Sarah harus menelan pil pahit, suami yang dicintainya malah menggugat cerai. Namun, setelah resmi bercerai Sarah malah dinyatakan hamil.
Kenyataan pahit kembali, saat ia akan mengatakan bahwa dirinya hamil, ia malah melihat mantan suaminya bersama teman wanitanya yang terlihat lebih bahagia. Sampai pada akhirnya, ia mengurngkan niatnya.
Sarah pergi dari kehidupan mantan suaminya. Akankah mantan suaminya itu tahu bahwa dirinya hamil dan telah melahirkan seorang anak?
Ini hanya sekedar hiburan ya, jadi jangan berkomentar tak mengenakan, jika tidak suka skip saja. Hidup itu harus selalu dibawa santai😊😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon febyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Keadaan di ruang itu memdadak sunyi, seperti tidak ada kehidupan. Sarah berjalan di hadapan Farhan, berniat mengambil tas karena ia rasa sudah tidak ada kepentingan lagi di sana. Wanita itu kini pintar menyembunyikan perasaannya. Saat Sarah tepat di hadapannya, Farhan menarik tangan wanita itu hingga Sarah terjerembab di pelukkan Farhan.
Awalnya Sarah tak berontak, tapi detik berikutnya ia tersadar bahwa apa yang dilakukan mereka itu salah. Lelaki yang tengah memeluknya itu adalah seorang calon pengantin, yang di mana itu artinya sebentar lagi akan menjadi milik orang lain.
"Lepaskan!" ujar Sarah sambil menarik kedua tangan lelaki itu dari tubuhnya.
"Aku bisa jelaskan," kata Farhan. "Ini tidak seperti yang ada di pikiranmu," sambungnya lagi, berharap wanita itu tidak pergi karena ia melihat Sarah mengambil tas setelah pelukkan itu terlepas.
Sarah menatap wajah mantan suaminya dengan getir.
"Kamu harus dengarkan aku dulu," ujar Farhan, pria itu kembali mendekat dan meraih tangan mantan istrinya.
Tapi sayang, Sarah menepis tangan lelaki itu.
"Apa yang kamu lakukan, Mas. Tidak seharusnya kamu seperti ini padaku, kamu juga tidak usah menjelaskan apa-apa padaku. Tidak ada hubungan apa-apa di antara kita, apa yang harus dijelaskan?"
"Tapi kamu perlu tau, kedatanganku ke sini bukan untuk fiting baju, tapi untuk mengakhiri hubunganku dengannya."
Sarah melongo, tak percaya dengan apa yang diucapkan laki-laki itu. Apa lelaki itu sudah gila? Pikirnya.
"Aku ingin kembali padamu, Sarah. Tapi aku minta waktu untuk menyelesaikan urusanku dengannya terlebih dulu," jelas Farhan.
"Gila! Kamu benar-benar gila, Mas. Aku pikir setelah kita bercerai sikapmu akan jauh lebih baik, aku tak menyangka kamu tak memiliki hati seperti ini." Sarah dapat memastikan betapa cintanya calon pengantin wanita tadi, ekspresinya begitu ceria. Seakan tidak sabar menunggu hari bahagia itu tiba.
Sarah tak ingin mendengar penjelasan yang ia kira sangat konyol itu, meski hatinya sakit saat tahu siapa calon pengantin pria yang dibanggakan wanita tadi. Tapi inilah kenyataannya, baru kemarin mantan suaminya itu membuatnya tersenyum, melihat kebahagiaan Putra saat bersamanya, tapi sekarang entah seperti apa perasaannya.
Farhan hendak menarik kembali tangan Sarah. Namun, salah satu karyawan ada yang masuk ke dalam ruangan itu sehingga Farhan mengurungkan niatnya. Apa lagi karyawan itu tahu siapa dirinya, calon pengantin yang tengah merancang baju untuk pernikahannya di sana.
Disaat ada kesempatan, Sarah akhirnya bisa meloloskan diri. Wanita itu segera keluar. Wita yang berada di sana pun tak dihiraukan olehnya, melewati sahabatnya itu tanpa pamit. Sarah menghampiri tukang ojek online yang terparkir di depan butik. Tukang ojek yang tengah menunggu penumpangnya. Sarah langsung naik ojek itu.
"Jalan, Pak," kata Sarah.
Tukang ojek itu melajukan motornya karena dikira itu adalah penumpang yang memesannya.
Farhan mengejar, tapi sayang, Sarah sudah menghilang. Pria itu tak tinggal diam, ia menyusul Sarah karena ia yakin wanita itu pasti pulang ke Bandung. Dengan perasaan tidak tenang, Farhan berusaha mengendalikan kemudi. Beberapa kendaraan di depannya ia salip satu persatu. Ia harus meluruskan kesalahpahaman itu, ia tak ingin kembali kehilangan Sarah karena masalah ini.
"Ayolah, Sarah. Ku mohon mengerti," racau lelaki itu sambil menyetir.
Tin-tiiiinnnnn .....
Farhan membunyikan klakson saat keadaan di jalan itu macet. Mungkin karena hari Minggu membuat jalanan macet tepat di depan pusat perbelanjaan. Farhan kesal dan memukul stir kemudi. Tapi beberapa menit kemudian, jalanan mulai lancar. Ia langsung menancap gas, masuk ke arah jalan tol mengambil jalur arah Bandung. Hari ini permasalahannya dengan Sarah harus selesai, ia tak ingin wanita itu beranggapan bahwa ia tak lagi mencintainya.
Akhirnya, setelah melewati jalan tol, Farhan mulai mengurangi kecepatan. Karena ia yakin, ia pasti lebih dulu sampai ketibang Sarah.
Farhan pun akhirnya sampai setelah menghabiskan waktu kurang lebih sekitar 2 jam.
"Papa ...," teriak seorang anak kecil saat lelaki itu memarkirkan mobilnya di depan rumah bi Ami. "Asik Papa sudah pulang." Putra begitu senang sampai jingkrak-jingkrak.
Tak lama, bi Ami pun datang.
"Pak," sapa wanita tua itu. "Masuk, Pak," ajaknya kemudian. Cuaca berubah mulai meredup, sepertinya akan turun hujan deras. Angin sudah menerpa dan udara mulai dingin.
Farhan pun akhirnya masuk sambil menggendong anaknya. Setalah di dalam, Putra memberitahukan bahwa sang mama tidak ada, pergi ke Jakarta menemui sahabatnya.
Farhan diam hanya mendengarkan ucapan bocah itu, pikirannya malah berkelana entah kemana. Sesekali hanya mencium kepala anak itu dengan dalam. Ini kesempatannya untuk kembali, demi anaknya. Bukan hanya itu, kenyataan yang ternyata tidak bisa hidup tanpa mantan istrinya.
Lama Farhan berada di situ, sampai hujan pun dengan derasnya. Disertai petir yang begitu menggelegar. Bocah berusia lima tahun itu bahkan mencari kehangatan dari tubuh sang papa. Berlindung dari rasa takut akibat suara petir.
"Papa aku takut," lirih anak itu.
"Jangan takut, ada Papa di sini." Farhan memeluk anak itu yang kini duduk dipahanya. Mengelus punggung anaknya sampai Putra merasa nyaman dan mulai tertidur.
Hari sudah sore, Sarah juga masih belum pulang. Hujan pun sudah reda. Bi Ami menemui Farhan yang ketiduran di kursi bersama anaknya.
"Pak," panggil bi Ami.
Lelaki yang tertidur itu pun akhirnya terbangun, dan mendengar suara adzan berkumandang.
"Sudah maghrib," kata bi Ami lagi.
Pria itu pun akhirnya merebahkan Putra yang masih tertidur di kursi.
"Aku keluar dulu, Bi," pamit Farhan. Pria itu pergi ke mesjid yang berada tak jauh dari rumah bi Ami, sambil menunggu kepulangan mantan istrinya. Setelah menunaikan shalat berjamaah, ia pun kembali ke rumah bi Ami.
"Sarah belum pulang, Bi?" tanya Farhan.
"Belum, Pak," jawab bi Ami.
Sudah beberapa kali Farhan menghubungi. Namun, tak ada jawaban, bahkan sekarang ponsel milik Sarah tidak bisa dihubungi. Farhan menghela napas, ia bingung harus seperti apa untuk meyakinkan Sarah bahwa yang diinginkannya sekarang adalah rujuk bersamanya.
Tapi kenyataannya, Sarah malah lebih dulu soal dirinya dengan dokter Celine. Ia sadar bahwa apa yang dilakukannya itu pasti menyakiti wanita itu jika ia memutuskan dan membatalkan pernikahannya.
"Sarah, kamu di mana? Kenapa masih belum pulang?" Farhan sangat khawatir. Meski mantan istrinya tidak mengatakan apa-apa tentang perasaannya tapi ia sangat yakin, masih ada cinta dari wanita itu untuknya. Ia ingin kembali hidup bersama demi buah cinta mereka.
"Papa ..." Putra pun akhirnya terbangun.
Farhan langsung merangkulnya.
"Mama belum pulang ya?" tanya anak itu.
Farhan menggelengkan kepala karena ia pun tengah menunggu kepulangan wanita itu.
aku nie mula bersuami pun xpandai, suami yg ajarkan🤭🤣🤣