Lucy adalah mata-mata yang tidak pernah gagal menjalankan misinya. Namun, kali ini misinya membawa dia menyamar sebagai pacar palsu miliarder muda, Evans Dawson , untuk memancing musuh keluar dari persembunyiannya.
Ketika Evans tanpa sadar menemukan petunjuk yang mengarah pada identitas asli Lucy, hubungan mereka yang semula hanya pura-pura mulai berubah menjadi sesuatu yang nyata.
Bisakah Lucy menyelesaikan misinya tanpa melibatkan perasaan, atau semuanya akan hancur saat identitasnya terbongkar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Persiapan
Pernikahan Evans dan Lucy seharusnya menjadi momen penuh kebahagiaan. Namun, takdir seakan memiliki rencana lain. Saat keduanya tengah sibuk mempersiapkan hari istimewa mereka, masa lalu Lucy kembali menghantui, membawa drama yang mengancam keharmonisan hubungan mereka.
Lucy dan Evans tengah duduk bersama di ruang tamu rumah Evans, membahas rincian pernikahan. Di atas meja, tergeletak katalog bunga, daftar katering, dan undangan pernikahan yang belum selesai dipilih.
"Bagaimana dengan bunga mawar putih untuk dekorasi utama?" tanya Lucy sambil menunjukkan sebuah gambar dari katalog.
Evans, yang duduk di sebelahnya, mengangguk. "Mawar putih bagus. Tapi aku pikir menambahkan sedikit mawar merah bisa memberikan kesan lebih hangat."
Lucy tersenyum kecil. "Kau benar. Kita bisa kombinasi keduanya."
Suasana percakapan ringan itu berubah ketika ponsel Lucy berbunyi. Ia mengangkatnya, dan wajahnya langsung berubah tegang.
"Ada apa, Lucy?" tanya Evans, melihat perubahan ekspresi tunangannya.
"Ini... mantan rekan kerjaku," jawab Lucy dengan nada kaku. "Aku tidak tahu kenapa dia menelepon."
Evans menatapnya dengan curiga. "Angkat saja. Mungkin penting."
Dengan ragu, Lucy menjawab panggilan itu. Suara di ujung telepon terdengar dingin dan tajam.
"Lucy, lama tak berjumpa," kata suara itu. "Aku dengar kau akan menikah. Apakah Evans tahu siapa dirimu sebenarnya?"
Wajah Lucy pucat. "Apa maumu?"
"Tenang saja," jawab suara itu. "Aku hanya ingin kita bicara. Kalau tidak, mungkin aku harus memberitahu dunia tentang rahasiamu."
Lucy terdiam, tangannya gemetar. Evans yang melihat reaksi itu langsung menarik ponsel dari tangan Lucy dan memutus panggilan.
"Siapa itu?" tanya Evans tegas.
Lucy menggeleng. "Aku akan menyelesaikannya sendiri."
Evans tidak puas dengan jawaban Lucy. Ia segera memanggil Brandon untuk menyelidiki. "Cari tahu siapa yang menelepon Lucy tadi," perintah Evans setelah menjelaskan situasinya.
Sementara itu, Lucy merasa gelisah. Ia tidak ingin masalah ini merusak hubungan mereka, tetapi ia juga tahu bahwa rekannya, Adrian, tidak main-main. Adrian adalah salah satu agen berbakat di Cupid Agency, tetapi ia dikenal licik dan suka bermain kotor.
Malam harinya, Lucy bertemu dengan Adrian di sebuah kafe kecil.
"Apa yang kau inginkan, Adrian?" tanya Lucy, berusaha terdengar tegas meski hatinya gugup.
Adrian tersenyum dingin. "Aku hanya ingin memberitahu Evans tentang misi-misimu yang berbahaya. Bagaimana jika ia tahu bahwa kau pernah membahayakan nyawa orang lain demi tugas?"
"Itu bagian dari pekerjaan," jawab Lucy dengan nada tajam. "Dan aku tidak akan membiarkanmu merusak hidupku sekarang."
Adrian mengangkat alis. "Kau pikir aku takut padamu? Aku punya bukti, Lucy. Jika aku mau, aku bisa menghancurkanmu."
"Kenapa kau sangat membenciku Andrian? Aku sudah keluar dari agen," tanya Lucy.
"Yah hanya ingin membalaskan keadaan ku, sebelum kau datang ke organisasi. Dulu aku sangat disanjung sebelum kau datang," ungkap Andrian.
"Tapi itu dulu, aku sudah keluar juga, Andrian!" ucap Lucy.
"Aku tak peduli." ucap Andrian dan berlalu meninggalkan Lucy.
Ketika Lucy pulang ke rumah, Evans sudah menunggunya. Ia terlihat tenang, tetapi sorot matanya menunjukkan bahwa ia tahu lebih dari yang Lucy kira.
"Lucy," kata Evans pelan. "Aku tahu kau bertemu dengan seseorang. Dia adalah rekan lama mu di organisasi."
Lucy terdiam. "Kau menyuruh Brandon mengikutiku?"
"Ya," jawab Evans jujur. "Karena aku ingin melindungimu. Apa yang dia inginkan?"
Lucy menghela napas panjang. "Dia ingin mengungkap masa laluku di Cupid Agency, terutama misi-misiku yang mungkin terlihat kontroversial."
Evans mendekatinya dan memegang tangannya. "Lucy, aku tidak peduli dengan masa lalumu. Aku hanya peduli padamu sekarang. Biarkan aku menangani rekanmu itu."
Lucy ragu. "Tapi ini masalahku, Evans."
"Tidak," jawab Evans tegas. "Ini masalah kita."
Evans dan Brandon segera merancang rencana untuk menghadapi Adrian. Mereka mengumpulkan informasi tentangnya dan menemukan bahwa Adrian juga memiliki banyak rahasia gelap.
Hari berikutnya, Evans bertemu dengan Adrian di kantornya. Dengan senyum penuh percaya diri, ia meletakkan sebuah dokumen di meja.
"Adrian, aku tahu siapa kau sebenarnya," kata Evans. "Dan aku punya cukup bukti untuk menghancurkan reputasimu jika kau berani mengganggu Lucy lagi."
Adrian mencoba mempertahankan ketenangannya. "Kau pikir kau bisa mengancamku?"
Evans mendekat, menatap Adrian dengan tajam. "Ini bukan ancaman, ini janji. Jika kau berani menyentuh Lucy atau menyebarkan rahasia apa pun tentangnya, aku tidak akan tinggal diam."
Adrian akhirnya mundur. Ia tahu bahwa berurusan dengan Evans Dawson bukanlah ide yang bijak.
Ketika Evans pulang, Lucy menunggunya di ruang tamu. Ia terlihat cemas.
"Bagaimana?" tanya Lucy dengan suara pelan.
Evans tersenyum dan mendekatinya. "Masalah selesai. Adrian tidak akan mengganggumu lagi."
Lucy merasa lega, tetapi air mata mulai menggenang di matanya. "Aku tidak tahu harus berkata apa, Evans. Terima kasih karena selalu ada untukku."
Evans memeluknya erat. "Kita akan menghadapi semuanya bersama, Lucy. Aku tidak akan membiarkan siapa pun menghalangi kebahagiaan kita."
Malam itu, mereka merasa hubungan mereka semakin kuat. Meski persiapan pernikahan mereka penuh drama, cinta dan kepercayaan yang mereka miliki satu sama lain menjadi fondasi yang tidak tergoyahkan.