Tiba-tiba beralih ke tubuh seorang gadis tentu saja membuat Almira kaget. Yang Almira ingat adalah saat dirinya berperang dengan musuh Kakaknya dan dirinya tertembak beberapa kali, tentu saja tak mungkin hidup Almira pasti sudah mati.
Tapi kenyataannya Almira masih hidup, tapi bukan dalam tubuhnya. Wajahnya pun sangat berbeda ini sangat muda sedangkan Almira sudah 28 tahun.
Siapakah sebenarnya pemilik tubuh ini ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ririn dewi88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Vania berakhir
"Laura tolong ikut Ibu dulu"
Laura menganggukkan kepalanya dan mengikuti Guru yang memanggilnya. Entah ada masalah apa tiba-tiba dipanggil seperti ini.
"Bu boleh izin ke kamar mandi dulu"
"Baik Laura, tapi hanya sebentar ya. Nanti langsung keruangan Ibu "
"Baik Bu"
Dengan tergesa-gesa Laura langsung masuk kedalam kamar mandi sudah kebelet dari tadi. Setelah selesai sedikit membenarkan seragamnya lalu keluar, tapi langkahnya sudah dihadang oleh Vania.
Sudah lama dia tak muncul dan sekarang baru muncul dihadapannya. Sungguh mencurigakan sekali.
"Awas"
"Kita perlu bicara"
"Tak ada yang perlu di bicarakan, awas" rasanya sudah muak Laura menghadapi orang-orang seperti Vania.
"Ayo ikut"
Vania menarik tangan Laura dan membawanya ke gudang sekolah, yang penuh dengan barang-barang bekas.
Tiba-tiba saja Vania mengeluarkan sebuah belati dan langsung menyerang Laura. Tak ada ampun sama sekali yang diberikan oleh Vania untuk Laura. Berkali-kali Vania menghujamkan belatinya, tapi Laura selalu bisa menghindar dan menangkisnya.
Vania yang kesal mengambil sebuah kayu berukuran cukup panjang dan mengarahkannya lagi pada Laura. Laura yang sudah muak menarik kayu itu. Sekarang sudah ada ditangannya.
Buk buk buk, Laura menghantamkan kayu itu ke kepala Vania. Dia belum siap untuk menghindar dan akhirnya hanya bisa pasrah. Kepalanya sakit dan pusing darah segar sudah bercucuran.
Laura menggusur kayu itu dan mengelilingi Vania menatapnya dengan tajam dan tanpa ampun sedikitpun. Mengambil kursi disampingnya dan menghantamkannya ke punggung Vania. Brak kursi hancur berserakan, Vania tumbang dan muntah darah.
"Ampun Laura, ampun aku masih ingin hidup" Vania terbata-bata mengucapkannya, tubuhnya sudah remuk dan tak kuat.
"Seharusnya sebelum menantang ku pikir-pikir dulu dan menurutku kamu juga tidak pantas untuk hidup. Terlalu menjadi beban hidup mu ini "
Laura menendang tubuh Vania sampai terlentang, menginjak dadanya beberapa kali. Lalu untuk final Laura mengambil belati dan menyayat seluruh wajah Vania, menghancurkannya sampai tak di kenali.
Laura tersenyum melihat maha karyanya yang sudah lama tak dia lakukan. Rasanya bahagia sekali melakukan ini. Untuk menghilangkan jejak Laura membersihkan setiap barang yang dipegangnya.
Semuanya belum berakhir masih banyak orang-orang yang harus di habisi. Orang-orang yang membully nya tak boleh hidup tenang. Itu tak pantas untuk mereka. Yang ada malah akan ada korban lagi saja nantinya.
"Selamat menunggu ajalmu. Aku pastikan tak akan ada yang menemukan mu sebelum kamu mati"
Laura pergi dari sana, menutup pintu dengan rapat. Vania yang memang belum mati mencoba untuk merangkak mengesampingkan setiap kesakitan yang dideritanya ini. Tapi tubuhnya ambruk tak bisa digerakkan lagi.
"Sakit tolong siapa saja, ini sangat sakit " gumam Vania.
...----------------...
"Masuk Laura"
Saat duduk Laura menatap Anya yang sedang menunduk tak mau menatapnya sama sekali.
"Sebenarnya ada apa ya Bu" tanya Laura yang sudah sangat penasaran.
"Apakah kamu yang merencanakan semua pembullyan untuk Anya "
"Aku " Laura menunjuk dirinya sendiri " Mana mungkin aku tega melakukan itu pada Anya Bu. Dia saudaraku tak mungkin aku seperti itu. Bahkan tadi aku yang memberi pakaian ganti untuknya. Kalau memang aku yang melakukannya aku tak akan sepeduli itu pada Anya Bu"
"Engga Bu, Laura bohong. Dia ga pernah peduli sama keluarganya Bu apa lagi aku. Kita ini saudara tiri Bu jadi Laura sangat membenci ku" sela Anya yang tak mau kalah.
"Anya tapi seragam yang kamu pakai itu punya Laura. Lihat ada nama Laura di sana " ucap Ibu Sania.
Anya yang kaget segera menatap seragamnya ternyata benar ada nama Laura. Kenapa Anya bodoh tak melihat dahulu. Bisa gagal rencananya ini.
Bu Sania menghela nafas dan menyandarkan tubuhnya "Jika kalian berdua sedang bertengkar di rumah sebaiknya selesaikan berdua ya. Lihat jelas-jelas Laura memang menolong kamu Anya. Jangan sampai hubungan keluarga kalian berantakan nanti karena masalah ini "
"Bu dengarkan aku dulu, Laura itu pintar bersandiwara dia itu tak sebaik yang Ibu lihat. Semua ini Laura yang melakukannya Bu. Dia yang merencanakan semua ini. Ibu harus adil " Anya benar-benar tak mau kalah.
"Sudah Anya, pekerjaan Ibu sangat banyak lebih baik sekarang kalian masuk kelas dan selesaikan masalah keluarga kalian secara baik-baik. Silahkan keluar"
"Baik Bu" dengan senang hati Laura segera keluar tak mau lama-lama juga.
Anya juga melakukan hal yang sama, Anya berlari dan menarik tangan Laura " Urusan kita belum selesai ya. Lihat saja nanti saat dirumah kamu akan habis. Aku tak akan membiarkan kamu tenang Laura"
"Rumah, memangnya kamu punya rumah bukannya sudah di usir ya"
Anya menghentakkan kakinya dan berlari pergi meninggalkan Laura. Rasanya tak ada gunanya bertengkar dengan Laura kalau tak ada Mamanya. Nanti saja dirumah agar ada yang membelanya juga.
...----------------...
"Eh ada yang lihat Vania ga, dari tadi dia ga ada " tanya Lala pada teman-temannya saat di kantin.
"Kan biasannya juga sama kamu" ucap salah satu temannya.
"Ga, dia tadi izin keluar kelas tapi sampai sekarang ga ada. Khawatir banget aku takut terjadi apa-apa sama dia"
Lala kembali berkeliling mencari temannya, takut terjadi apa-apa dengan Vania. Dia tak berbicara ingin kemana tadi. Lala sama sekali tak diberi tahu oleh Vania. Tak seperti biasana Vania seperti ini.
Lala takut nanti disalahkan oleh orang tua Vania. Pasti masalahnya akan sangat panjang sekali seperti sebelum-sebelumnya.
"Laura kenapa kamu diam saja, ayo dimakan nanti keburu dingin " tegur Rayan.
"Ah iya "
"Kamu lagi banyak fikiran ya" tanya Rayan dengan khawatir.
"Siapa yang pertama kali membully ku Rayan"
"Memangnya kamu ga inget ya tentang itu"
"Aku ga tahu "
"Aku takutnya kamu nanti malah sakit hati dengernya"
"Bilang sama aku. Aku pengen tahu semuanya "
Memang selama ini Laura tak tahu siapa yang pertama membully nya. Semua terjadi secara tiba-tiba datang datang ke sekolah semuanya tiba-tiba membully nya tanpa sebab.
"Baiklah akan aku ceritakan semuanya, kamu harus siap ya "
Laura menganggukkan kepalanya tak sabar ingin mendengar semua cerita dari Rayan. Jadi tahu siapa yang harus pertama kali dibalas oleh Laura.
"Semua ini berawal dari grup sekolah dan ada seorang provokator. Dia menjelek-jelekan kamu di sana dan orang itu Alma"
Laura memelototkan matanya. Alma berarti selama ini firasatnya benar kalau Alma memang bukan benar-benar teman yang tulus.
"Yakin"
"Iya, dia mengadu domba kamu dengan teman-teman dan pada akhirnya seperti apa yang kamu tahu. Akan aku ceritakan karena untuk bukti sudah tak ada. Pesan itu sudah semuanya ditarik"
Laura menganggukkan kepalanya jantungnya sudah berdegup kencang.
Semoga aja cerita ini g seperti itu yg beda dong thor yg jahat y dihempaskan