Terdengar suara 'sah' menyeruak ke dalam gendang telinga, seolah menyadarkan aku untuk kembali ke dunia nyata.
Hari ini, aku sah dipersunting oleh seorang Aleandro. Pria dingin dengan sejuta pesona. Pria beristri yang dengan sengaja menjadikan aku sebagai istri kedua.
Istri pertamanya, Michelle bahkan tersenyum manis dan langsung memelukku.
Aneh, kenapa tidak terbersit rasa cemburu di hatinya? Aku kan madunya?
Tanya itu hanya tersimpan dalam hatiku tanpa terucap sepatahpun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moena Elsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Seorang Rena
Pagi sekali saat Martin masuk lobi perusahaan, seseorang sudah menghadang.
"Pagi tuan Martin, maaf menganggu waktunya," sapa staf.
"Hhhmmm, bukannya kerjasama yang kalian ajukan sudah ditolak oleh tuan muda kami?" tanya Martin dengan mata memicing.
"Betul tuan, tapi kemarin pimpinan kami menemui tuan Aleandro dan beliau menyuruh kami untuk menemui anda pagi ini," beritahunya.
'Menemui ku? Aneh? Kenapa tuan Aleandro tak bilang apapun padaku?' tanya Martin dalam hati.
'Kali aja cuman akal-akalan mereka. Tak mungkin tuan muda mau menemui mereka saat weekend,'
"Ada pesan apa tuan muda sama kalian?" telisik Martin.
"Pimpinan kami disuruh menemui anda," bilang staf itu.
"Lantas, mana pimpinan kalian?" Martin mencari keberadaan wanita yang ditemuinya beberapa hari lalu.
"Beliau akan datang menyusul," lanjutnya.
'Hhmmm tetap saja sama, tak menghargai waktu,' gumam Martin dalam hati.
"Sorry tuan. Sampaikan kepada pimpinan anda. Hari ini jadwal kami padat. Seperti sebelumnya, kami tak bisa melanjutkan kerjasama yang kita rencanakan. Terutama kepada perusahaan yang tak menghargai waktu," tegas Martin hendak berlalu.
"Cih, baru jadi asisten saja sudah belagu," bersamaan itu terdengar suara heel sepatu berjalan mendekat ke arah Martin.
Martin menoleh dan melihat wanita bernama Rena mendatanginya.
"Selamat pagi nyonya," sapa Martin mengangguk hormat.
"Kalau bukan Aleandro yang menyuruhku untuk menemui kamu, tak sudi aku merendahkan diriku bertemu dengan orang macam kamu," kata Rena ketus.
Sudut bibir Martin sedikit menaik. Sudah banyak orang modelan begini yang ditemui Martin. Tak mau menghargai orang lain, apalagi dengan status sosial di bawahnya.
"Maaf nyonya, ada yang perlu disampaikan? Langsung saja," Martin tak mau bertele-tele. Semakin dia cepat pergi akan semakin bagus.
"Begini cara perusahaan ini menyambut tamu? Isshhh tak berkelas," oloknya.
Martin menyilahkan mereka berdua duduk di lobi perusahaan dan tak menyuruh mereka ke ruangannya.
"Akan kulaporkan kepada Aleandro perlakuan asistennya padaku," ujar Rena kesal.
"Silahkan saja," balas Martin.
Martin mendahului duduk di sana. Saat bagian resepsionis mendekat, Martin memberi isyarat agar menjauh. Karena Martin tak ingin melayani tamunya ini lebih jauh.
"Draft kerjasama kita kasihkan dia," perintah Rena kepada stafnya, sambil duduk menyilangkan kaki sengaja memperlihatkan kaki jenjangnya di depan Martin.
"Semakin cepat ditandatangi Aleandro maka akan semakin baik. Jadi lekas saja kamu ajukan ke Aleandro," katanya kepada Martin.
Martin menatap tajam ke arah Rena.
'Eh, siapa anda? Beraninya mendikte seorang Aleandro. Kalau tuan muda mau, hari ini bisa saja perusahaan anda gulung tikar,' batin Martin kesal.
"Ngapain melihatku sebegitunya? Kalau suka bilang saja. Tapi maaf yaaa... Kita tak selevel. Aku hanya mau dengan bos kamu tuh," kata Rena dengan sombong.
"Maaf nyonya, mana mungkin saya berani menyukai anda," tukas Martin merendah.
"Bagus, ternyata kamu sadar diri," celetuk Rena.
"Oh ya, di mana ruangan Aleandro? Aku akan menemuinya hari ini," tanya Rena kemudian.
"Tuan muda ada rapat penting hari ini. Tidak sembarangan tamu bisa menemui tuan muda," tegas Martin yang tak mau kena amukan singa jantan yang sedang bucin itu.
"Kamu anggap aku apa? Tamu sembarangan?" tukas Rena kesal karena dianggap remeh oleh asisten Aleandro itu.
Martin beranjak, "Silahkan nyonya, pintu keluar di sebelah sana. Itu di bawah tulisan 'Exit'," beritahu Martin.
"Saya tak bisa menemani anda lama-lama, karena saya sendiri banyak kerjaan," ujar Martin dengan tangan menunjukkan arah pintu keluar.
"Sialan. Aku akan menunggu waktu luang Aleandro. Jadwal hari ini telah aku kosongkan semua demi dia," jelas Rena.
"Silahkan saja, kalau anda mau menunggu tuan muda sampai karatan," Martin berlalu meninggalkan rasa kesal Ade Renata.
"Asisten laknat. Awas saja kalau aku sudah jadi nyonya Aleandro, akan kupecat kamu," kata Rena sarkas.
"Usir wanita gila itu, kalau perlu panggil security," perintah Martin pada resepsionis yang tadi mendatanginya.
"Baik tuan Martin," jawab karyawan itu dengan sopan.
Martin berlalu menuju lift yang akan mengantar ke ruangannya.
Sementara itu, Rena menolak mentah-mentah saat resepsionis tadi menyuruhnya pergi baik-baik.
"Dengar ya kalian, aku ini mantan pacar bos kalian. Berani sekali kalian mengusirku. Apa perusahaan sebesar ini tak memberi pelatihan etika kepada karyawannya?" oceh Rena.
"Maaf nyonya, kami hanya menjalankan perintah," tukas resepsionis.
"Nona Rena mari kita pergi. Sepertinya waktunya belum tepat untuk menemui tuan Aleandro," ucap staf Rena yang terlanjur malu berlebih karena sikap atasannya.
"Kita atur janji temu berikutnya saja," saran staf Rena.
"Hhmmm baiklah," setuju Rena.
"Kalian semua yang ada di lantai ini, ingatlah kalian aku pecat jika Aleandro menjadi suamiku," tandas Rena.
Semua yang ada di sana hanya menggeleng atas ulah bodoh wanita tadi. Entah berapa ratus wanita yang telah melakukan hal konyol seperti itu, mengaku dekat dengan sang bos tapi nyatanya sang bos bucin akut dengan istri keduanya.
.
Martin keluar lift.
"Tuan Martin, anda ditunggu tuan Aleandro di ruangannya," beritahu sekretaris mereka berdua.
"Pria balok es itu sudah datang?" telisik Martin merasa heran. Lama bekerja dengan Aleandro demikian juga sekretaris membuat Martin biasa saja mengucapkan hal demikian.
"Malah sejak tadi tuan," jawab sang sekretaris yang menangkap kekesalan di wajah Martin. Pasti ada sesuatu hal yang terjadi, tebaknya.
"Hhhmmm, aku tahu. Pasti dia sengaja mengumpankan diriku tadi," Martin beneran kesal pada sang bos.
Nadia tertawa melihat wajah Martin yang terlihat menggemaskan kalau sedang kesal.
Kring... Kring...
Telpon di meja Nadia berdering.
"Suruh masuk dia, jangan biarkan dia ceramah di depan kamu," suruh Aleandro lewat panggilan telpon.
Nadia memberi kode dengan pergerakan bola mata, Martin berlalu menuju ruangan Aleandro.
Tok... Tok...
"Masuk," suruh Aleandro dari dalam ruangan.
"Kusut amat tuh muka," seloroh Aleandro dengan menahan tawa.
"Pasti tuan sengaja kan? Sengaja menjadikan diriku umpan," balas Martin, belum hilang rasa kesal di hati.
"Ha.... Ha... Apa kau suka dengannya," olok Aleandro.
"Jangan mulai deh," bertambah kesal hati Martin.
"Gimana kesan kamu bertemu dengan Ade Renata?" tanggap Aleandro terkekeh.
"Cewek gila," jawab Martin jujur.
"Eh, gimana ceritanya sampai tuan naksir dia dulu?" goda Martin.
"Kepo," jawab Aleandro lugas.
Giliran Martin menertawakan Aleandro.
"Mau kupotong bonus kamu," Aleandro tak suka dirinya jadi bahan tertawaan. Menyukai Rena adalah hal terbodoh yang pernah dilakukannya. Hal yang tersimpan rapi malah terkuak karena kehadiran wanita sialan itu secara tak sengaja.
"Issshhhh," desis Martin dan tawanya langsung berhenti otomatis.
Aleandro tahu jika asistennya itu ada rasa dengan Nadia. Tapi melihat kelemotannya dalam bersikap membuat Aleandro gemas sendiri.
"Pagi ini kamu yang berangkat ke pertemuan dengan perusahaan X. Ajak saja Nadia," perintah Aleandro.
"Tapi tuan, ini tender besar. Mana bisa diwakilkan?" jawab Martin.
Ada kesalahan sedikit saja, perusahaan ini akan menelan kerugian yang sangat besar.
"Aku percaya padamu Martin," balas Aleandro tanpa menatap lagi kepada asistennya.
"Tuan....," Martin hendak meneruskan kalimatnya, tapi isyarat dari Aleandro untuk segera keluar dari ruangan membuat Martin terbungkam.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
Besok sudah senin aja, libur pun usai. Waktunya nungguin yang sedang semesteran.
Tetap kasih like, komen dan vote ya kawaaaaann
Kasih bunga, kopi bahkan koin pun akan author terima dengan rela hati.
Semangat sehat semua.
Lope... Lope....for all
yup perlu banget Andien diperkenalkan