Tak perlu menjelaskan pada siapapun tentang dirimu. Karena yang menyukaimu tak butuh itu, dan yang membencimu tak akan mempercayainya.
Dalam hidup aku sudah merasakan begitu banyak kepedihan dan kecewa, namun berharap pada manusia adalah kekecewaan terbesar dan menyakitkan di hidup ini.
Persekongkolan antara mantan suami dan sahabatku, telah menghancurkan hidupku sehancur hancurnya. Batin dan mentalku terbunuh secara berlahan.
Tuhan... salahkah jika aku mendendam?
Yuk, ikuti kisah cerita seorang wanita terdzalimi dengan judul Dendam Terpendam Seorang Istri. Jangan lupa tinggalkan jejak untuk author ya, kasih like, love, vote dan komentarnya.
Semoga kita semua senantiasa diberikan kemudahan dalam setiap ujian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hawa zaza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DTSI 28
"Mbak." Supri datang dengan wajah paniknya, nafasnya tersengal karena dia terus berlari di sepanjang lorong rumah sakit. Rasa takut juga cemas yang mendalam begitu membuatnya kalut. Supri begitu mengkhawatirkan keadaan istri tercintanya, wanita baik yang dia nikahi setahun terakhir ini.
"Rina masih di dalam, kita doakan yang terbaik untuknya. Kamu yang sabar dan semoga Rina juga calon bayinya baik baik saja." Ningsih menatap adik iparnya dengan wajah sendu. Bagaimanapun Rina adalah saudara satu satunya yang kini masih dimiliki.
Tak berselang lama, dokter yang tadi menangani Rina keluar dari ruangan dengan senyum tipis menatap wajah cemas dari Ningsih dan Supri.
"Dengan keluarga Bu Rina?" Sapa dokter Ambar ramah.
"Iya, dok. Saya kakaknya, dan ini suaminya. Bagaimana keadaan adik saya, dok?" Sahut Ningsih cepat dan segera mendekat ke arah dokter muda yang memiliki wajah teduh itu.
"Pasien harus dioperasi segera, karena kondisinya sudah sangat lemah. Namun akan ada resiko dari operasi tersebut, salah satu, akan ada yang tidak terselamatkan. Namun kita akan tetap berusaha semaksimal mungkin agar ibu dan anak sama sama bisa terselamatkan." Balas dokter Ambar dengan suara tegas. Supri langsung terkulai lemas setelah mendengar penjelasan dari dokter.
"Selamatkan istri saya, dok. Untuk anak, insyaallah suatu saat nanti kita akan kembali diberikan amanah kembali, Bismillah." Supri menanggapi ucapan dokter Ambar dengan suara parau, pilihan yang sulit dan menyakitkan. Namun, itulah takdir yang harus dilalui.
"Bismillah, pak. Semoga keduanya selamat. Silahkan tanda tangani surat persetujuan tindakan operasi dan urus administrasinya. Saya permisi dulu, satu jam lagi, insyaallah Bu Rina akan menjalani operasinya." Balas dokter Ambar ramah, lalu kembali meneruskan langkah menuju ruangannya kembali.
"Mbak, aku akan urus administrasinya dulu. Titip Rina." Sambung Supri dengan wajah yang sudah memerah. Dadanya tetiba sesak, tak menyangka keluhan sang istri akhir akhir ini membuat keadaannya separah saat ini.
"Iya, kalau butuh bantuan kamu jangan sungkan sungkan. Insyaallah, mbak masih ada tabungan." Sahut Ningsih yang juga merasakan kepedihan sama dengan adik iparnya.
"Iya, mbak. Terimakasih." Setelah menjawab ucapan Ningsih, Supri melanjutkan langkahnya untuk mengurus administrasi. Dan Alhamdulillah, ternyata kartu sakti dari pemerintah membuatnya merasa lega. Karena semua pembiayaan di gratiskan dan hanya diminta untuk mengumpulkan persyaratan berupa foto kopi KTP, KK, dan surat surat penting lainnya. Supri tak berhenti untuk terus mengucapkan rasa syukur di dalam hatinya.
"Gimana, Pri?" Sambut Ningsih saat melihat kedatangan adik iparnya.
"Alhamdulillah mbk, biayanya gratis karena punya kartu sehat dari pemerintah." Sahut Supri dan dijawab anggukan kepala oleh Ningsih. Ikut merasa lega karena uangnya bisa digunakan untuk hal yang lain.
"Mbak Ningsih kalau capek istirahat saja dulu, biar aku yang jaga disini." Sahut Supri yang merasa gak enak dengan kakak iparnya. Karena Supri tau bagaimana sibuknya Ningsih. Selain bekerja, Ningsih juga harus ngurus ibunya yang sakit.
"Ibuk sudah ada Salwa. Kalau ada apa apa pasti Salwa akan menelpon. Aku ingin nunggu perkembangan Rina." Sahut Ningsih lirih, matanya menatap jauh pada lorong panjang yang ada di depannya.
Hening, hampir dua jam, Ningsih dan Supri sibuk dengan pikiran masing-masing. Mereka tengah fokus berdoa untuk keselamatan Rina dan bayinya yang masih berjuang antara hidup dan mati di dalam ruang operasi. Hingga pintu ruangan terbuka dan sosok dokter Ambar muncul bersama dengan salah satu suster.
"Dok, bagaimana keadaan istri saya?" Sambut Supri dengan wajah cemasnya.
"Alhamdulillah, operasinya berhasil. Ibu dan anaknya selamat, namun bayinya masih harus mendapatkan perawatan kusus karena lahir prematur." Sahut dokter Ambar menjelaskan.
"Alhamdulillah." Sahut Ningsih dan Supri serempak, tersirat kelegaan dari wajah mereka.
"Apa kami sudah boleh menjenguk Rina, dok?" Tanya Ningsih semangat.
"Boleh, tapi tunggu sebentar ya. Biar pasien dipindahkan dulu di ruang rawat." Balas dokter Ambar sopan.
"Kalau bayinya gimana, dok. Apa juga boleh dijenguk?" Supri ikut bertanya.
"Silahkan, pak. Dan Monggo di adzani tapi harus dengan pantauan perawat ya. Karena bayinya masih belum bisa untuk di gendong dan masih berada di inkubator."
"Baik, dok. Terimakasih banyak." Sahut Supri dengan hati yang lega, karena istri dan anaknya selamat.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
Dua Minggu berlalu, akhirnya bayi laki laki tampan yang diberi nama Rizky, anak dari buah cintanya Rina dan Supri sudah diperbolehkan pulang. Semua menyambut dengan perasaan bahagia, terutama Supri dan Rina. Syukuran kecil kecilan pun diadakan dirumah sederhana milik Supri.
"Rin, sekarang kamu fokus saja sama Risky dulu, biar ibuk nanti aku titipkan sama mbok Jum kalau pas aku kerja. Kamu harus fokus merawat Risky." Ningsih menatap adiknya dengan tatapan dalam, berusaha untuk membuat adiknya tenang dan tidak kepikiran dengan nasib ibunya.
"Iya, mbak. Terimakasih ya, maaf kalau aku masih belum bisa bantu merawat ibuk." Sahut Rina dengan wajah bersalah.
"Sudah, jangan terlalu dipikirkan. Kamu fokus sama kesehatanmu dan Risky saja dulu. Insyaallah, ibu baik baik saja." Sahut Ningsih yang kini sudah menggendong keponakannya.
Waktu terus berlalu, dan Ningsih semakin banyak orderan. Rejekinya begitu mengalir deras, membuatnya semakin semangat dan selalu bersyukur dengan apa yang sudah didapatkannya. Sedangkan Rina masih fokus pada bayinya yang memang butuh perhatian ekstra. Namun kesehatan dan pertumbuhan Risky berangsur membaik dan itu semakin membuat Supri semakin semangat bekerja agar bisa mencukupi kebutuhan istri dan anaknya tanpa kekurangan sedikitpun. Bahkan Supri juga selalu membantu mencukupi kebutuhan ibu mertuanya meskipun tak seberapa, tapi setidaknya Supri sudah sangat berusaha untuk bisa meringankan beban kakak iparnya itu.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
"Asalamualaikum." Terdengar suara salam dari teras rumahnya, Ningsih yang sedang memasak langsung berlari untuk melihat siapa yang datang bertamu.
"Waalaikumsallam, ya ampun Kanti, apa kabar kamu? Ayo masuk, ya ampun kangen." Sambut Ningsih dengan wajah sumringah dengan kedatangan sahabat lamanya yang hampir tiga tahun tidak bertemu.
"Alhamdulillah, kabarku baik, Ning. Kamu gimana, kelihatannya makin awet muda saja kamu, tetap cantik, gak berubah dari dulu." Balas Kanti dengan senyum mengembang.
"Alhamdulillah aku juga baik, Kan. Kamu pulang kapan, Kan. Kok aku gak tau kamu sudah balik dari Hongkong?" Tanya Ningsih pada sahabat kecilnya dulu, Kanti selama ini kerja merantau jadi TKI di Hongkong.
"Aku pulang seminggu yang lalu, Ning. Maaf ya, baru sempat kesini sekarang. Habisnya banyak keluarga yang berkunjung kerumah. Maklumlah, Ning. Sekarang aku sudah banyak uang dan punya rumah bagus, jadi keluargaku yang dulu gak mau kenal, sekarang pada datang ngaku ngaku keluarga. Huh kesel banget tau, tapi ya itu aku cuma bisa pasrah." Sahut Kanti ceplas-ceplos dan Ningsih hanya tersenyum menanggapi ocehan sahabatnya itu, takut jika salah bicara akan jadi bumerang nantinya.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.
Novel baru :
#Hati Yang Kau Sakiti
#Dendam terpendam seorang istri
Novel Tamat
#Anak yang tak dianggap
#Tentang luka istri kedua
#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)
#Cinta dalam ikatan Takdir (Tamat)
#Coretan pena Hawa (Tamat)
#Cinta suamiku untuk wanita lain (Tamat)
#Sekar Arumi (Tamat)
#Wanita kedua (Tamat)
#Kasih sayang yang salah (Tamat)
#Cinta berbalut Nafsu ( Tamat )
#Karena warisan Anakku mati di tanganku (Tamat)
#Ayahku lebih memilih wanita Lain (Tamat)
#Saat Cinta Harus Memilih ( Tamat)
#Menjadi Gundik Suami Sendiri [ tamat ]
#Bidadari Salju [ tamat ]
#Ganti istri [Tamat]
#Wanita sebatang kara [Tamat]
#Ternyata aku yang kedua [Tamat]
Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.
Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️