Nia tak pernah menduga jika ia akan menikah di usia 20 tahun. Menikah dengan seorang duda yang usianya 2 kali lipat darinya, 40 tahun.
Namun, ia tak bisa menolak saat sang ayah tiri sudah menerima lamaran dari kedua orang tua pria tersebut.
Seperti apa wajahnya? Siapa pria yang akan dinikahi? Nia sama sekali tak tahu, ia hanya pasrah dan menuruti apa yang diinginkan oleh sang ayah tiri.
Mengapa aku yang harus menikah? Mengapa bukan kakak tirinya yang usianya sudah 27 tahun? Pertanyaan itu yang ada di pikiran Nia. Namun, sedikit pun ia tak berani melontarkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon m anha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemarahan Faris
Faris melajukan kendaraannya menuju ke toko es krim yang dimaksud Naina, yang berada di depan Kompleks perumahan mereka.
Saat ini ia sangat khawatir, takut jika terjadi sesuatu pada Nia, begitupun dengan bayi yang ada di kandungannya. Ia merasa kesal dengan dirinya sendiri dan juga keluarganya, begitu banyak dari mereka semua, mengapa tak ada satupun yang mau menuruti keinginannya hanya untuk membelikan es krim. Sedangkan toko es krim berada sangat dekat dengan mereka.
Selama ini Faris selalu berjuang memberikan apapun yang Nia mau, termasuk sampai ia terkadang keluar kota di tengah malam hanya untuk menuruti keinginan istrinya. Namun, mengapa setelah apa yang dilakukannya selama ini kepada mereka semua, tak ada satupun yang mau membantunya untuk menjaga istrinya, tak ada yang membantunya saat ia membutuhkan bantuan mereka.
Faris memukul stir mobilnya, merasa kesal dengan semua keluarganya. Semua yang ada di rumahnya begitu banyak, mereka semua mampu hanya untuk membeli es krim, termasuk para karyawan yang ada di rumahnya.
Begitu sampai di toko yang dimaksud, Faris pun langsung memarkirkan mobilnya dengan asal. Ia bisa melihat jika di parkiran toko itu terlihat motor Tita di sana, berarti memang benar jika Nia ada di dalam.
Faris segera berlari masuk dan baru bernafas lega saat melihat Nia yang sedang asyik memakan es krimnya.
Ia pun menghampirinya dan duduk di samping Nia, semarah apapun dia saat ini, Faris tak ingin memperlihatkan kemarahannya itu pada Nia. Ia sudah pernah marah sekali pada Nia dan itu membuatnya terluka, ia tak ingin kembali mengulangi kesalahan yang sama.
"Mas, Mas ngapain di sini?" tanya Nia saat Faris tiba-tiba duduk di sampingnya.
"Aku baru saja pulang kerja dan tiba-tiba ingin makan es krim, makanya aku mampir dan tak sengaja melihatmu di sini," ucap Faris mengambil es krim yang ada di depan Nia, kemudian ikut mencicipinya.
"Oh, maaf ya Mas, aku lupa izin keluar," ucap Nia dengan senyuman manisnya.
"Iya, ga apa-apa, tapi jangan di ulangi lagi, ya."
"Iya, Mas."
"Es krim ini sangat enak, lain kali jika ingin kesini lagi kita barengan, ya! Biar kita bisa makan eskrim berdua," Faris lagi membuat Nia pun mengangguk.
"Maaf ya, tadi aku benar-benar tak tahan, bahkan air liur itu sampai menetes menginginkan es krim ini," ucap Nia menunjuk tiga bungkus es krim yang sudah dihabiskan dan ini adalah es krim ke-4 yang diambilnya.
"Kamu terlalu banyak makan es krim, nanti kamu bisa batuk," ucap Faris membersihkan sisa es krim yang belepotan di bibir Nia, membuat Nia pun lagi-lagi hanya menggangguk.
"Ya udah, aku sudah selesai. Ini buat Mas saja," ucap Nia menyodorkan es krim yang tadi di makannya. Ia memang sudah sangat kenyang. Namun, sayang untuk menyisahkan es krim yang rasanya sangat enak itu.
Faris pun menghabiskan es krim yang disodorkan oleh istrinya tadi, ia sudah mulai tenang dan bisa menguasai sedikit amarahnya.
"Kamu mau ke mana lagi? Biar aku antarkan," ucap Faris membuat Nia pun berpikir.
"Aku sangat ingin menonton di bioskop, kita ke bioskop, yuk," ajak Nia membuat Faris langsung menyetujui ajakan dari istri tercintanya itu. Walau ia harus mengorbankan tiga rapat penting yang seharusnya harus dihadirinya hari ini, dia hanya mengirim pesan kepada asisten pribadinya untuk mengerjakan semuanya yang bisa dikerjakannya dan mengatakan jika hari ini ia takkan kembali ke kantor.
Faris pun melajukan mobilnya menuju ke gedung bioskop yang diminta istrinya. Mereka menonton film kesukaan Nia. Di saat Nia tengah asik menonton film kesukaannya dengan sesekali tersenyum, Faris justru asik memperhatikan wajah Nia. Wajah istrinya yang terlihat begitu polos dan juga sangat cantik, rasa kekesalan kembali menyeruak di hatinya. Ia bisa membayangkan saat tadi Nia meminta mereka untuk membeli es krim. Namun, tak ada dari mereka yang mau membelikannya, tiba-tiba semua itu kembali membuat Faris merasa kesel dengan para ponakannya.
Faris merogoh sakunya, kemudian mengirim pesan pada orang kepercayaannya yang selama ini menangani masalah keuangannya. Ia meminta untuk membekukan semua kartu yang diberikan kepada mereka semua.
"Baik, Pak," jawab orang tersebut membuat Faris pun kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku dan ikut menikmati film yang sedang ditonton oleh Nia. Faris menarik Nia ke pelukannya agar bersandar ke dadanya. Mereka bersama-sama menonton film itu hingga selesai. Selesai menonton, Nia kembali ingin makan malam di restoran favoritnya, Faris kembali lagi-lagi menuruti apa yang diinginkan oleh istrinya. Bagi Faris saat ini Nia adalah segalanya.
Begitu masakan di sajikan di depannya, Nia langsung melahapnya. Nafsu makannya semenjak hamil memang sangatlah besar, membuat dia terlihat sangat lahap saat menyantap makanannya.
"Mas, apa besok kamu sibuk di kantor?" tanya Nia membuat Faris pun menggeleng.
"Memangnya ada apa? Aku nggak sibuk, kok," jawab Faris. Padahal dia benar-benar sangat sibuk.
"Besok jadwal pemeriksaan anak kita. Mas bisa mengantar aku kan?" tanya Nia lagi membuat Faris pun mengangguk.
"Tentu saja, aku pasti akan mengantarmu. Kita akan memeriksakan anak kita bersama-sama," ucap Faris membuat Nia pun tersenyum senang.
Semenjak pemeriksaan pertama hingga terakhir, Faris selalu menemaninya ke rumah sakit. Walau terkadang ia sedang ke luar Negeri. Namun, saat Faris mengingat jika sudah waktunya anaknya itu diperiksa perkembangannya, Faris pun akan pulang hanya untuk memeriksa kondisi janinnya, menemani Nia memeriksakannya ke rumah sakit, setelahnya ia pun akan kembali ke luar negeri.
Walapu merasa sangat lelah, ia tak masalah akan hal itu demi mereka berdua.
Di saat Faris tengah menikmati kebersamaannya dengan Nia, di kediaman Faris suasana menjadi sangat tegang. Di mana mereka semua takut apa yang akan terjadi pada mereka saat paman mereka itu pulang nanti.
Begitupun dengan Indira dan juga Tari. Mereka memarahi anak-anak mereka masing-masing karena menolak untuk membelikan Nia es krim, sehingga membuat Nia harus membeli sendiri dan itu membuat Faris sangat marah.
"Apa kah beli es krim untuk tante kalian itu ada hal yang sangat sulit bagi kalian? Permainan kalian bisa ditunda dan kembali memainkannya saat setelah membelikan apa yang tante kalian inginkan! Tidak mengabaikan permintaannya. Apa selama ini Nia sering meminta sesuatu pada kalian? Tidak kan? Ini baru pertama kalinya dia meminta, dia itu dalam kondisi hamil! Bagaimana jika saat keluar membeli es krim terjadi sesuatu padanya, kalian bisa bayangkan apa yang akan terjadi!" ucap Tari memarahi mereka semua.
Mereka semua sudah sedikit lebih tenang saat mendapat kabar dari Faris jika Faris sudah menemukannya dan Nia sekarang sedang bersamanya.
Mereka semua merasa bersalah dan hanya bisa menunduk, menerima omelan dari tante. Mereka siap mendapatkan hukuman apapun, mereka memang salah dalam hal ini.
Di saat mereka sedang diomeli oleh Indira dan juga Tari, ponsel mereka berdering dan terdengar nada notifikasi pesan masuk di ponsel mereka masing-masing. Semuanya serentak langsung mengambil ponsel mereka dan alangkah terkejutnya saat melihat jika pesan itu dari orang yang sangat mereka kenal, itu adalah orang yang selama ini menangani masalah kartu mereka. Orang kepercayaan dari Faris yang mengabarkan jika mulai dari hari ini kartu mereka akan dibekukan, mereka tak akan bisa menggunakan kartu itu dalam jangka waktu yang belum ditetapkan.
Isi pesan tersebut membuat mereka semua langsung lemas, kartu itu adalah hidup mereka, jika kartu itu tak bisa lagi digunakan apa jadinya hidup mereka nantinya.