~Dibuat berdasarkan cerpen horor "Anna Van de Groot by Nath_e~
Anastasia ditugaskan untuk mengevaluasi kinerja hotel di kota Yogyakarta. siapa sangka hotel baru yang rencana bakal soft launching tiga bulan lagi memiliki sejarah kelam di masa lalu. Anastasia yang memiliki indra keenam harus menghadapi teror demi teror yang merujuk ada hantu noni Belanda bernama Anna Van de Groot.
mampukah Anastasia mengatasi dendam Anna dan membuat hotel kembali nyaman?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nath_e, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ancaman lama atau baru?
Anastasia penasaran dengan jawaban Rama. Ia menunggu lelaki muda yang berpenampilan santun itu menjawab. “Bisa kan mas, usir dia?!”
“Arwah yang penuh dendam akan sulit untuk diusir mbak tapi bukan berarti tidak mungkin. Hanya saja kita perlu menenangkan rohnya dulu. Untuk hantu yang lain saya bisa menanganinya tapi untuk Noni Belanda ini … sedikit sulit.”
“Dendamnya terlalu dalam,” Rama berkata dengan nada penyesalan.
Anastasia menghela nafas dalam-dalam. “Yah, aku tahu. Aku sendiri melihat bayangan kematiannya. Lalu bagaimana selanjutnya?”
“Beri saya waktu untuk menyiapkan semuanya. Yang kita perlukan adalah hari, waktu, dan jam yang tepat. Setelah itu saya akan bantu bersihkan hotel ini.”
“Memangnya, nggak bisa sekarang juga mas?” Anastasia kecewa.
“Maaf mbak, saya nggak bisa langsung mengerjakan semuanya. Ada ..,”
“Hari pengapesan?” potong Anastasia diikuti anggukan pelan Rama.
“Untuk menarik semua energi negatif disini perlu persiapan yang cukup. Saya bakal datang lagi seminggu dari sekarang.”
Anastasia terduduk lemas, dari jawaban itu artinya ia harus menunggu lebih lama lagi. Deadline Kanjeng Mami didepan mata dan ia hanya bisa berharap Rama bisa mengusir semuanya.
Adam berbicara panjang lebar dengan Rama perihal apa saja yang harus disiapkan dan bagaimana tata cara pengusirannya nanti. Adam meminta Rama untuk tidak melakukannya secara terbuka dengan pertimbangan kenyamanan tamu hotel.
Anastasia hanya diam mendengarkan dan sesekali membuka ponselnya memeriksa pesan masuk. Matanya terkunci pada pesan tak dikenal. Ia membuka pesan itu dan terbelalak saat membacanya.
[Hutang nyawa dibayar nyawa, hutang janji dibayar janji, kamu mungkin lupa akan janjimu tapi aku tidak! Tunggu saja, aku akan menagih janjimu tunai!]
“Janji?” Anastasia mengerutkan kening. Ia membuka profil pengirim anonim itu tapi tak menemukan apa pun selain nomor asing yang tertera.
“Mbak saya pamit dulu, kita bertemu tujuh hari lagi.”
Anastasia terkejut dan mematikan ponselnya. Reaksi tak biasa Anastasia membuat Adam penasaran. Ia hendak bertanya tapi urung melakukannya dan memilih untuk menunda.
“Tunggu mas,” Anastasia menahan Rama, ada yang ingin dia tanyakan secara lebih jauh.
“Ada apa mbak?”
“Apa hantu Belanda itu menunjukkan tanda-tanda ingin melukai tamu lain? Saya sedikit khawatir tentang ini.”
"Bukan melukai secara fisik ya mbak, tapi energinya mempengaruhi suasana hotel terutama kamar dan lantai tiga ini. Dia sering menampakkan diri untuk melampiaskan amarahnya, sehingga tamu merasa ketakutan atau tertekan tanpa alasan jelas. Energi seperti ini perlu dinetralisir agar dia bisa menemukan kedamaian."
"Tapi bener, mas bisa membantunya?" Anastasia bertanya ulang untuk memastikan.
Rama tersenyum tipis, "Saya sedang berusaha. Tapi ini tidak mudah. Anna terlalu terikat pada emosinya, terutama amarah dan dendam. Untuk membantunya pergi, saya harus meyakinkan Anna untuk melepaskan rasa tidak relanya dan menerima kenyataan bahwa apa yang terjadi tidak bisa diubah."
"Dan kalau dia tidak mau?"
"Maka dia akan terus menghantui kamar ini. Tapi saya optimis, dengan pendekatan yang tepat, kita bisa membuatnya pergi."
Anastasia mengangguk paham, melihat kerisauan Anastasia Rama tersenyum. “Mbak tenang saja, saya sudah memasang segel di kamar ini. Untuk sementara dia tidak bisa menembus kamar ini. Semoga semua berjalan lancar dan tolong untuk sementara waktu kamar ini jangan disewakan.”
Adam mengunci kamar itu dan meminta Nathan untuk tidak mengijinkan siapapun masuk. Mau tidak mau, mereka harus menunggu.
Sore itu, Anastasia akhirnya memberanikan diri menelepon Kanjeng Mami untuk memberikan kabar terbaru soal "hotel berhantu." Ia sudah menyiapkan semua laporan dengan rapi, berharap bisa menenangkan Mami yang cenderung meledak-ledak jika bicara soal nama baik keluarga. Telepon berdering sebentar sebelum suara khas Kanjeng Mami yang tegas menyambut.
“Ya, ada apa?” Suara Kanjeng Mami yang menggelegar cukup membuat jantung Anastasia tak karuan.
"Mi, Ana ada kabar soal hotel. Semalam Rama, temannya Adam, sudah datang. Dia paranormal muda yang cukup profesional. Dia bilang, ada energi negatif di beberapa kamar tepatnya terpusat di lantai tiga.”
“Lalu?!”
“Dia bakal datang lagi setelah persiapan yang dibutuhkan.”
“Kapan?!”
“Tujuh hari dari sekarang,”
Kanjeng Mami terdengar menghela nafas panjang. "Kamu yakin anak muda seperti itu bisa dipercaya? Jangan sampai dia malah bikin sensasi lagi seperti dukun gableg itu!”
"Tenang, Mi … Rama itu berpengalaman, dan dia nggak suka hal-hal berlebihan. Semua prosedur yang dia lakukan juga aman kok, tanpa acara ritual yang aneh-aneh."
"Hmm, baiklah. Tapi kamu harus awasi terus, ya. Jangan sampai kasus seperti si Maya terulang. Kamu ingat, kan? Dukun nyentrik itu bikin kita malu besar! Sampai sekarang, nama keluarga Broto masih kena gosip karena dia."
Anastasia menjauhkan ponselnya karena nada tinggi Kanjeng Mami. "Iya Mii, Ana paham. Tapi Rama ini bukan seperti dukun yang didalangi Maya. Justru dia mengingatkan Anastasia soal kejujuran, katanya energi negatif ini mungkin datang dari konflik internal yang belum selesai. Jadi mungkin masalah ini lebih kompleks daripada sekadar cerita horor."
"Hah? Konflik internal? Kamu bicara apa, Anastasia? Maksudmu, ada orang dalam yang sengaja menyebarkan atau membuat cerita ini?"
"Mungkin saja kan, Mi. Tapi ini masih dugaan. Rama bakal membersihkan energinya. Sementara itu, aku sendiri yang akan cari tahu dari sisi manajemen."
"Bagus. Jangan sampai ada yang berani main-main dengan nama keluarga kita. Dan Anastasia…"
"Iya, Mami?"
"Kalau Rama itu selesai, suruh dia mampir ke rumah Mami. Siapa tahu ada 'energi negatif' di sekitar sini juga. Lebih baik berjaga-jaga."
Anastasia hanya bisa tersenyum kecut mendengar ucapan terakhir itu. Meski terkadang Kanjeng Mami terlalu perfeksionis, Anastasia tahu bahwa semua itu karena Mami sangat menjaga reputasi keluarga. Obrolan kali ini selesai dengan aman dan Kanjeng Mami setuju jika lantai tiga dibatasi selama tujuh hari kedepan.
Bersambung ..,