Sebuah tragedi malam kelam harus dialami oleh Claudya Mariabela, Gadis berusia 19 tahun itu harus menanggung beban berat karena mengandung benih dari seorang William Aldenandra.
Claudya adalah gadis muda yang masih duduk di bangku kuliah, sayangnya dia dijebak oleh sahabatnya sendiri. Claudya dijual oleh sahabatnya itu kepada seorang Pria hidung belang.
Malangnya nasib Claudya karena harus putus sekolah dan membesarkan anaknya seorang diri tanpa tahu kebenaran siapa Ayah dari anaknya yang dia kandung, Claudya sudah mati-matian mencari pria hidung belang yang tidur dengannya malam itu.
Banyaknya cacian dan makian yang Claudya dapatkan, tapi itu tak membuatnya menyerah untuk menghidupi anaknya. Hingga sebuah ketika dia di pertemukan dengan William yang ternyata sudah mempunyai seorang Istri.
Bagaimana kisah Claudya selanjutnya?
Yuk cari jawabannya di cerita ini ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon leni nurleni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24
"Kenapa kamu menangis?" tanya Rian.
Rian langsung mengerti apa yang saat ini sedang Claudya rasakan, tanpa lama-lama Rian langsung memeluk Claudya guna memenangkan Claudya dari sedihnya itu. Tapi bukannya berhenti, Claudya malah semakin larut dalam tangisannya, Claudya bagaikan telah menemukan seseorang yang bisa mengerti dirinya.
Claudya menumpahkan semua amarahnya pada Rian, walaupun mereka bukan siapa-siapa tapi mereka merasa ada sebuah ikatan yang mereka miliki hingga jika berdekatan mereka merasa seperti menemukan keluarganya.
Tangan Rian mengusap lembut pucuk kepala Claudya.
"Ada apa? Cerita padaku, Clau?" tanya Rian yang mulai iba pada Claudya.
"Kak, ternyata selama ini ...," ucap Claudya terjeda.
"Ada apa?" tanya Rian.
Rian membawa Claudya ke kursi yang ada di ruang tamu, Rian akan mendengar semua yang Claudya katakan walaupun dirinya tidak yakin akan punya solusi atau tidak nantinya.
"Katakan Clau, semoga saja aku punya solusi untuk masalah kamu ini," bujuk Claudya.
Isak tangis masih terdengar dari bibir Claudya, seseorang pasti akan langsung paham kalau saat ini Claudya sedang menanggung beban yang sangat besar.
Rian tau tentang Mamanya yang saat itu bertemu di cafe, Rian tau interaksi antara ibu dan anak itu tidak baik. Dari sana Rian paham kalau Claudya memang sengaja dibuang oleh keluarganya.
"Ayah Agnia ternyata adalah tuan William!" ucap Claudya yang dibarengi dengan Isak tangis yang semakin menjadi-jadi.
Rian terkejut, keningnya berkerut mendapati kenyataan yang pastinya sangat pahit bagi Claudya.
"Dari mana kamu tau? Apa kamu punya buktinya?" tanya Rian yang sebenarnya tidak percaya.
"Benar kak, aku melihat foto aku dan tuan William di bar." Claudya mengusap air matanya berulang kali karena Claudya terus menerus mengeluarkan air matanya.
"Bren gsek! Aku akan datangi dia dan buat perhitungan padanya!" geram Rian yang tidak terima kalau Adiknya disakiti oleh orang lain.
Claudya tidak mengatakan apa pun, rasanya lelah sekali bagi Claudya untuk menghadapi semua itu, tapi Claudya juga tidak bisa berlarut-larut dalam kesedihannya karena dia punya Agnia satu-satunya penyemangat dalam kehidupan Claudya.
**
Bela menatap pada suaminya yang saat ini hanya menunduk karena merasa diintrogasi oleh Bela.
"Mas, kita hanya berdua di sini. Katakan saja apa yang sudah kamu lakukan pada Bu Rini?" tanya Bela yang sudah bosan bertanya pada Ferdi.
Sejak tadi Bela bertanya tentang Bu Rini yang tiba-tiba saja pingsan dan kepalanya mengeluarkan darah, Bela hanya ingin tau Kenapa Bu Rini karena kalau anak-anak Bu Rini melaporkan pada polisi bisa saja ini menjadi kasus percobaan pembunuhan. Bela sejak tadi tidak melihat Rima, Bela berpikir kalau Rima sudah tertidur jadi tidak akan tau masalah Bu Rini yang pingsan.
"Ma, tadi papa sedang minum di dapur tanpa Papa sangka Bu Rini datang ke dapur dan terjatuh hingga kepalanya berdarah karena menghantam lantai." Ferdi beralibi berharap istrinya akan percaya padanya.
Bela tentunya percaya pada ucapan Ferdi karena saat dia melihat tadi hanya ada Ferdi saja disana yang sedang menatap terkejut pada Bu Rini, Bela menganggukan kepalanya.
"Baiklah, kalau begitu aku akan bilang pada keluarga Bu Rini kalau dia terjatuh," ujar Bela.
"Ya begitu saja," sahut Ferdi.
Ferdi berdiri dari duduknya.
"Aku akan pulang karena besok aku harus bekerja lagi, kamu tunggulah disini jangan pergi kasihan Bu Rini." Ferdi langsung pergi dari sana tanpa menghiraukan Bela yang tengah protes.
Ferdi saat ini akan pulang dan menghabiskan waktunya bersama dengan Rima, tanpa rasa bersalah Ferdi pergi padahal saat ini Bela merasa kalau suaminya itu terlihat berubah.
Bela merasakan ada hal aneh pada Ferdi, apa lagi Ferdi sekarang lebih suka dirumah dan Ferdi juga sangat perhatian pada Rima berbeda pada Claudya dahulu.
"Apa kesalahan masa lalu akan terulang lagi sekarang?" gumam Bela.
Pagi ini, Claudya enggan untuk beranjak dari tempat tidurnya. Claudya sudah berpikir matang kalau dia akan keluar dari perusahaan Zidan walaupun Claudya belum tau dia akan bekerja dimana nantinya, tapi kalau Claudya tetap disana maka William akan semakin memaksa Claudya agar mengenalkan dirinya pada Agnia.
"Mama, gak akan kerja?" tanya Agnia yang langsung memeluk Mamanya itu.
Claudya menggelengkan kepalanya.
"Ngak, Mama mau istirahat dulu. Kan Agnia mau main sama Mama jadi Mama gak akan kerja," ujar Claudya.
"Mama, aku mau beli mainan. Kita jalan-jalan?" tanya Agnia yang langsung dibalas anggukan kepala oleh Claudya.
"Oke, tapi nanti ya," ucap Claudya tersenyum sambil memeluk putrinya erat.
Saat ini diluar rumah Claudya terlihat ada Zidan yang baru saja datang, ternyata di depan rumah Claudya sudah ada Rian yang tengah menunggu Zidan datang.
Tanpa berlama-lama Rian langsung menarik Zidan untuk masuk kedalam mobil Zidan.
"Ada apa, Rian?" tanya Zidan.
"Masuklah ke mobilmu, aku akan jelaskan di dalam." Rian menutup pintu mobil dengan kencang.
Rian menatap pada Rumah Claudya yang terlihat sepi, padahal kalau Zidan datang selalu saja Agnia akan langsung berlari memeluk Zidan.
"Kau tau William?" tanya Rian yang langsung membuat Zidan mengernyitkan keningnya.
"Kau mau bekerja padanya?" tanya Zidan yang langsung di tatap tajam oleh Rian.
Selama ini mereka memang tidak pernah akur ada saja masalah yang muncul jika mereka bersama.
"Dengarkan aku dulu, jangan banyak tanya dan jangan potong ucapan ku!" perintah Rian.
Zidan menganggukan kepalanya.
"Baiklah, ada apa?" tanya Zidan yang sudah makin penasaran pada ucapan Rian.
"Kamu tau ...,"
"Apa?" tanya Zidan semakin penasaran
Ucapan Rian menggantung karena Claudya keluar dari rumahnya, Rian yakin kalau Claudya menyadari kalau Zidan datang ke sana.
"Turunlah! Claudya memanggil kita." Rian membuka pintu mobil tanpa melanjutkan ucapannya, karena semalam Claudya melarang Rian untuk melabrak William.
Dan sekarang Claudya yakin kalau Rian pasti akan mendiskusikan masalah ini pada Zidan. Zidan langsung mendekat pada Claudya, tangan Zidan menarik Claudya agar masuk kedalam rumahnya.
"Clau, kau tau? Tuan William menemukan wanita yang dia cari, tapi sayangnya ada seseorang yang memposting di berita khusus pengusaha kalau tuan William ada main dengan seorang wanita, aku yakin setelah ini tuan William pasti akan jadi buah bibir para pengusaha kaya." Zidan bicara tanpa melihat kondisi Claudya sebelumnya.
Claudya hanya diam sambil pergi dari sana meninggalkan Zidan dan Rian yang saat ini hanya berdiri di depan pintu.
"Ada apa dengan Claudya?" gumam Zidan.
Rian mendekat langsung menoyor kening Zidan.
"Kau gila! Claudya sedang sedih dan kau malah mau menggosip!" gerutu Rian.
"Ada apa? Aku tidak paham," sahut Zidan merasa heran pada Rian dan Claudya.
"Kau tau? Claudya hamil karena William!" bentak Rian.
"Hah? Benarkah?" tanya Zidan yang langsung bangkit dari duduknya.