Seorang Presdir Perusahaan dikota Medan, dia pergi meninggalkan perusahaannya selama beberapa tahun lamanya, dia memilih untuk
mengasingkan diri disebuah Kuil.
Setelah beberapa tahun dia kembali dengan perubahan yang yang sangat besar, dia mampu menjadi Dokter Tradisional dan mampu seni bela diri.
Semoga para pembaca bisa terhibur dengan cerita ini. Terimakasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jeprism4n Laia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24. Bersama Security-Sadarman Lase
Tiara Gaho menggelengkan kepalanya, lalu dia berkata “Kalau kamu bisa berbicara dan menikah dengan Riko, mungkinkah dia bisa membantu daddymu dalam masalah ini, daddymu sedang membutuhkan suntikan dana agar perusahaan bisa pulih kembali”.
Chika tidak langsung menjawab pernyataan sang ibu, dia mengusap air matanya yang semakin bercucuran menetes kebawah.
“Apakah ini memang jalan hidupku? Haruskah aku menikah dengan orang yang tidak kucintai, apakah aku mampu menjalani hidupku dimasa depan? Ya Allah berilah aku petunjukmu agar aku mendapatkan hidayahmu” Ujar Chika didalam hatinya.
Chika semakin dilema dalam hal ini, ketika dia harus mempertahankan egonya maka perusahaan sang daddy akan menjadi taruhannya, kalau dia akan mengikuti saran dari ibunya maka dia yang akan menderita disepanjang hidupnya karena menikah dengan orang yang tidak dicintainya.
“Ma.. apakah tidak ada jalan keluar selain hal itu? Selain aku harus menikah dengan orang yang tidak aku cintai??” Tanya Chika pada ibunya dengan suara yang bergetar, yang membuat sang mama mendongakan kepalanya.
“Apakah kamu bisa terima jika melihat perusahaan daddymu bangkrut? Hanya ini cara satu-satunya menurut mama kita bisa membantu daddymu melewati masalah ini, lihatlah keadaan daddymu sekarang ini! Dia semakin terpuruk dengan situasi perusahaan yang semakin tidak stabil” ungkap Tiara Gaho yang sedikit hatinya berdenyut mendengar permintaan dari sang anak.
“Heemm.. baiklah kalau memang itu adalah jalan terakhirnya, aku akan berbuat apa saja demi kebahagiaan daddy” jawab Chika dengan masih menatap lurus kedepan dengan tatapan yang sudah pasrah dengan keadaan.
Setelah menyampaikan isi hatinya, Chika langsung berlalu pergi menuju kamarnya dilantai atas, dia semakin terisak ketika dia sudah duduk ditepi ranjang, pundaknya semakin bergetar hebat kala dia membayangkan akan bersanding dengan Riko yang sudah terkenal dengan Playboy dan berbagai tipu dayanya.
“Semoga kedepannya aku bisa bertahan demi kebahagiaan keluargaku” gumamnya dalam hati, yang tak terasa dia langsung telentang dan tertidur pulas memasuki alam mimpinya.
Ditengah Kota Medan yang penuh dengan hiruk-pikuk keramaian, Jam sudah menunjukkan pukul 12 malam, lampu-lampu jalanan terlihat temaram dan kabut putih sudah mulai turun dari atas awan, yang membuat suasana semakin dingin.
Farel Laia sudah sampai didepan Mansionnya yang begitu besar, dia tidak langsung masuk kedalam Mansion, namun dia memilih untuk duduk bersama dengan para Security yang terletak diseberang Mansionnya.
Para security itu mempersilahkan Farel untuk duduk, dan langsung menyerahkan sebungkus Rokok bermerek Bull dengan ditemani segelas Kopi Hitam sidikalang.
“bang Bos habis darimana? Kok malam-malam masih diluar! Hati-hati lo! Suasana sekarang ini berbahaya” Ujar salah satu security yang bernama Sadarman Lase.
“Emang ada apa ya bang? Jangan membuat awak takutlah, pakeklah dulu Rokoknya” Jawab Farel dengan nada santainya, sambil dia meraih Rokok Buul yang ada diatas Kursi.
“Iya, iya, silahkan! Selagi masih ada kita pakai dulu” Sahut Security yang lain, yang masih sibuk dengan main Game Scater dihandponennya.
Farel langsung meraih bungkusan rokok dan langsung memetikan korek apinya, yang membuat asap putih memenuhi wajahnya dalam sekejap.
“Awak emang penasaran lo bang? Awak pengen tau situasi kota Medan sekarang ini?” Tanya Farel lagi kepada Sadaraman Lase, sambil dia menghembuskan asap Rokoknya keatas langit dan sambil menyesap kopi hitam yang ada digelas.
“Iya bang bro! Kalau sudah tengah malam kek gini, orang-orang pada takur keluar, karena banyak sekarang geng motor berkeliaran, dan gak segan-segan mereka melakukan aksi jahat, sudah banyak korban mereka lo bos” Jelas Sadarman yang masih sibuk dengan gawainya.
“Ohh, cuman sekelompok geng motor, awak kirain ada yang lain” Jawab Farel dengan meremehkan, yang membuat para Security berhenti melihat gawai mereka masing-masing dan langsung tukar pandangan satu sama yang lain.
Tiba-tiba semua mereka tertawa dengan terbahak-bahak, yang membuat Farel melirik mereka semua dan mencibikan bibirnya.
“Bang Bos!! Sudah banyak yang kami temui orang-orang yang berlagak sok hebat, sama seperti yang kau bilang barusan! Katanya kecil! eh tapi nyatanya kalau sudah ketemu dengan geng motor, langsung kencing dicelana... Hahahaa” Ucap security yang lain, yang langsung mereka semua tertawa terbahak-bahak.
“hei bang Bro! Mendingan sekarang kau pulang kerumah, dari pada nanti ketemu mereka, aku takut kau akan lari terbirit-birit” Sahut Sadarman Lase dengan nada meremehkan.
“Ahh, ngapain pulak awak takut sama mereka, mereka cuman sampah dan debu dimataku” Ucap Farel dengan masih mode datarnya, sambil dia terus menyeruput kopi hitamnya digelas.
“Terserahlah bang bos! Yang penting kami sudah ingatin” Ucap security teman Sadarman Lase.
Tiba-tiba suara riuh kendaraan datang dari jalanan umum, sepuluh sampai belasan motor menggeber-geber didepan mereka yang memiliki jarak 30 meter lebih, yang membuat suasana semakin mencekam ditambah lagi dengan lampu jalanan yang kurang terang.
“Ciihh, sampah jalanan! Anak-anak yang tidak berguna” Cibir Farel dengan nada dinginya, yang membuat beberapa orang security yang mendengarnya menjadi tercengang.
“Bang Bos! Jangan mengejek mereka, bahaya nanti kalau sampai terdengar oleh mereka, kita bisa dalam bahaya” Bisik Sadarman Lase kepada Farel.
“Iya benar! Kau jangan cari mati sama mereka, kita semua tidak bisa layani mereka kalau semua mereka mengamuk” ucap security yang lain dengan suara kecil.
“Akhh... kalau gak dicoba! Gak bisa diceritain” Ucap Farel dengan tegas, sambil dia menghabiskan Kopi Hitamnya digelas, kemudian dia berjalan kearah jalanan dimana para Geng Motor masih ribut-ribut disana.
Sadarman Lase langsung meraih kerah baju belakangnya, ketika dia melihat Farel berjalan kearah jalanan.
“Bancert Kau!! Kalau mau mati jangan disini! Kau jangan sok hebat pergi kesana!” bentak Sadarman Lase kepada Farel, ketika dia melihat kebodohan Farel yang terlalu berani mendatangi para Geng Motor tersebut.
Farel memutar tubuhnya ketika dia ditahan oleh Sadarman, Farel mengembang senyum manisnya kepada Sadarman Lase kemudian dia berkata. “bang bro! Kalau kau merasa takut, ya tetap disini! Kalau mau lihat pertunjukkan! maka saksikan dan kalian amati dari sini”.
Setelah berkata kepada Sadarman Lase, Farel langsung berlenggang pergi kearah Geng Motor, yang membuat para security mengutuk dan memakinya dengan sangat kesal.
“Kau dasar anak sialan! Mau cari mati! Ya sudah kalau kau memang cari mati”
“Benar! Mungkin dia sedang putus cinta, makanya dia memilih untuk mati sia-sia ditangan para geng motor itu”
“Lebih baik kita tutup saja pagar, biar para geng morot itu tidak bisa menerobos masuk kesini”
Ucap beberapa Security itu dengan nada kesal mereka.
Sementara Farel sudah sampai didepan para geng motor tersebut, mereka semua menatap Farel dengan tatapan menjijikan. Karena mereka tidak ada niat untuk memeras Farel, dilihat dari ujung kaki sampai dengan ujung kepala, tidak ada barang berharga yang menarik perhatian mereka semua.
“Ciih, pengemis ini mau ngapai dia kemari?” Ucap seorang Geng Motor yang dibonceng.
“Iya benar nih! Mungkin dia mau minta sedekah sama kita” sahut temannya yang lain.
“sudah! Tebas saja lehernya, ngapain kalian asik bicarakan dia, dia pasti pengemis dari kampung” ucap anak geng motor yang lain.
Mendengar perkataan mereka semua, sontak saja Farel menatap tajam kearah mereka dengan tatapan tajam bagaikan sebilah pisau.
“Seharusnya jam segini kalian lebih baik tidur, dari pada kalian geber-geber motor dijalanan seperti ini, buang-buang bahan bakar saja, nanti kalau sudah habis bensin baru minta sama orang tua” ucap Farel dengan datarnya.
Mendengar pernyataan dari Farel sontak saja mereka semua saling tukar pandangan, mereka tidak mengira anak ingusan yang berada dihadapan mereka, menceramahi mereka tanpa ada rasa takut sedikitpun.
“Hei anak bocah! Kalau kau mau ceramah, sono noh? Tuh di Masjid, atau di Gereja! Jangan kau ceramah disini! Yang ada nanti kepalamu kubuang di sungai Deli” Bentak seorang Geng motor dari belakang, dan dia langsung turun dari atas motornya, dia berjalan kerah Farel dengan membawa sebilah parang sabit.
Farel tetap tidak bergeming, dia masih tetap berdiri tegap ditempatnya, dia hanya memperhatikan anak geng motor itu yang sedang berjalan kearahnya.
Melihat ada orang yang berani menegur mereka, seluruh anak geng Motor langsung mematikan stop kontak mereka semua,ada yang masih berada diatas motornya dan ada juga beberapa yang turun dari atas motor mereka.
“Nyalimu ternyata cukup besar bocak kecil!! Lebih baik kau ceramah di Neraka!” bentak anak geng motor yang membawa parang sabit, dan dia langsung menebas Farel dengan parang sabitnya.
Namun sebelum parang sabitnya menyentuh kepala Farel, dengan cepat Farel menangkap lengannya dengan kuat, sehingga dia sudah terangkat keatas bagaikan sebuah boneka pameran dipasar malam.
Farel menatapnya dengan tatapan membunuh, matanya berdenyut dan memerah seolah ada api didalam bola matanya.
“Apakah hanya segini kehebatanmu? Hah” teriak Farel dengan menggema, yang membuat seluruh anak Geng Motor menjadi tercengang dan sedikit gugup.
“Kreek” suara lengan Anak Geng Motor itu terdengar renyah, ketika Farel langsung mematahkannya hanya dengan satu tangannya.
Ketika lengannya sudah di kreekan, anak Geng Motor tersebut meraung dengan sangat keras “Anying Kau, K*ntol kau! B*Bi Kau! Cepat lepaskan tanganku!” teriaknya terdengar memilukan.