Di negeri magis Aelderia, Radena, seorang putri kerajaan yang berbakat sihir, merasa terbelenggu oleh takdirnya sebagai pewaris takhta. Hidupnya berubah ketika ia dihantui mimpi misterius tentang kehancuran dunia dan mendengar legenda tentang Astralis—sebuah senjata legendaris yang dipercaya mampu menyelamatkan atau menghancurkan dunia. Dalam pelariannya mencari kebenaran, ia bertemu Frieden, seorang petualang misterius yang ternyata terikat dalam takdir yang sama.
Perjalanan mereka membawa keduanya melewati hutan gelap, kuil tersembunyi, hingga pertempuran melawan sekte sihir gelap yang mengincar Astralis demi kekuatan tak terbayangkan. Namun, untuk mendapatkan senjata itu, Radena harus menghadapi rahasia besar tentang asal-usul sihir dan pengorbanan yang melahirkan dunia mereka.
Ketika kegelapan semakin mendekat, Radena dan Frieden harus memutuskan: berjuang bersama atau terpecah oleh rahasia yang membebani jiwa mereka. Di antara pilihan dan takdir, apakah Radena siap memb
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dzira Ramadhan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28: Jejak Velkan
Setelah pertempuran melawan Sentinel Purifikasi di pegunungan utara, Radena, Frieden, Lya, dan Zurek mulai melacak jejak Velkan, pemimpin pemberontakan yang berhasil melarikan diri. Ancaman dari Velkan semakin nyata, terutama setelah ditemukannya beberapa serangan baru terhadap wilayah manusia dan iblis.
Velkan tampaknya memiliki rencana yang lebih besar daripada sekadar mengganggu aliansi.
Kabar dari Timur
Beberapa minggu setelah serangan terakhir, sebuah utusan dari wilayah timur tiba di Aelderia dengan membawa kabar penting.
“Yang Mulia,” kata utusan itu kepada Radena, “Velkan telah muncul di wilayah kami. Dia sedang memimpin pasukannya untuk merebut reruntuhan kuno yang dikenal sebagai Menara Elaris.”
Radena mengerutkan dahi. “Menara Elaris? Apa yang istimewa dari tempat itu?”
Valtherion, yang bergabung dengan rapat melalui komunikasi sihir dari Celestial Nexus, menjelaskan. “Menara Elaris adalah salah satu titik fokus energi dunia. Jika Velkan berniat menguasainya, dia mungkin mencoba memanipulasi keseimbangan itu sendiri.”
Zurek, yang masih dalam pemulihan dari luka-lukanya, menambahkan, “Jika dia berhasil, kekuatannya bisa melampaui apa yang kita hadapi sebelumnya.”
Radena memandang sekutunya. “Kalau begitu, kita harus menghentikannya sebelum dia mencapai menara itu.”
Perjalanan ke Menara Elaris
Radena, Frieden, Lya, dan pasukan kecil yang dipimpin oleh Zurek berangkat ke timur dengan segera. Perjalanan mereka melalui dataran kering dan hutan lebat dipenuhi dengan ancaman dari sisa-sisa Sentinel Purifikasi yang mencoba menghambat mereka.
“Velkan benar-benar berusaha mengulur waktu,” kata Frieden sambil mengayunkan pedangnya untuk menebas prajurit Sentinel yang menyerang mereka.
Lya, dari kejauhan, menembakkan panah untuk melindungi pasukan mereka. “Dia tahu kita akan datang. Dia hanya butuh waktu untuk menyelesaikan rencananya.”
Radena mengerutkan dahi. “Kita harus sampai sebelum dia bisa mengaktifkan apa pun di menara itu.”
Pintu Menara yang Terkunci
Ketika mereka tiba di Menara Elaris, pasukan Velkan telah menduduki reruntuhan itu. Di atas menara, Velkan terlihat berdiri dengan tongkat sihir besar yang memancarkan cahaya ungu yang intens.
“Dia sedang mencoba membuka inti energi menara,” kata Valtherion melalui sihir. “Kalian harus menghentikannya sebelum dia berhasil.”
Pasukan Radena menyerbu ke arah menara, menghadapi perlawanan keras dari prajurit Sentinel yang menjaga pintu masuk.
“Lindungi Radena!” seru Frieden sambil bertarung di barisan depan.
Radena mencoba melantunkan mantra untuk membuka pintu menara yang telah dikunci oleh sihir gelap Velkan. Namun, energi yang mengelilingi pintu itu terlalu kuat.
“Aku butuh waktu!” kata Radena.
“Waktu adalah sesuatu yang tidak kita miliki,” balas Zurek sambil melancarkan semburan energi gelap ke arah musuh.
Lya melompat ke posisi yang lebih tinggi, menembakkan panah sihirnya ke arah penjaga yang menghalangi mereka. “Aku akan membuatmu sedikit waktu lagi!”
Dengan usaha bersama, mereka akhirnya berhasil membuka pintu dan menyerbu ke dalam menara.
Pertemuan dengan Velkan
Di puncak menara, mereka menemukan Velkan berdiri di depan altar kuno yang memancarkan energi besar. Wajahnya dipenuhi dengan kepuasan dan kebencian.
“Kalian datang terlambat,” kata Velkan sambil tersenyum dingin.
Radena mengangkat tongkatnya. “Velkan, hentikan ini sekarang! Kau akan menghancurkan dunia jika terus melanjutkan rencanamu.”
Velkan tertawa kecil. “Dunia ini sudah rusak, Radena. Aliansimu adalah sebuah kebohongan. Aku hanya ingin membangun sesuatu yang lebih baik, sesuatu yang tidak terbelenggu oleh kelemahan manusia, naga, atau iblis.”
Frieden maju dengan pedang di tangannya. “Kau menyebut ini lebih baik? Kau telah membunuh orang-orang tak bersalah untuk mewujudkan ambisimu.”
“Korban adalah harga kecil untuk perubahan besar,” balas Velkan.
Pertempuran di Puncak Menara
Pertempuran sengit terjadi di puncak menara. Velkan, yang telah menyerap sebagian energi dari inti menara, memiliki kekuatan luar biasa. Dengan tongkat sihirnya, ia menciptakan gelombang energi yang melontarkan mereka mundur.
“Kita tidak bisa membiarkannya terus menarik energi itu!” kata Valtherion, berbicara melalui Radena. “Jika inti menara terlalu banyak digunakan, itu akan meledak dan menghancurkan seluruh wilayah.”
Radena mencoba menggunakan sihir untuk memutuskan hubungan Velkan dengan menara, tetapi pelindung sihirnya terlalu kuat.
“Kita harus menghancurkan tongkatnya!” seru Frieden.
Lya memanfaatkan momen itu untuk memanah tongkat sihir Velkan, tetapi Velkan memblokirnya dengan gelombang energi.
“Kalian tidak akan menang,” kata Velkan sambil melancarkan serangan besar ke arah mereka.
Namun, Zurek, meskipun terluka parah, menggunakan kekuatan terakhirnya untuk meluncurkan serangan langsung ke Velkan, memecahkan pelindung sihirnya.
“Sekarang!” seru Zurek sebelum jatuh ke tanah.
Radena melantunkan mantra besar, mengarahkan cahaya dari tongkatnya langsung ke tongkat sihir Velkan. Tongkat itu pecah, dan energi di sekitar Velkan mulai tak terkendali.
Kehancuran dan Penyelamatan
Dengan tongkatnya yang hancur, Velkan jatuh ke lantai, tetapi inti menara mulai bergetar dengan bahaya. Energinya memancar tak terkendali, menciptakan ledakan kecil yang mulai menghancurkan bagian menara.
“Kita harus keluar dari sini!” kata Frieden sambil mengangkat Zurek.
Radena, dengan bantuan Lya, memimpin kelompok mereka keluar dari menara tepat sebelum ledakan besar terjadi. Menara itu runtuh, tetapi energi intinya akhirnya kembali stabil.
Akhir Velkan
Velkan, yang ditemukan di antara puing-puing, terluka parah tetapi masih hidup.
“Kau kalah, Velkan,” kata Radena sambil menatapnya dengan penuh rasa iba.
Velkan tertawa kecil, darah mengalir dari sudut bibirnya. “Kalian menang... tapi dunia ini akan tetap rusak. Kalian hanya menunda yang tak terhindarkan.”
Radena menggeleng pelan. “Dunia ini tidak sempurna, tetapi kita bisa memperbaikinya. Dengan kerja sama, bukan kehancuran.”
Velkan akhirnya kehilangan kesadaran, dan dia ditahan oleh pasukan Aelderia.
Sebuah Janji Baru
Setelah kekalahan Velkan, aliansi antara manusia, naga, dan iblis menjadi lebih kuat. Para pemimpin dunia setuju untuk memperbaiki wilayah yang rusak dan memastikan tidak ada lagi ancaman seperti Sentinel Purifikasi di masa depan.
Radena, Frieden, Lya, Zurek, dan Zaurath kembali ke Aelderia dengan hati yang lebih tenang, tetapi tetap waspada terhadap tantangan yang mungkin muncul.
“Kita telah menghadapi begitu banyak hal,” kata Radena suatu malam saat berbicara dengan Frieden.
“Dan kita akan terus menghadapinya,” jawab Frieden. “Karena itulah yang kita lakukan sebagai penjaga keseimbangan.”
Radena tersenyum, memandang ke cakrawala. “Dunia ini layak diperjuangkan. Apa pun yang terjadi.”