku loh, masak sih Mama bilang dia gak punya malu?" jawab Bella dengan nada tidak suka.
"Lah, terus kalau dia temanmu memangnya kenapa kami harus menormalisasikan kesalahan? Kamu harus menormalisasi penghianatan begitu? Kamu jangan ngelunjak deh, Bel. Mama selama ini diam bukan berarti Mama setuju dengan segala keputusan kamu, Mama hanya ingin melihat sampai mana kamu bisa bertanggungjawab dengan segala perbuatan kamu. Tapi ketika kamu membawa Ines kesini , Mama benar-benar tidak bisa mentoleransi nya lagi. sekali lagi kamu bawa dia ke sini tanpa persetujuan kami, maka jangan salahkan Mama dan detik itu juga Mama akan langsung mengusirnya tanpa ampun!" kata Heny dengan tegas, lalu ia bangkit dan berjalan kearah tangga untuk naik ke atas.
Semua yang ada di sana juga mengikuti langkah Heny, namun alangkah terkejutnya mereka saat mereka semua melihat keberadaan Mentari yang berdiri di tengah-tengah tangga, wanita itu membawa segelas kosong di tangannya.
"Kamu mau kemana, sayang?" tanya Dita lembut.
"Aku mau ambil air, Ma. Soalnya Mas Dirga haus", jawab Mentari dengan mengulas sebuah senyum.
"Kamu nguping pembicaraan kamu tadi, ya?" tanya Bella dengan nada mengejek. Dia kemudian bangkit dan berjalan mendekati mereka semua dengan tangan yang terlipat didada. "Gayanya saja berjilbab seperti orang benar, tapi hobinya menguping!" kata Bella tadi.
"Bella! Kamu itu apa-apaan, sih? Dia ini Mbak, kamu loh . Gak ada sopannya sedikitpun, Mama gak pernah ngajarin kamu seperti itu , ya!" kata Heny dengan wajah memerah karena malu.
"Mbak dari mana? Umur kamu saja sama!" kata Bella sambil memalingkan wajahnya.
"Ya tetap saja dari hitungannya dia itu Mbak kamu, karena dia menikah dengan Mas Dirga. Kamu ini jangan kurang ajar seperti sekarang, kamu buat Mama malu tahu, gak?" kata Heny dengan mata melotot.
"Lagian, kamu itu apa-apaan sih, Bel? Dari tadi bude lihat kamu selalu saja berbuat kekacauan, dari mengundang Ines, dan sekarang kamu mencari gara-gara dengan Tari. Mau kamu itu apa?" tanya Dita dengan nada kesal .
Bella langsung terkekeh dan langsung menajamkan pandangannya ke Mentari, yang kini juga tengah menatapnya. "Aku itu maunya Mas Dirga dengan Ines, bukan sama dia. Ines itu lebih cantik, lebih modis, dan juga berasal dari keluarga terhormat. Pasti Mas Dirga akan lebih bahagia jika kembali bersama Ines. Itu yang aku mau. Aku bersikap seperti ini, karena aku sayang sama Mas Dirga, bude. Aku mau Mas Dirga bahagia dan kebahagiaannya itu bersama Ines!" balas Bella panjang lebar.
"Mohon maaf sebelumnya kalau saya ikut campur, tapi sepertinya saya punya hak untuk bicara disini karena saya adalah istrinya Mas Dirga", kata Mentari tiba-tiba dan semua orang disana langsung menoleh kearahnya.
"Saya mau bilang ke Mbak Bella, kalau teman Mbak memang berasal dari keluarga terhormat ... Maka dia tidak akan meninggalkan calon suaminya, ketika calon suaminya itu berada di dalam keterpurukan. Dan satu hal lagi! Jika dia memang berasal dari keluarga terhormat... Maka dia tidak akan punya pikiran untuk merebut suami orang!" kata Mentari dengan tegas.
...****************...
lanjut thor
ines bukan rasa cinta itu..