"Berhenti deket-deket gue! Tinggalin gue sendiri, kehadiran lo cuma buat gue lebih repot!" ~ Lengkara
"Aku gak akan berhenti buat janji yang aku miliki, sekuat apapun kamu ngehindar dan ngusir aku, aku tau kalo itu cara kamu buat lindungi aku!"
###
Alexandria Shada Jazlyn ditarik kerumah Brawijaya dan bertemu dengan sosok pmuda introvert bernama Lengkara Kafka Brawijaya.
Kehadiran Alexandria yang memiliki sikap riang pada akhirnya membuat hidup Lengkara dipenuhi warna.
Kendati Lengkara kerap menampik kehadiran Alexandria, namun pada kenyataanya Lengkara membutuhkan sosok Alexandria.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon story_Mawarmerah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8. Mulai Dari Awal
“Lengka tungguu…” Teriak Shada berlari mengejar pemuda itu. Tapi Lengkara kembali menulikan Shada, pemuda itu terus berlalu begitu saja seakan teriakan Shada hanya bisik angin untuknya.
Melihat Lengkara terus berlari Shada tidak tinggal diam dan mempercepat langkahnya untuk berlari, sampai posisi Lengkara berada di pintu kamar, Shada sontak menyerobot posisi dengan berdiri dipintu kamar Lengkara, mencegat pemuda itu masuk ke kamarnya.
“Aku, aku, aku mau bicara sama kamu! Ayo kita bicara!” Gadis itu mengambil nafas cukup cepat akibat berlariannya.
“Tapi gue mau istirahat! Ngantuk, lo tau bukan kalo hari ini gue abis perjalanan jauh!”
Shada meringis, “Iya memang tau, cuma aku pengen ngomong sama kamu!”
"Gue ngantuk!" Lengkara kembali menegaskan. Dengan sedikit lemas Shada pun menggeser tubuhnya, ia tidak bisa berbuat apapun atas ultimatum Lengkara yang menginginkan istirahat.
Shada menatap Lengkara kembali, pemuda itu bahkan enggan bersitatap mata dengannya. “Yaudah selamat istirahat!” kata Shada sembari melambaikan tangan, setelahnya ia menunduk saat dilewati Lengkara.
Lengkara sendiri sempat-sempatnya melirik gadis itu sebelum tangannya menarik knop pintu dan masuk kedalam. Meninggalkan Shada yang masih diam di sebalik pintu kamar Lengkara.
Luruhan nafas Shada yang bergetar menjadi ekspresi pertama gadis itu setelah kembali di acuhkan. Jika Shada perlu bicara dan menjelaskan, kiranya sikap Lengkara berubah seperti saat mereka baru saling mengenal.
Lengkara tak jauh dari mengacuhkan dirinya bahkan sering mengusir dirinya.
Shada tidak beranjak dari sebalik pintu kamar Lengkara, melainkan ia memilih diam dan menyandarkan tubuhnya di sebalik pintu.
“Masa aku harus kembali lagi ke nol!” Shada menggumam, pada posisi Shada ia tidak punya pilihan lain untuk melakukan pemberontakan dengan egois dan balik marah pada Lengkara. Melainkan Shada harus lebih kuat dan memahami diri Lengkara kembali.
Mau dikata apa karena Shada bahkan di tarik ke rumah ini untuk menemani Lengkara, Shada tidak punya pilihan selain mengalah dan menguatkan dirinya dengan semua sikap Lengkara.
“Lengka kamu tau?” Gumam Shada lagi, “semakin kamu hindarin aku, justru aku semakin yakin kalo kamu bener-bener sembunyiin sesuatu dari aku!” Shada menarik nafasnya dalam-dalam, lalu ia menarik kedua sudut bibirnya.
“Tapi gak apa, mari kita lihat sampai mana? Kamu fikir aku bakalan berhenti gitu aja? Ck.. Dasar Lengkara jelek, cowok batu, huh…!”
Shada merutuki Lengkara sembari menguatkan dirinya sendiri, tanpa Shada tau jika di sebalik kamar Lengkara, pemuda itu tidak benar-benar beranjak untuk tidur, melainkan Lengkara tengah berdiri di sebalik pintu kamarnya pula.
Dan tidak menutup kemungkinan jika Lengkara mendengar semua ucapan Shada padanya!
********
Lengkara terjaga dari tidur, saat ia mengerjap Lengkara melihat siluet wajah seseorang begitu dekat dengannya. Sontak Lengkara terjengkat seraya bangkit.
“L-Lo?”
Tanpa dosa Shada malah tersenyum begitu lebar “Good morning Lengkaranya aku… Gimana, tidur kamu nyenyak?”
Lengkara mengusap kening dan menghela nafas, lalu ia menatap Shada yang masih diam di posisi yang sama, berjongkok menopang dagu dengan kedua tangannya di sisi ranjang.
Selalu dengan wajah tanpa dosanya Shada malah tersenyum begitu lebar pada Lengkara, padahal rasanya jantung Lengkara begitu terjengkat oleh kehadiran dirinya.
“Olah raga yuk!” kata Shada masih dalam posisi yang sama.
Lengkara menatap jam di dinding waktu menunjukan pukul lima lebih, dulu ia dan Shada memang memiliki rutinitas olah raga pagi sebelum berangkat pergi sekolah, sekadar berjalan-jalan di pekarangan rumah atau berolah raga disekitar paviliun. Karena kebetulan anak dari Liliana memang suka berolah raga juga hingga ia memiliki tempat gym pribadi lengkap dengan semua alat bahkan seorang pelatih.
“Ayokk…” ajak Shada lagi saat Lengkara tidak beranjak sedikit pun. Pemuda itu malah hendak merebahkan tubuhnya kembali.
“Gue capek Shad!”
“Ayok Lengka olah raga! Kok kamu jadi malas gini?”
“Enggak, gue libur dulu!”
“Ishh.. Ayookk…” Tak mengindahkan ucapan Lengkara Shada malah menarik tangan Lengkara saat pemuda itu sudah berbaring.
Tapi Lengkara kali ini cukup keras juga, pemuda itu malah memejam dengan menarik satu sudut bibirnya, ia enggan sedikit pun bergerak membuat Shada yang harus susah payah membangunkannya.
“Ini kalo aku berhasil bangunin kamu, game over yah kamu, gak boleh nolak ajakan aku!”
Shada terus menarik lengan Lengkara, dengan sekuat tenaga agar pemuda itu tertarik bangun olehnya. Maka, tatkala Shada menarik-narik lengan Lengkara yang begitu santai berbaring, ia juga mengeluarkan seluruh tenaga yang ia miliki.
Ditarikan terakhir, Shada yang sudah cukup lelah malah balik ditarik lengan Lengkara, membuat tubuh Shada oleng
“Akhh..”
Pada akhirnya Shada terjun bebas diatas tubuh Lengkara.
Lengkara yang memejam sontak membuka kedua matanya, jelas-jelas kini Shada berada diatas tubuhnya dengan posisi menyamping. Shada menoleh membuat wajah meraka saling bertemu, tapi Lengkara tidak lekas melerai dirinya. Lengkara malah menatap iris bening berwarna Hazel milik Shada.
“Lo gak bisa narik gue, Shada!?”
Dengan posisi mereka bohong jika Shada tidak merasa merinding oleh ucapan Lengkara, apalagi pemuda itu menatap dengan pendar rumit dan bagaimana suara berat baritone nya membuat sesuatu terjadi dalam diri Shada.
Tepatnya sesuatu dibagian dada kiri Shada yang mendadak berdetak lebih dari skala biasanya.
“Jadi gue menang, bukan?”
Shada mengangguk begitu rapat, posisinya masih berada di dada Lengkara dengan kedua tanganya yang menopang untuk memberikan celah.
“Terus… mau sampai kapan lo tetep nangkring di tubuh gue?”
Shada terperanjat dan bangkit “Kamu curang!” tunjuk Shada pada Lengkara. “Kamu narik aku gitu aja yah jelas aku gak bisa nahan tarikan kamu!”
Dengan wajah datarnya Lengkara melipat kedua tangan di dada. Bersandar pada head bord ranjang king size miliknya.
“Tapi lo tetep kalah, bukan?”
Shada mendesis merasa dipermainkan, biasanya Shada yang selalu bisa mempermainkan Lengkara “Iya aku kalah!”
“Terus?”
“Terus apa? kamu curang!”
“Curang atau enggak gue tetep pemenang. Jadi__” Lengkara menjentikan telunjuknya pada Shada, membuat gadis itu mengerutkan keningnya bingung.
“Apa?” tannya Shada tak mengerti
“Go Out!”
Shada membulatkan mata serta bibirnya hingga melotot dan membentuk huruf O, ia benar-benar tidak menyangka jika Lengkara akan seperti ini padanya. Apalagi dengan wajah datar Lengkara membuat ini seakan sesi pengusiran tidak hormat untuk Shada.
“Kamu yah?”
Lengkara masih begitu santai menanggapi sesi kesalnya Shada, pemuda itu malah menambahkan dengan menolehkan dagunya kearah pintu sebagai tanda mengusir Shada lagi.
“Yaudah aku pergi, Huh… menyebalkan!”
Shada masih mendesis-desis tak jelas saat keluar dari pintu kamar Lengkara, gadis itu menatap Lengkara kembali di detik-detik menutup pintu kamar pemuda itu. Terlihat Lengkara yang kembali berbaring memasukan tubuhnya pada selimut.
Sampai pintu kamar Lengkara tertutup sempurna, Shada kembali menyandarkan punggungnya pada pintu. Satu tangan Shada terangkat untuk kemudian Shada tempelkan pada dada kirinya.
Jelas Shada masih merasakan bagaimana sisa-sisa degup jantungnya yang berdegup cepat karena posisinya bersama Lengkara tadi.
“Bagaimana ini?” cicit Shada begitu lirih, satu hal yang ada di fikiran Shada sekarang adalah
Apakah Lengkara pun merasakan hal yang sama?
********
Hamahera University..
Kampus itu terpampang cukup jelas dan kini begitu dipadati beberapa mahasiswa dan mahasiswi baru yang akan menuntut ilmunya di kampus ini. Kabar jika Lengkara Kafka Brawijaya salah satu anak dari orang yang cukup berpengaruh di negeri ini begitu saja berembus.
Nama Lengkara menjadi topic yang cukup hangat dan di lakukan beberapa orang di kampus ini, mungkin karena kampus yang Lengkara tempati pun di isi oleh orang-orang yang cukup main dengan kata kolega dan relasi.
Jadi tak ayal orang-orang memilih berinteraksi bilamana keuntungan mengenali orang berpengaruh menjadikan diri mereka semakin bernilai tinggi.
“Yang namanya Lengkara kalo diliat-liat oke juga yah?!” ucap seorang panitia perempuan yang tengah berkumpul di sekitar koridor kampus, ini adalah waktu istirahat peserta ospek hingga panitia bisa berbincang babibu di sela luang mereka.
Shada yang hendak pergi ke kelas seketika menghentikan langkah dirinya mendengar para gadis berkumpul sembari melihat Lengkara.
“Bukan main emang tampan, tinggi, dan yang terpenting lo tau kan asal-usul keluarga Brawijaya?” timpal gadis lainnya.
“Siapa yang gak tau keluarga Brawijaya? cakupan bisnisnya hampir disemua bidang, itu harta dipake delapan turunan juga gak bakal abis-abis kayaknya!”
“Udah ngomongin turunan aja lo! Tapi setau gue sepupunya udah merried dan dia itu agak-agak kelainan katanya?”
“Perduli dengan kelaianan kalo uangnya gak bisa abis-abis!”
“Uihh.. keras lo! Kayak yang mau aja dia sama lo!”
“Sialan lo, ngeraguin gue jadi?” Kekehan para gadis terdengar ramai diantara koridor, Shada juga masih berada di posisi yang sama.
“Taruhan yuk?”
“Heh.. taruhan-taruhan! Tapi kalo gak salah dia udah sama cewek itu juga, bukan?”
“Nggak, setau gue dia babunya!”
Deg!
Shada yang hendak berjalan melabrak sontak berhenti mendengar asumsi orang mengenai dirinya, ia tersenyum sampai melihat Lengkara berjalan. Di detik yang sama sang gadis meloncati koridor sembari membawa air mineral di tangannya.
Lengkara yang tengah berjalan di ujung sana melihat presensi Shada melambai padanya bersamaan seorang gadis yang mendekat juga kearahnya.
“Lengkaraaaa…”
Bruuuk..
“Awh..” ringis sang gadis yang Shada tubruk dari belakang, perempuan itu meringis karena benar-benar terjatuh.
“UPSS.. SOWRRY” kata Shada begitu enteng.
“Lo gak punya mata apa, huh? jalan pakai mata!”
Shada malah menarik satu sudut bibirnya dan mengangkat kakinya di hadapan sang gadis
“Sayangnya gue jalan pakai kaki tuh!”
“Lo berani-beraninya sama gue?” Sang gadis semakin naik pitam karena Shada merentangkan kakinya dan menggerak-gerakan itu dihadapan wajah sang gadis. Para panitia lain mendekat kearah ini karena kegaduhan cukup terdengar dari jeritan sang gadis.
“Lo gak sopan banget jadi junior!” Ia sudah mengangkat satu tangannya untuk memukul Shada.
Di detik yang sama Lengkara maju ke depan, membuat sang gadis lekas menurunkan tangannya kembali.
Berakhir dengan Shada yang menjulurkan lidahnya pada sang gadis.
Shada memang terlihat malang, tapi percayalah ia adalah gadis pemberani, bukan?