"kita kenapa sih milih eksplor ke desa plosok?" tanya maya.
"aduh lo bego apa gimana sih, kita kan jual konten horor misteri. ya kita harus pergi ke desa desa yang plosok dan terbelakang lah. mikir bloon," maki saki.
"diem diem, jadi kita ber empat ini fix ya pergi ke desa pancuran di kaki gunung kawi. Ada yang keberatan gak?"
.....
"lo yakin itu manusia? kenapa bungkuk begitu? dagu sama lutut aja sejajar anjir!"
"jangan ngomong kasar disini, bego lu," maki sintia.
"sorry sorry gue lupa,"
.....
"woy woy saki kesurupan anjir pasti gara gara ngomong kasar dia!" teriak sintia.
"lah lo barusan?"
"omg!!!! gak gak gue gak sengaja," teriak sintia histeris.
....
"gue mau pulang, gue mau pergi dari sini," tangis maya sambil bersembunyi di balik pohon beringin.
selengkapnya>>>>
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mermaidku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 5
Pagi itu sintia dan maya tengah menjemur baju di samping rumah, saqi dan farel pun tak luput ikut menemani keduanya sambil menghisap rokok.
"untung deh cuacanya panas jadi baju kita bisa kering, dari kemarin kemarin ujan mulu,"
"may lo lagi deket sama mas arya?" tanya sintia.
Farel dan saqi yang mendengarnya pun ikut memperhatikan dan menunggu jawaban dari maya.
"kaga lah, orang cuma saling sapa aja kalau ketemu,"
"suka ya lo?" desak sintia.
"gak, gue cuma ramah aja... Mas arya ramah sama gue masa mau gue maki maki, aneh lo... Udah gak usah mikir aneh aneh lo. Nanti agenda kita apa?" tanya maya mengalihkan topik.
"ke balai desa, kita adain sesi wawancara. Kemarin gue udah ke pak kades, hari ini emang ada acara di balai desa jadi kita sekalian aja jadi pengisi acaranya," jelas farel.
"lo pada ngerasa gak sih kalau kita kayak lagi kkn? andai aja gue kuliah," ucap maya membayangkan, kuliah memang harapan maya namun ekonomi keluarganya membatasi dirinya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.
"iya, kita disini berasa di kejar tanggung jawab haha," timpal saqi.
"nanti kesana mau bawa apa? Masa gak bawa apa apa buat warga?" tanya Sintia.
"mbak maya," sapa dewi.
"eh mbak, sini kenalin ini temen temen aku," panggil maya.
"wahh... kenalin saya dewi, kayaknya kita masih seumuran deh," sapa dewi.
"iya kayaknya,"
"mbak, ini Sintia, yang ini saqi.... Kalau yang tinggi itu namanya farel," ucap maya memperkenalkan, hal itu pun di sambut baik oleh dewi.
Jika di bandingkan warga lain, dewi ini memang cenderung seperti orang kota. Berbeda dengan beberapa orang yang sempat di temui maya ataupun farel, orang desa cenderung takut dan menatap aneh ke arah mereka.
"dari mana mbak? Atau mau kemana?" tanya maya.
"habis dari rumah mas arya, jual panenan. Kalian nanti mau ikut ke balai desa?"
"ikut mbak, jam dua siang kan?" tanya sintia.
"iya,"
"mbak, warung disini ada gak yang stok barangnya banyak?" tanya farel mendekati dewi.
"ada mas... Agak jauh sih di bawah sana, ikut jalan turun ini aja nanti ada warung warna biru yang gede," jelas dewi.
"ohh, makasih mbak,"
Setelah mendapatkan informasi dari dewi, mereka berempat segera turun ke bawah untuk mencari warung yang di maksud. Mereka berencana membawa sedikit bingkisan untuk warga yang datang.
......................
"kamu cerita apa le sama maya?" tanya mbok indri.
"oh... Itu maya tanya hubungan antara kita itu saudara atau anak begitu. Jadi aku jawab kalau sampean iparku," jelas arya.
"bisma sekarang selalu gedor gedor pintu kalau habis magrib. Aku gak tenang karena ada anak anak itu, takut mereka keluar rumah atau lupa tutup pintu,"
"kenapa to mbok kok bisma gak boleh tinggal sama mbok? Aku yakin kok anak anak kota itu akan mengerti, pikiran mereka kan lebih terbuka dan luas mbok,"
"kamu memangnya gak melihat betapa jijik dan bencinya orang orang kampung? Aku cuma mau di temani anak anak itu, aku gak sanggup ngurus adikmu," tolak mbok indri.
"tapi mbok, bisma itu juga manusia, walaupun dia cacat tapi dia juga punya perasaan. Kalau tinggal di kandang dia pasti juga takut dan kedinginan,"
"itu salahnya sendiri kan le? Kenapa jadi tanggung jawabku? Dia yang melanggar larangan tetua kampung, aku sudah berbaik hati menikahinya agar dia bisa sembuh,"
"iya mbok... Tapi apa gak bisa mbok sediakan kamar untuk bisma?"
"enggak, wes pokoknya gak bisa. Mbok mau pulang dulu," pamit mbok indri.
"nanti aku akan ikut tinggal disana mbok, bantu rawat bisma,"
"bicarakan sama orang tua mu dan pak kades," ucap mbok indri lirih, dengan segera ia melangkahkan kaki tuanya untuk pulang.
......................
Selesai membagikan bingkisan, beberapa warga yang bersedia menjadi narasumber berkumpul di luar balai desa. Saqi dengan sigap mengarahkan kameranya untuk mengambil video, sedangkan sintia mulai menanyakan hal hal yang sekiranya berhubungan dengan hal hal mistis.
Farel dan maya pun hanya diam di belakang kamera untuk mengawasi jalannya cerita dan sesekali memberikan pertanyaan tambahan.
"baik disini ada mbak dewi bersama saya, siap mbak?" tanya sintia.
"siap mbak,"
"baik, jadi banyak selentingan kabar dari beberapa orang jika orang luar yang masuk ke desa ini harus menikah lebih dahulu dengan orang sini agar bisa keluar bebas, apa itu benar mbak dewi?"
"kalau kata tetua kampung itu benar, tapi aku sendiri gak berani bilang itu salah juga karena aku sendiri belum pernah lihat sendiri. Tapi ada satu pemuda yang kena kutukan," jelas dewi.
"kutukan seperti apa ya mbak? Dan apa yang membuat pemuda itu terkena kutukan?"
"iya kata tetua remaja yang belum menikah atau belum genap 21 tahun gak boleh keluar dari batas desa atau batas hutan desa. Nah karena si bisma ini susah di bilangin dan sering nentang aturan akhirnya dia kena kutukan jadi buruk rupa dan cacat,"
"kalau boleh tau apa yang di lakukan bisma ya mbak sampai bisa kena kutukan?" tanya sintia penasaran.
"dia itu sering main di hutan, nah gak tau gimana dia itu keluar dari batas hutan. Waktu pulang kerumah cuma ngeluh kalau badannya capek dan panas, katanya punggungnya sakit dan jalannya mulai bungkuk. Lama kelamaan wajahnya rusak, jalannya juga tertatih tatih. Pokoknya jadi buruk rupa deh, siapapun yang lihat pasti jijik dan takut,"
"apa sekarang masih hidup mbak bismanya?"
"masih, orang yang kena kutukan itu gak akan bisa mati sebelum dirinya sembuh. Walaupun mencoba bunuh diri juga gak akan meninggal,"
Arya yang tak senang mendengarnya langsung menghampiri dewi dan menyertnya, "jangan ngomong sembarang ayo pulang!"
"ih kenapa sih mas, semua orang juga tau mas gak usah di tutup tutupi," pekik dewi sambil berontak.
Karena kondisi makin keos, saqi dengan segera mematikan kameranya. Ia memilih mundur karena merasa tak ada hak untuk melihat atau ikut campur.
"gimana rel? Aduh kok malah jadi gini sih," ucap maya khawatir.
Beberapa warga pun ikut menyoraki arya yang tiba tiba marah karena dewi membicarakan adiknya, cemoohan dari orang orang mulai terdengar mengusik pendengar maya, sintia, saqi dan farel. Mereka merasa bersalah karena menanyakan hal yang tidak semestinya.
"mas arya mas arya udah udah, kalau mas arya gak berkenan kami gak akan tayangkan video ini kok mas... Sabar mas," lerai maya, ia menarik tangan arya agar jauh dari dewi dan beberapa warga.
"maaf ya mas," ucap maya takut.
"itu aib keluargaku, kenapa juga kalian ini mau tau urusan orang lain!" bentak arya membuat nyali maya ciut.
"maaf mas,"
"ah sudahlah!" arya pergi meninggalkan maya dengan rasa marah, ia paling tak suka jika ada orang yang membicarakan adiknya. Ia merasa marah dan malu, tak sepatutnya adiknya jadi bahan gunjingan orang orang.