Dendam Si Gadis Penggoda

Velo menyadari benar jika ada mata iblis yang menatapnya, makanya dia sengaja berlama-lama berdiri di luar butik, kau tersenyum sinis dan mengibaskan rambutnya saya dia akan kembali masuk ke dalam butiknya.

" Gila! Dia sengaja membuka butik di sini rupanya, tidak boleh, aku tidak boleh tinggal diam. Baru pertama buka saja sudah membuat butikku sepi, aku harus cari cara untuk mengatasi masalah ini. " Ucap Nyonya Fer yang kesal dan juga waspada. Usaha butiknya adalah usaha yang di turunkan dari orang tuanya, dia memiliki enam butik di kota dia tinggal. Memang benar hanya butik aja, tapi penghasilan dari butiknya benar-benar mampu menopang kebutuhan rumah tangga, juga bisa menyekolahkan Selena di tempat yang mahal dan terbaik, mereka juga bisa pergi liburan ke luar negeri enam bulan sekali, atau setiap akhir tahun.

Pegawai Nyonya Fer hanya bisa terdiam dengan batin keheranan. Memang kenapa kalau butik diseberang lebih ramai? Toh rejeki memang sudah ada porsi dan juga yang maha mengaturnya kan?

Segera Nyonya Fer duduk di tempat biasa dia duduk, lalu mengeluarkan ponsel dari tasnya.

" Fer, ada butik baru dia seberang butikku, dan pemiliknya adalah gadis yang di galery waktu itu! " Nyonya Fer membuang nafas kasarnya mendengar jawaban dari Ayah Fer.

" Kau pikir aku bercanda, hah?! Gara-gara butik itu buka dia seberang, butikku sepi sekali, ini sudah pukul empat sore tapi pembeli juga cuma satu orang, dan dia hanya membeli dua dasi kantor saja! Dasar menyebalkan! " Nyonya Fer menjauhkan ponselnya setelah memutuskan sambungan telepon di antara mereka. Benar saja, suaminya memang hanya tahu bagiamana cara membuatkan tenang, tapi tidak tahu caranya untuk menyelesaikan masalah. Hah! sialan! Kenapa juga dia bisa begitu mencintai pria seperti dia?

Diseberang sana.

Velo tersenyum senang karena ternyata semua berjalan lancar. Usaha butik ini memang tergesa-gesa, tapi Velo yang memiliki sifat nekad di luar nalar selalu bisa menangani segala hal yang terasa sulit bagi orang lain. Selama beberapa bulan terakhir ini Velo mencoba untuk mendesain baju modern, tas, dan pernik-pernik karena dia ingin menyaingi butik milik Nyonya Fer dari lama. Dia yang tadinya tidak begitu suka menggambar jadi terus menggambar demi tujuan balas dendamnya, dan untunglah pola pikir bahwa ketika orang lain mampu, maka dia juga mampu akhirnya membuat tekadnya begitu bulat dan membuatnya selalu bersemangat melakukan apa yang ingin dia lakukan.

Setelah berusaha memahami tentang dunia trend fashion, Velo mulai memahami bagaimana dunia fashion bekerja, dan dia yang memiliki banyak kenalan berkat Zegon akhirnya bisa mengundang para Nyonya kaya untuk datang, mereka yang tertarik akhirnya datang di hari pembukaan pertama dan membeli barang-barang yang mereka sukai, di tambah lagi beberapa orang yang tadinya ingin masuk ke butik Nyonya Fer merasa penasaran dengan butik baru milik Velo, mereka masuk untuk melihat sebentar, dan ternyata mereka menyukainya, jadilah butik Velo seramai hari ini.

Sadar jika keberuntungan tidak mungkin terus dia dapatkan, maka Velo juga sudah membuka jalan lain agar dia tetap bisa maju tanpa memikirkan berapa banyak yang dia dapatkan dari butik, melainkan dendamnya yang membutuhkan pelampiasan.

Velo meraih ponselnya, lalu menghubungi seseorang untuk bicara.

" Bagaimana dengan tempat yang lain untuk butikku? "

Dua sudah mulai tahap dekorasi, satu lagi sedang dalam nego harga sewa, Nyonya.

" Bagus, tidak masalah lebih sedikit dari dana awal, asalkan tempatnya bersebrangan, atau bersebelahan, maka ambil saja. "

Baik, Nyonya.

Velo tersenyum, lalu memutuskan sambungan teleponnya.

" Sebentar lagi, Nyonya dan Tuan Fer yang terhormat. " Gumam Velo.

Setelah seharian sibuk bekerja, kini sudah tiba waktunya untuk Rigo bersiap untuk pulang, tapi saat sedang bersiap-siap dia menyadari layar ponselnya menyala, dan rupanya Selena sudah menghubunginya berkali-kali entah sejak kapan karena sampai dua puluh panggilan tak dia jawab. Sial! Itu gara-gara meeting tempo hari, dia jadi lupa memberikan suara di ponselnya.

" Iya, Selena? "

Kak Rigo masih sibuk?

" Tidak, ini sudah mau pulang. Ada apa? "

Bisa bertemu ada yang ingin aku bicarakan.

" Tentu saja, aku selalu ada waktu dong untuk calon istriku yang paling cantik ini. " Rigo tersenyum sendiri dengan rona merah di pipinya menandakan dia benar-benar malu dengan gombalannya sendiri. Yah, maklumi saja karena memang begitu tingkah orang yang tengah di mabuk cinta kan?

Baiklah, aku ke apartemen kak Rigo saja ya?

Rigo terdiam sebentar karena terkejut, dia sudah beberapa hari tidak pulang kesana, dan dia tidak tahu seperti apa berantakannya kamarnya.

" Oh, bagiamana ya? Anu, jam berapa kau mau kesana, Selena? "

Aku akan kesana setelah ini.

" Jangan! "

Apa? Kenapa?

" Itu, maksudku bukan kau tidak boleh kesana. Ada yang harus aku kerjakan dulu, kau berangkatnya sekitar tiga puluh menit dari kita mengakhiri panggilan telepon ya? "

Kak Rigo menyembunyikan sesuatu?

" Tidak! Mana mungkin aku membohongi pacarku sendiri? Aku hanya harus mengerjakan sesuatu dulu. "

Baiklah.

" Oke, Kalau begitu sampai jumpa di sana ya sayang? "

Rigo mengernyit bingung menatap layar ponselnya, rupanya sudah di putuskan sambungan teleponnya oleh Selena.

Bergegas Rigo bangkit, berjalan cepat meninggalkan ruangannya karena dia harus segera menuju apartemen miliknya dan membereskan tempat tinggalnya itu.

Begitu sampai di sana, Rigo menggeleng heran karena ternyata memang sangat berantakan. Dengan segera dia memunguti pakaiannya yang berantakan di lantai, lalu tempat tidurnya, juga beberapa barang di meja kerjanya, kamar mandi, setelah itu dia menyalakan robot pembersih lantai untuk membersihkan debu di lantainya, dan dengan segera dia bangkit mengambil mesin penyedot debu, menyalakannya untuk membersihkan sofa duduknya.

" Sialan, aku seperti ingin mati kelelahan. " Gerutu Rigo sembari menjatuhkan dirinya yang begitu kelelahan setelah semua beres, dan dia juga sudah menyemprot pengharum ruangan.

Baru beberapa detik dia duduk, suara pintu apartemen terbuka, dan pastilah itu Selena karena hanya dia seorang yang tahu berapa kode kunci pintu apartemen milik Rigo.

" Se Selena? " Rigo bangkit begitu Selena sudah masuk ke dalam, dan bisa melihat Rigo disana.

Selena tak menunjukkan ekspresi apapun, tapi dia menjalankan kakinya untuk berjalan mendekati Rigo.

" Kak Rigo berkeringat begitu banyak baru melakukan apa? "

Rigo memaksakan senyumnya.

" Tidak ada yang aku lakukan kok, kau duduk saja dulu ya? Aku buatkan minum oke? "

" Tidak usah kak, aku akan buat sendiri kalau aku mau nanti. "

Rigo tersenyum lalu mengangguk.

" Selena, aku belum mandi. Jadi aku tinggal sebentar untuk mandi ya? "

Selena mengangguk.

Merasa tidak rela menunggunya terlalu lama di luar sendiri, Rigo mandi dengan buru-buru hingga dia mengabaikan apa yang sangat tidak boleh dia abaikan.

" Selena, tumben mau masuk ke kamarku. " Ujar Rigo yang terkejut melihat Selena berada di kamarnya sembari memegang photo mereka berdua saat dia keluar dari kamar mandi.

" Kau ingat photo itu? Itu adalah hari kedua setelah kita resmi pacaran, iya kan? " Rigo berjalan mendekati Selena, dia tidak begitu malu hanya menggunakan handuk di pinggang sampai batas lutut toh mereka juga sering berada di lantai dengan pakaian pantai.

Selena tak menjawab, tapi tatapan yang tidak biasa sampai matanya memerah, tubuhnya gemetar membuat Rigo terkejut bukan main.

" Selena, kau kenapa? "

" Kak Rigo yang kenapa, kenapa banyak sekali tanda merah di tubuh kak Rigo, bahkan di dagu, telinga, rahang, leher, dada, katakan kenapa?! "

Bersambung.