Entah mengapa Alisa merasa marah. Tiap kali melihat abangnya berdua bersama Mia. Yang tidak lain teman Amar kuliah. Membuat Alisa merasa aneh dengan perasaanya sendiri. Hingga membuat Alisa selalu gusar tiap kali Amar dekat dengan Mia. Yang sering ikut mengerjakan tugas dirumah. Dan Amar juga sering mengantar nya pulang. Amar juga seperti memberi perhatian lebih pada Mia membuat Alisa cemburu.
" Kenapa sih bang Amar pake mengantar kak Mia. Lagian dia sudah punya sopir yang selalu menjemputnya pulang kan!!" kata Alisa
" Ada apa dengan mu de, abang hanya berbuat baik pada orang lain. Kasihan Mia kalo pulang sendiri malam malam" jawab Amar
" Lalu jika Lisa pulang malam, apa abang akan perduli?" tanya Lisa.Membuat Amar menoleh dan menatap lekat mata gadis cantik di depannya itu. Seakan Amar merasa ada belati yang menusuk dadanya.
" Kau.....!!" kata Amar kaget.
Penasaran baca ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hidayati Yuyun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Sedangkan dari jauh seorang pria tersenyum kecut. Saat melihat keduanya tertawa bahagia. Karna waktu mereka hanya tinggal sedikit. Apalagi tidak akan banyak waktu lagi Untuk mereka bisa berkumpul seperti dulu. Karna setelah ujian mereka pun akan berpisah.
" Yuk ke kantin," kata Sani
" Ngak ah, aku bawa bekal di tas. Nanti aja ke kantinnya pas kita pulang," kata Lisa meraih tasnya dan mengeluarkan kotak makanan yang berisi roti lapis dan buah anggur.
" Nih buat ganjalan sementara," kata Lisa menyodorkan kotak makanannya
" Yah baiklah, padahal aku berniat traktir loe Lis hari ini. Tapi karna loe ngak mau ya ngak jadi deh makan yang ada saja," kata Sani
" Terimakasih simpan aja duit loe. Buat tabungan loe kuliah. Nanti pulangnya gue yang traktir loe deh. Tapi bukan di kantin, tapi di cafe depan sana," kata Lisa
" Ok ...asyik makan gratis. Tidak menolak Lis," kata Sani senang.
" Kebiasaan, dah gue baca baca dulu," kata Lisa.
" Hehehe ," tawa Sani ikut mengambil bukunya dan membaca bukunya di samping Lisa . Hingga suara mereka kembali hening. Hanya langkah kaki para siswa lain saja. Yang mulai keluar dari kelas ujian.
*************
Seminggu berlalu dengan cepat. Ketika Lisa menyelesaikan ujian sekolah. Hingga membuat Sani berteriak senang. Saat mereka akan mengadakan perpisahan sekolah dalam waktu dekat
" Lisa .. Sani " teriak Gita menghampiri keduanya.
" Hai ngapain loe Git lari lari. Seperti orang di kejar setan," kata Sani
" Huh...gue nyari kalian di kantin tadi. Tapi kalian ngak ada disana. Mau menyampaikan amanah saja dari kak Dean. Nih voucher gratis makan buat kalian berdua dari kak Dean," kata Gita.
" Hah ...kok bisa?" kata Lisa kaget
" Iya loe kok bisa dapat, ini kan voucher cafe mahal," kata Sani menatap Gita.
" Ini katanya hadiah promosi. Kak Dean buka tempat les lagi di tempat lain. Jadi kita dapat voucher gratis makan disana lusa Aku juga dapat sama Lucky akan ikut datang kesana . Karna kita juga les di sana setiap hari minggu," kata Gita
" Jadi loe les di sana juga Git. Kok loe ngak cerita?" kata Sani kaget.
" Iyalah, kan waktu itu gue pindah dari tempat lama karna biaya lesnya mahal. Jadi kita nyari tempat baru dan ambil di situ. Dan kebetulan, yang ngajar Kak Dean tetangga gue," kata Gita.
" O..jadi kak Dean itu tetangga loe," kata Lisa.
" Yup...nih , kita bareng ya besok perginya Biar gue bisa boncengan sama Lucky kesananya," kata Gita.
" Hah, loe sama Lucky, emang kalian pacaran?" kata Sani. Yang dianggukan Gita.
" Ya sudah, gue berangkatnya sama Sani.," kata Lisa sembari tersenyum. Sambil matanya melihat voucher makan gratis di tangannya. Lalu setelah itu, ketiganya pun ngobrol tentang rencana masa depan mereka.
Di sebuah ruangan. Amar mulai sibuk dengan berkasnya. Setelah dua minggu ini Amar di perkenalkan sebagai CEO baru di perusahaan besar milik papinya. Yang bergerak di bidang pembangunan dan tata ruang. Yang di mendesain beberapa rumah real estate dan gedung gedung bertingkat.
" Pagi pak, ini berkas yang bapak minta," kata seorang wanita cantik. Yang tak lain sekertaris Amar bernama Santi
" Letakkan saja di situ," kata Amar tanpa menoleh.
" Baik pak," kata Santi yang langsung keluar dari ruangan bosnya itu. Dan Santi kembali kemeja kerjanya.
" Gimana bos baru, sudah bisa merespon ngak?" kata Dewi sekertaris Zain. Melirik Santi yang baru duduk
" Ngak , dia seperti kulkas dua pintu. Cuek dan dingin. Seperti bos loe tuh si pinguin kutub," seloroh Santi.
" Tapi ganteng kan?" kata Dewi memainkan alisnya.
" Alah ngak usah nyari perkara loe wi. Loe aja ngak bisa dekati pak Zain. Apalagi tuh big bos. Wajahnya selalu datar jika ditanya.," kata Santi menata berkasnya.
" Yah...jomblo dong kita, tapi tidak masalah. Asal mereka baik hati dan royal. Karna jika mereka marah marah bisa stress kita di buatnya," kata Dewi yang sudah bekerja menjadi sekertaris Zain selama 5 tahun. Namun pria itu terlihat kaku padanya.
Padahal segala cara sudah dilakukan Dewi Banyak kiat yang Dewi usahakan.Agar bisa mendekati bosnya itu. Namun Zain hanya bersikap biasa saja. Bahkan tidak sekalipun Zain tergoda padanya.
Sedangkan di ruangannya Amar menarik nafas dalam. Setelah mengecek semua berkasnya. Lalu Amar bersandar di kursi kebesaran warisan papinya itu. Sambil tangan Amar meraih telp kantor di mejanya
" San suruh pak Zain keruangan ku sekarang!!" kata Amar
" Baik pak, " jawab Santi dari luar ruangan Yang langsung melirik Dewi.
" Wi ..tuh bos loe di panggil big bos," kata Santi pada Dewi sesama rekan kerjanya.
" Ya , akan aku panggilkan," kata Dewi beringsut dari tempat duduknya. Lalu menuju ruangan direktur.
**************
Sorenya Lisa terlihat sibuk sendiri di dalam kamarnya. Ia sedang menata buku bukunya. Sembari mencari buku buku soal untuk masuk perguruan tinggi. Yang dulu sempat di berikan Amar padanya.
" Di mana kusimpan ya, apa di kamar bang Zain?" kata Lisa berpikir. Karna ia lupa menyimpan buku itu.
" Aku cek saja ah, tapi apa aku harus minta izin abang Zain dulu" kata Lisa meraih ponselnya. Berniat ingin menelpon Zain sambil melangkah ke ruang tengah. Namun terlihat Zain sudah masuk rumah. Sambil bicara di telponnya.
" Jangan lupa bilang papi dan mami. Aku akan keluar kota untuk mengurusnya" kata Zain yang tidak melihat Lisa berdiri. Zain melewatinya begitu saja sambil masuk ke dalam kamar dan menutup pintu. Dan Lisa yang mengikutinya dari belakang. Ingin mengetuk pintu, namun ketika Lisa ingin mendorong pintu.
" Tidak perlu, kau bukan lagi abangnya Mar, jaga jarak dengan Lisa. Kau lupa dia bukan adikmu. Lisa adik kandung ku ," kata Zain.
Jedar ..... .
Lisa berdiri mematung di belakang pintu. Terkejut mendengar perkataan Zain. Yang membuat kepalanya serasa di sambar petir mendengarnya. Dan matanya mulai berkaca kaca.
" Tidak mungkin...," geleng Lisa mundur dari pintu kamar Zain. Lalu berbalik badan menuju kamarnya.
" Apa itu benar, itu bohong kan," kata Lisa masuk kekamarnya bersandar di balik pintu dan duduk terisak di lantai.
" Apa aku salah dengar " kata Lisa menunduk memangku kedua tangan nya diatas lututnya. Dan mulai menangis. Tubuhnya terguncang mengingat perkataan Zain. Terbayang wajah Amar yang selalu ada dalam hidupnya. Yang selama ini selalu bersamanya dari semenjak mereka masih kecil dan beranjak dewasa.
" Bunda...ayah..." isak Lisa. Hingga air matanya makin tumpah ruah.
" Hiks ....hiks... Itu tidak mungkin, bang Amar abang Lisa. Kami tumbuh besar bersama," guman Lisa
Zain yang selesai mandi di kamarnya. Langsung berpakaian, lalu ia berniat mencari Lisa ke kamar adiknya. Untuk
mengajak Lisa makan di luar. Karna hari ini ayah dan bundanya akan pulang larut malam. Karena sedang menghadiri undangan kerabat bunda mereka di daerah kota Bandung.
De...apa ade sudah pulang?" panggil Zain mengetuk pintu kamar Lisa. Namun tidak terdengar ada jawaban.
Tok...tok...tok
" De.. ." panggil Zain kembali mengetuk pintu kamar Lisa. Namun belum ada jawaban. Hingga Zain memutar gagang pintu kamar Lisa yang tidak terkunci.
Clek....
Zain mendorong pintu. Namun sepertinya tidak bisa terbuka lebar. Yang membuat Zain memasukan kepalanya disela pintu dan ...
" Lisa....!!" kata Zain kaget. Hingga ia cepat masuk Ketika melihat tubuh Lisa telungkup di lantai dan merengkuh tubuh mungil itu.
" De ade kenapa," kata Zain yang langsung mengangkat tubuh Lisa dan memeriksanya begitu juga denyut nadinya.
" Astaga Lisa pingsan. Dan badannya sangat panas," kata Zain yang mengangkat Lisa keluar menuju ke ruang depan. Dan membaringkannya di sofa
" Bertahan ya de,kita kerumah sakit sekarang," kata Zain Bergegas menyiapkan mobil di garasi
Sudahlah memanfaatkan kebaikan Amar eh lama lama kok ga tau diri ga sadar diri juga ya
Kaya dah putus urat malunya si Mia
Semoga Ade sukses ya kuliah di LN
Bila sewaktu sewaktu ditinggal orang terkasih / pasangan, dunianya tak runtuh seketika
Apakah Amar dengar percakapan Lisa yang mau kuliah di Australia, terus mulai gamang pikirannya, otaknya terusik?
Pulang pulang dah sukses
Biarin aja Amar ngrasa kehilangan kamu
Mending fokus belajar raih cita cita, asah skill
Nikmati masa muda tuk hal hal berguna
Edan tenan, berbuat dosanya sama Hans, kok menjerat Amar tuk tanggung jawab
Siap siap jadi bom waktu
Terimakasihh🥰🥰
Bisa gegeran ujung ujungnya
Terlalu baik apa terlalu naif Amar?
Gimana nanti reaksi ayah bundanya juga Amar