Follow ig 👉 @sifa.syafii
Fb 👉 Sifa Syafii
Seorang gadis berusia 18 tahun bernama Intan, dipaksa Bapaknya menikah dengan Ricko, laki-laki berusia 28 tahun, anak sahabatnya.
Awalnya Intan menolak karena ia masih sekolah dan belum tahu siapa calon suaminya, tapi ia tidak bisa menolak keinginan Bapaknya yang tidak bisa dibantah.
Begitu juga dengan Ricko. Awalnya ia menolak pernikahan itu karena ia sudah memiliki kekasih, dan ia juga tidak tahu siapa calon istrinya. Namun, ia tidak bisa menolak permintaan Papanya yang sudah sakit sangat parah.
Hinggga akhirnya Ricko dan Intan pun menikah. Penasaran dengan kisah mereka? Yuk langsung simak ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 7
"Oke, deal! Aku sangat setuju!" balas Intan dengan semangat empat puluh lima. Ia sangat senang. Akhirnya ia masih bisa bebas meskipun sudah menikah. Ia tidak menyangka kalau orang yang menikahinya adalah laki-laki yang baik.
"Oh iya, maaf aku lupa memberimu makan. Dua hari ini pembantuku libur. Ibunya sedang sakit. Mungkin mulai besok dia sudah kembali. Kamu mau makan apa? Akan aku pesankan online," ucap Ricko sambil mengeluarkan ponsel dari sakunya.
"Nggak usah, Mas. Aku sudah kenyang," balas Intan menolak seraya mengelus per*utnya yang memang terasa sudah kenyang.
"Apa kamu bisa memasak?" tanya Ricko ingin tahu.
"Ya … sedikit. Kadang aku membantu ibuku memasak," jawab Intan jujur.
"Bisa tolong masakkan sesuatu untukku? Aku lapar banget. Mau pesan online kelamaan kayaknya. Carilah bahannya di kulkas. Aku tunggu di sini," ucap Ricko meminta tolong pada Intan.
Intan pun segera menghabiskan sus*unya. Setelah itu berdiri dan pergi ke dapur lalu membuka kulkas mengambil telur, daun bawang, dan wortel. Setelah itu ia memakai celemek yang ada di gantungan pojokan. Ia mengambil wadah lalu mencuci wortel dan daun bawang. Kemudian ia mengiris semua bahan itu kecil – kecil lalu memecahkan telur dan mengocoknya bersama wortel dan irisan daun bawang tidak lupa menambahkan garam, merica bubuk, dan penyedap.
Ricko menyaksikan punggung Intan yang sedang memasak dengan cekatannya. Ia pun tersenyum. Ia tidak menyangka kalau gadis semuda Intan sudah bisa memasak selihai itu.
Saat Intan menggoreng masakannya, baunya tercium sangat harum membuat perut Ricko semakin lapar. Tidak berapa lama kemudian Intan menaruh sepiring omelet di meja makan tepatnya di depan Ricko lengkap dengan sendok, garpu, dan saos. Ricko pun segera menyantapnya.
"Auw sssshhhhhh hah hah hah," desis Ricko sambil mengipas mulutnya yang terbuka lebar.
"Kenapa, Mas?" tanya Intan panik.
"Panas," jawab Ricko.
"Hati-hati, Mas. Pelan-pelan makannya. Nih minum!" ucap Intan sambil menyerahkan segelas air putih. Ricko pun menerimanya lalu meminumnya.
"Kamu nggak makan?" tanya Ricko saat melihat Intan hanya menungguinya makan.
"Nggak, Mas. Aku sudah kenyang." tolak Intan.
"Ayo makan. Kamu ‘kan belum makan. Aaaa …," ucap Ricko sambil menusuk omelet dengan garpu lalu mengarahkan ke mulut Intan dan menyuruhnya membuka mulutnya. Intan pun terpaksa menerima suapan Ricko. Intan mengunyahnya dengan kepala menunduk. Wajahnya memerah. Ini pertama kalinya ia makan disuapi laki-laki.
"Masakanmu enak...," puji Ricko tiba - tiba.
"Makasih, Mas ...," balas Intan dengan tersenyum malu.
Setelah Ricko selesai makan, Intan mencuci piring dan membersihkan meja makan serta dapur. Sedangkan Ricko menonton televisi di ruang tengah. Selesai bersih-bersih Intan bermaksud kembali ke kamarnya. Namun, tiba - tiba listrik padam.
"MAS …! MAS RICKO ...! TOLONG INTAN!" teriak Intan hampir menangis.
"Ada apa?" tanya Ricko saat sudah di depan Intan menggunakan senter ponsel dan melihat Intan sedang berjongkok di samping tangga.
"Aku takut gelap, Mas," jawab Intan mulai menangis lalu memeluk Ricko.
"Ada aku. Jangan menangis lagi," balas Ricko lalu membalas pel*ukan Intan.
"Apa kamu mau ke kamar?" tanya Ricko. Intan menganggukkan kepalanya. Ricko pun mengantar Intan ke dalam kamarnya lalu memba*ringkannya di ranjang dan menyelimutinya.
"Jangan pergi. Aku takut, Mas. Ini pertama kalinya aku di sini," ucap Intan saat Ricko akan pergi dari kamarnya.
"Lalu?" tanya Ricko.
"Temani aku, Mas. Aku mohon. Aku benar-benar takut," ucap Intan memohon hampir menangis. Akhirnya Ricko pun menemani Intan.
"Jangan menangis. Aku akan menemanimu di sini," balas Ricko lalu berbaring di samping Intan. Intan pun memeluknya dan menyembunyikan kepalanya di da*da Ricko hingga ia tertidur.
'Rambutnya wangi banget.' batin Ricko sambil me*meluk Intan.
Ricko pun berusaha menenangkan dirinya sendiri yang baru pertama kali tidur sambil me*meluk seorang gadis. Ada sesuatu yang tidak beres. Tiba-tiba ju*niornya bereaksi. Ia pun berusaha menekan perasaan aneh itu hingga ia pun ikut tertidur juga.