NovelToon NovelToon
Anak Yang Terabaikan

Anak Yang Terabaikan

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Wanita Karir / Mengubah sejarah / Kontras Takdir / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / Anak Yang Berpenyakit
Popularitas:372.8k
Nilai: 4.8
Nama Author: Muliana95

Bagaimana rasanya, jika kalian sebagai seorang anak yang di abaikan oleh orangtuamu sendiri?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 15

Sampai di depan ruangan Afandi, Adira mengetuk pintu pelan. Setelah mendapatkan sahutan dari dalam. Baru Adira membuka pintu.

"Adira, kok ke sini? Ada apa? Kenapa rame-rame? Ada masalah apa?" tanya Afandi bangkit dari kursinya.

"Maaf, anda ini siapanya Adira?" tanya Kesya tidak sabaran.

"Maksudnya?"

"Om ini, sugar daddy Adira kan?" tuduh Kesya. Langsung membuat Afandi menyemburkan tawanya.

"Kalau iya kenapa?" tanya Afandi merangkul pundak anaknya. Serta mengecup sekilas pucuk kepala Adira.

"Haruskah hari ini aku menulisnya dalam sejarah?" batin Adira senang. Karena diperlakukan manis untuk pertama kalinya. Bahkan dia sudah tidak lagi ingat, kapan Ayahnya mengecup serta merangkul tubuhnya.

"Itukan, benar aku bilang juga apa." lantang Kesya. Dan teman-teman lainnya menggeleng tak percaya.

"Aku harus merebut Om ini dari Adira." batin Kesya.

"Ra,,, ini gak benar kan?" tanya Ifana ragu.

"Udah, Ayah lagi sibuk, sedang periksa laporan. Kalian senang-senang aja dulu." keke Afandi.

"Ayah? Maksudnya?" tanya salah seorang dari mereka.

Afandi langsung tertawa begitu nyaring mendengar keraguan dari teman-teman Adira. "Adira adalah anak Om." kekeh Afandi.

"Om bohong kan?" pasti Kesya.

"Om gak bohong. Ayo masuk ke dalam. Dan lihat lah, foto keluarga yang terpanjang di dinding." ajak Afandi.

"Gak mungkin. Terus selama ini kenapa Om gak pernah nganterin Adira? Atau saat ambil rapor, kenapa hanya ada Kakek-kakek dan Ibu-ibu yang penampilannya seperti ART.?" tanya Kesya.

"Oo karena selama ini kami terlalu sibuk, bahkan hanya untuk menjemput Adira." mengusap rambut Adira. Dan berhasil membuat raut wajah Kesya berubah masam.

"Ya udah, ayo kita turun. Lagipula, sugar daddy aku lagi sibuk." kekeh Adira menyindir Kesya.

Akhirnya mereka semuanya turun. Bahkan semuanya minta maaf pada Adira. Kecuali Kesya. Dia berdalih, hanya ingin meluruskan kesalahpahaman. Bukan menuduh Adira.

Adira mempersilahkan teman-temannya untuk belanja apa saja. Namun semuanya menolak, karena kandung malu.

Ifana menawarkan diri untuk mengantarkan Adira. Mengingat, tadi mereka berangkat berdua menggunakan sepeda motornya. Namun, Adira menolak. Karena masih ingin menunggu Ayahnya.

Setelah kepergian semua teman-temannya. Adira kembali naik ke lantai dua. Dia menemui Ayahnya, yang sibuk dengan beberapa berkas di tangannya.

"Kenapa bisa-bisanya teman-temanmu berpikir begitu heum?" tanya Afandi basa-basi.

"Mungkin karena tadi Ayah menyerahkan uang untuk ku." sahut Adira menyandarkan punggungnya pada sofa yang tersedia.

"Atau, karena memang Ayah yang tidak pernah terlihat dilingkungan sekolahmu. Maafkan Ayah Adira. Karena terlalu sibuk." ujar Afandi menatap Adira sekilas. "Tunggu lah sebentar lagi. Kita akan pulang bersama-sama. Atau kamu mau sesuatu? Ambil lah." lanjut Afandi.

Sore harinya. Vania sengaja keluar rumah untuk mencari dimana rumah Satria. Namun, dia sudah berputar-putar berapa kali. Sosok Satria tidak kelihatan di mana pun.

Sampai akhirnya dia memutuskan untuk pulang. Baru lah, Vania melihat Satria tepat di rumah depan rumahnya. Dia sedang mencuci motor sport-nya.

"Satria? Kamu tinggal disini?" sapa Vania pura-pura terkejut.

"Maaf? Siapa ya?" tanya Satria bingung.

"Aku Vania. Kita teman sekelas loh. Dan kamu duduk pas dibelakang bangku aku." ujar Vania memperkenalkan diri.

"Oo maaf, aku lupa." melanjutkan cuci motornya, karena sempat terhenti akibat sapaan dari Vania.

"Tante ..." sapa Vania melihat Ibu dari Satria berjalan ke arahnya.

"Hai cantik, kamu tinggal disini juga?"

"Iya Tante, rumah aku yang ini. Persis di hadapan rumah Tante. Dan kami kebetulan satu kelas." jelas Vania.

"Oo Tante, Mama dari Satria. Nama Tante Amalia. Bisa juga dipanggil dengan Tante Lia. Nama kamu siapa?"

"Aku Vania Tante." ujar Vania ramah.

"Ya udah, ayo mampir. Kita ngobrol-ngobrol. Kebetulan, Tante belum mengenal orang-orang disini." ajak Amalia, dan Vania langsung mengikuti langkahnya.

Afandi dan Adira baru saja sampai rumah. Begitu juga dengan Ella. Namun, rumah terasa sangat sepi. Karena Bu Siti dan Bu Mar sudah pulang.

Saat Ella memanggil Vania. Namun, Vania juga tak menjawab. Dengan panik, Ella mencari Vania di seluruh rumah. Begitu juga dengan Afandi. Karena mereka takut, jika nanti Vania kenapa-napa.

Adira juga ikut membantu mencari Vania. Bahkan di sudah menelpon nomor ponsel Vania. Tetapi, ponselnya tertinggal di dalam kamar Vania.

"Coba telpon Bu Siti atau Bu Mar. Mungkin salah satu daei mereka tahu." ujar Afandi dengan napas ngos-ngosan.

Adira langsung menelpon Bu Mar, sedangkan Ella menelpon Bu Siti. Namun, mereka berdua tidak tahu. Sebab sebelum mereka pulang. Vania masih berada di dalam kamarnya. Bahkan Bu Mar sempat pamit pada Vania.

"Bagaimana ini Yah? Ibu takut kalau Vania kenapa-napa." seru Ella terisak.

"Tenang-tenang. Kita tunggu sebentar lagi. Setelah ini kita cari keluar. Atau coba kamu telon teman-temannya." suruh Afandi.

Saat Ella dan Afandi masih menelpon teman-teman Vania, Vania pulang dengan wajah yang cerah.

Saat masuk ke ruang keluarga. Dia terkejut melihat Ibunya terisak.

"Bu ..." panggil Vania.

"Vania, kamu kemana aja? Ibu khawatir. Kamu gak apa-apa kan?" tanya Ella memeluk Vania.

"Aku dari rumah tetangga baru kita Bu, Tante Amalia." sahut Vania bingung, melihat kelegaan dari wajah orang tuanya.

"Lain kali, kalau pergi-pergi setidaknya bawakan handphone. Setidaknya tidak menyusahkan kami." ucap Adira kesal.

"Maaf, aku memang menyusahkan. Maaf, jika karena aku. Kalian semua merasa panik. Maaf Bu, maaf Ayah. Adira maaf, jika kamu merasa susah, karena adanya aku. Aku memang menyusahkan." isak Vania dengan mata berkaca-kaca.

"Hei ... Kamu ngomong apa heum? Gak ada yang menyusahkan kami." ujar Ella kembali memeluk Vania.

"Tapi, kata Adira."

"Adira, minta maaf lah." perintah Ella.

"Udah lah Bu, jangan besar-besarkan masalah." kata Afandi.

"Adira." tekan Ella tidak peduli dengan larangan suaminya.

"Adira, masuk lah." usir Afandi.

Adira langsung tersenyum karena mendapatkan pembelaan dari Afandi.

"Ayah ..." lirih Vania.

"Apa yang di ucapkan Adira benar. Lain kali, bawa lah handphone. Agar kami bisa tahu keadaanmu." nasihat Afandi meninggalkan Ella dan Vania.

"Ibu ... Sepertinya, Ayah marah." adu Vania.

Di kamar, Adira berputar-putar karena merasa bahagia. Bahkan tanpa sadar, dia menari sampai di balkon kamarnya.

Kebetulan, saat Adira sedang berputar, Satria lewat depan rumah. Dia terpana melihat Adira yang menari dengan tubuh lenturnya.

Deg ... Satria memegang dada sebelah kirinya.

1
Tri Utari Agustina
Anak yang disiakan menjadi penolong cerita bagus banget thor semangat
Shinta Dewiana
tamat jadi devan siska azka...aman2 aja...iyaaa
Shinta Dewiana
ya ampun di siram air keras pula....waduhhh
Shinta Dewiana
ck masih aja enggak sadar diri huh...mati aja kenapa..
Shinta Dewiana
tujuan baik...tp hasilnya....yaaaa
Shinta Dewiana
cih dasar jalang enggak punya malu
Tri Utari Agustina
Orang tua pilih kasih bikin emosi aja ini keluarga tonic
Shinta Dewiana
hancurkan...jadi gembel lah
Shinta Dewiana
gila bener
Shinta Dewiana
tuh apa yg di tanam itu yg di panen
Shinta Dewiana
haduh kan hancur sudah lg pingsan pun di hembat...
Shinta Dewiana
mampus jdnya ini
Shinta Dewiana
bodoh2
Shinta Dewiana
gila
Shinta Dewiana
haj jd gembel
Shinta Dewiana
malu kan malulah
Shinta Dewiana
goblok lo fandi
Shinta Dewiana
hedeh
Shinta Dewiana
si vania jd maling
Shinta Dewiana
ya ampun....teganya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!