NovelToon NovelToon
Sebatas Ibu Pengganti

Sebatas Ibu Pengganti

Status: tamat
Genre:Tamat / Nikahmuda / Ibu Pengganti / Nikah Kontrak / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:10M
Nilai: 4.8
Nama Author: embunpagi

Binar di wajah cantik Adhisty pudar ketika ia mendapati bahwa suaminya yang baru beberapa jam yang lalu sah menjadi suaminya ternyata memiliki istri lain selain dirinya.

Yang lebih menyakitkan lagi, pernikahan tersebut di lakukan hanya karena untuk menjadikannya sebagai ibu pengganti yang akan mengandung dan melahirkan anak untuk Zayn, suaminya, dan juga madunya Salwa, karena Salwa tidak bisa mengandung dan melahirkan anak untuk Zayn.

Dalam kurun waktu satu tahun, Adhisty harus bisa mmeberikan keturunan untuk Zayn. Dan saat itu ia harus merelakan anaknya dan pergi dari hidup Zayn sesuai dengan surat perjanjian yang sudah di tanda tangani oleh ayah Adhisty tanpa sepengetahuan Adhisty.

Adhisty merasa terjebak, ia bahkan rela memutuskan kekasihnya hanya demi menuruti keinginan orang tuanya untuk menikah dengan pria pilihan mereka. Karena menurutnya pria pilihan orang tuanya pasti yang terbaik.

Tapi, nyatanya? Ia hanya di jadikan alat sebagai ibu pengganti.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon embunpagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16

Adhisty langsung naik ke kamarnya. Ia buru-buru ke balkon untuk melihat apakah Arka masih berada di halaman rumah atau tidak. Mata Adhisty terasa perih melihat Arka berjalan dengan pelan meninggalkan kediaman Zayn tersebut.

Tidak! Kamu jangan menyerah mas, kamu harus nunggu aku, tidak lama, sampai anak ini lahir! dan saat itu kita bisa bersama, tunggu aku mas! Tunggu aku, tidak akan lama.

Ingin sekali Adhisty mengatakan hal itu kepada Arka tadi. Namun, hanya bisa ia tahan. Rasanya sangat egois jika ia meminta hal itu kepada mantan kekasihnya tersebut. Arka berhak mendapat yang lebih baik darinya. Ia merasa tak ubahnya seperti wanita murahan yang menjual diri demi uang.

"Maafkan Dhisty, mas," lirihnya.

Arka yang baru sampai depan Gerbang, menoleh. Ia tahu wanita itu mengintip dari celah gordyn kamarnya. Ia lalu merogoh ponselnya untuk menelepon Adhisty.

Adhisty ragu untuk mengangkat panggilan Arka. Tapi, ia harus menyelesaikan ini dengan baik-baik.

Adhisty menempelkan ponselnya di telinga. Ia hanya diam tak tahu harus bicara apa.

"Dhisty..." panggilan lembut dari seberang telepon membuat Adhisty menggigit bibirnya, "Ya, mas?" sahutnya kemudian.

"Kamu baik-baik saja, kan?" tanya Arka khawatir jika Adhisty di sakiti Zayn.

"Iya, aku baik. Mas Arka jangan khawatir. Dia tidak seperti yang mas pikirkan," jawab Adhsity.

"Syukurlah kalau begitu. Maafkan aku Dhisty," ujar Arka.

"Mas Arka nggak salah, harusnya aku yang minta maaf sama mas," ucap Adhisty.

Arka tersenyum kecut, "Aku pikir selama ini kita baik-baik saja. Aku pikir aku adalah orang yang paling ngerti kamu. Ternyata aku salah, aku tidak bisa melindungi kamu. Aku tak tahu apa yang terjadi dengan keluargamu hingga kamu harus berkorban seperti ini. Maafkan aku, Dhisty. Ternyata aku bukanlah yang terbaik buat kamu,"

Tes... Adhisty tak bisa lagi menahan air matanya. Untung saja mereka bicara hanya melalui telepon. Ingin rasanya ia menyangkal semua kalimat Arka. Bagi Dhisty, dia adalah pria terbaik yang pernah ia temui. Tapi, apapun itu, kini sudah tak ada artinya lagi.

"Dhisty...." sangat lembut Arka memanggilnya.

"Iya mas..."

"Apa kita benar-benar harus berakhir seperti ini?"

Adhisty meremat dadanya, ia berusaha kuat, "Maafin Dhisty, mas. Tapi, ini sudah menjadi pilihanku. Semoga mas Arka bisa menemukan wanita yang lebih baik dari Dhisty. Terima kasih atas semua yang sudah mas Arka berikan buat Dhisty selama ini. Maaf Dhisty tak bisa menjadi seperti yang mas Arka inginkan," ujar Adhsity.

"Boleh mas meminta satu hal sama kamu sebelum telepon ini mas matikan?"

"Apa, mas?"

"Kamu harus bahagia, Dhisty. Kalau ternyata nanti aku melihatmu tidak bahagia dengan pilihanmu ini, aku akan benar-benar mengambilmu darinya. Aku akan menunggu..."

"Jangan, mas. Mas Arka berhak bahagia. Jangan tunggu Dhisty! Mas Arka harus cari penggantiku dan melanjutkan hidup dengan bahagia,"

Arka kembali tersenyum kecut, "Bahagiaku adalah kamu. Kamu tahu itu. Yang terpenting buat mas, adalah kebahagiaanmu dulu,"

Adhisty menggigit bibirnya menahan sesak di dada, "Mas..."

"Mas tutup ya teleponnya, mas telepn bukan buat mengucapkan perpisahan. Mas hanya ingin mendoakan untuk kebaikan dan kebahagian kamu. Jaga kandungan kamu baik-baik, ya. Assalamualaikum," Arka menutup teleponnya.

"Waalaikumsalam," Adhisty langsung memeluk ponselnya. Air matanya sudah berjatuhan membasahi pipi.

Tak kama kemudian, bibi datang ke kamarnya.

"Ada titipan buat non Dhisty, dari teman non Dhisty tadi, dititipkan di pos satpam," bibi memberikan permen lolipop kepada Dhisty. Arka memang tahu, Adhisty paling suka permen lolipop dan permen kapas.

Tangis Adhisty semakin pecah setelah bibi pergi. Ia memeluk permen tersebut," Maafin aku, mas,"

.......

Malam hari....

"Abang mau makan sama apa?" tanya Salwa.

"Apa aja," jawab Zayn singkat sambil melirik Adhisty.

"Sama ini, mau?" tawar Salwa lagi.

"Hem," sahut Zayn dengan tetap melirik sinis pada Adhisty. Wanita itu masih sibuk dengan ponselnya mengecek tugas kuliahnya.

"Tolong piringnya, biar Salwa ambilkan!" ucap Salwa.

"Biar abang ambil sendiri saja," kali ini Zayn menatap Salwa dan tersenyum tipis.

"Mau makan atau mau balas chattan?" sindir Zayn. Ia pikir pasti Adhsity sedang asyik chat dengan pacarnya.

Adhisty yang merasa sedang memegang ponsel meski tidak sedang berkirim. Pesan dengan siapapun langsung mendongak dan menatap suaminya. Pria itu menatap datar padanya.

"Makan dulu Dhisty, jangan mainan ponsel terus," tegur Salwa.

"Iya, mbak," jawab Adhsity. Ia meletakkan ponselnya lalu mulai makan.

Bukan hal asing lagi jika suasana meja makan hening tanpa adanya candaan. Tapi, kali ingin ada yang sedikit berbeda. Jika biasanya sedingin-dinginnya Zayn, ia masih peduli dengan Adhisty. Tapi, kali ini ia benar-benar mengacuhkan Adhisty, ia bahkan tak peduli wanita itu mual atau tidak saat makan.

Entahlah, kenapa pria itu marah tanpa sebab kepada istri keduanya tersebut. Atau mungkin sebenarnya ia merasa cemburu karena Arka? Tapi dia tidak mau mengakuinya. Ia justru melampiaskan dengan kata-katanya yang sewot seperti biasa.

Adhisty yang merasa di cuekin, balas cuek. Toh sudah biasa dia merasa sendiri di saat sedang bertiga seperti itu.

Hanya sesekali Zayn dan Adhisty saling melempar sindiran.

"Lama-lama ponsel yang lupa di makan, bukannya konsentrasi sama makanan malah lihat hape terus, apa yang di chat gak tahu waktu?" sindir Zayn.

"Mending makan ponsel, dari pada makan hati!" balas Adhisty.

"Kamu!"

"Apa? Merasa? Cowok kok baperan!"

"Cemburu itu diungkapkan, kalau ditahan bisa jadi penyakit, penyakit hati nggak ada obat!" imbuh Adhisty.

Zayn kesal, tapi dia tak bisa mengumpat kekesalannya. Alhasil ia hanya bisa mendengus. Jika dia membalas, pasti Salwa curiga.

Salwa merasa ada yang aneh dari keduanya. Biasanya Zayn memang dingin dan sewot kepada Adhisty. Tapi, kali ini ia merasa ada yang beda dari sikap keduanya. Terutama Zayn.

"Kalian ini kenapa?" selidik Salwa.

"Nggak apa-apa!" balas Adhisty dan Zayn bersamaan lalu saling melempar tatapan tajam.

Salwa semakin menangkap hal yang mencurigakan. Tak menyelesaikan makan malamnya, ia langsung pergi ke kamarnya.

"Susul sana, kayaknya marah tuh!" ucap Adhisty.

Zayn langsung menyusul Salwa ke kamarnya. Adhisty hanya tersenyum kecut. Berharap apa? Zayn benar-benar cemburu? Nyatanya pria itu tetap memprioritaskan istri tercintanya. Sadar Adhisty! Adhisty mencubit hatinya sendiri untuk kembali ke realita.

Adhisty tak peduli dengan apa yang terjadi di kamar Salwa. Ia memilih pergi ke kamarnya untuk melanjutkan mengerjakn tugas kuliahnya.

.........

"Abang kenapa?" tanya Salwa.

"Nggak kenapa-kenapa," sahut Zayn. Tapi, dalam hatinya merasa kesal. Kenapa Adhsity bisa secinta itu dengan Arka sampai sebegitunya memohon dan melakukan apapun demi pria itu dan tak mempedulikan dirinya sendiri. Entah kenapa ia merasa kesal setiap kali memikirkannya.

" Salwa lihat abang bersikap aneh malam ini," ucap Salwa.

"Aneh bagaimna? Perasaan abang biasa saja," Zayn mengernyitkan keningnya.

"Ya aneh aja, nggak kayak biasnya. Apa Adhsity buat ulah lagi yang buat abang marah?" selidik Salwa.

Zayn menggeleng, "Nggak, nggak ada masalah," ucapnya berusaha tersenyum.

"Bang, apa abang tidak bisa bersikap sedikit lembut terhadap Adhisty? Jangan marah - marah terus. Aku takut sikap abang akan b pada calon anak kita," Salwa sengaja memancing reaksi Zayn. Apa yang akan pria itu katakan jika ia meminta bersikap baik pada gadis itu.

"Abang tak yakin bisa melakukannya, tapi abang akan coba," ucap Zayn tersenyum.

.....

Hari itu, Zayn sedang malas pergi ke kantor. Ia menyuruh asistennya mengantarkan pekerjaan ke rumah.

"Apa tuan muda baik-baik saja?" tanya Aldo saat menemuinya di ruang kerja Zayn.

"Kenapa? Kau masih anti menginjakkan kaki di rumah ini? Baru di suruh ke sini sebentar langsung banyak bicara," tanya Zayn.

"Aneh saja, tidak biasanya tuan malas bekerja seperti ini. Setahu saya, keturunan Parvis semuanya tak mengenal kata malas," ucap Aldo yang tak mengindahkan pertanyaan Zayn tadi.

"Ck, apa aku tidak boleh beristirahat barang sejenak saja di rumah?"

Aldo diam tak menyahut, "Kalau tak ada lagi , pergi sana!" usir Zayn.

"Dengan senang hati, tuan muda. Saya permisi!" Aldo langsung undur diri. Ia memang tak ingin berlama-lama di sana. Entah apa alasannya.

Saat keluar, Aldo bertemu Adhisty, "Eh ketemu bapak lagi, ngapain?" tanya Adhisty.

"Saya mengantar berkas untuk tuan muda, nona," jawan Aldo.

"Ohhhh, dia nggak ke kantor emang?" tanya Dhisty dan Aldo menggeleng, "Kenapa? Dia sakit?" tanyanya.

"Tidak nona,"

"Hem, emang nggak mungkin sih manusia kayak dia bisa sakit. Eh tapi, kan dia tetap aja manusia, cuma wajahnya aja jelmaan dewa yunani tapi hati kayak set... Heeee" Adhisty tak melanjutkan ucapannya ketika sadar Aldo menatapnya tajam. Ia justeu meringis. Ternyata asisten ini sebelas dua belas dengan bosnya.

"Saya permisi, nona," Aldo menganggukkan kepalanya lalu pergi.

"Bapak? Kenapa setiap kali bertemu dia selalu memaggilku bapak? Apa aku setua itu?" batin Aldo.

"Dih, mirip sama Zayn. Curiga deh, jangan-jangan mereka kakak adik," gumam Adhiaty. Ia melihat ke ruang kerja Zayn, "Dia punya penyakit malas juga ternyata? Eh tapi dia gak sakit kan? Udahlah ngapain juga mikirin!" gumamnya.

.......

Karena tak ada jadwal kuliah hari ini, Adhisty bingung mau ngapain di rumah. Mama Salwa juga pergi entah kemana. Ia heran, kenapa Salwa sering sekali keluar. Memang ada urusan apa wanita itu.

" Hust, di larang kepo. Ngapain juga bukan urusan kamu Dhisty!" batinnya. Karena merasa gabut jadi pikirannya kemana-mana.

Bosan rebahan di kamar, Adhisty keluar. Zayn yang sedang bermain game terkejut karena ternyata di rumah itu ada makhluk lain selain dirinya dan para pelayan.

"Kamu nggak kuliah?" tanya Zayn. Adhisty terpaksa berhenti, padahal Adhisty niatnya ingin melewati pria itu begitu saja. Ia pikir perang dingin diantara mereka masih berlanjut.

"Nggak lihat aku di rumah? Ya berarti enggaklah," sahut Adhisty. Ia lalu melanjutkan jalannya menuju ke dapur untuk minum.

"Hei!" panggil Zayn. Tentu saja Adhisty acuh, ia tak suka di panggil seperti itu.

"Kamu nggak dengar? Tuli ya?"

Adhisty menoleh, "Aku punya nama, jangan asal kalau manggil. Wajar kalau aku tak menyahut, kamu nggak sopan!"

Zayn masa bodoh, "Cepat ganti baju dan ikut denganku!" ucapnya.

"Mau kemana?" tanya Adhisty.

"Di larang tanya. Lakukan saja yang saya suruh!"

Adhisty kesal, padahal tadi dia ingin membuat seblak di dapur, tapi malah di seret ke Mall seperti ini sama Zayn.

"Bisa tidak bibirnya biasa saja. Mnyun terus, lama-lama saya karetin itu bibir," ucap Zayn yang melihat Adhisty cemberut terus dari tadi. Padahal ia niatnya ingin mengajak wanita itu jalan-jalan.

Zayn menarik tangan Adhisty ke sebuah toko. Pasti wanita akan senang jika di suruh shoping, pikirnya. Ia menyuruh Adhisty membeli daster, yang pasti akan berguna buat dia yang sedang hamil, pikirnya lagi.

"Usia kehamilanku bekum genap dua bulan, jadi belum butuh daster," tolak Adhisty. Tapi bukan Zayn namanya jika di tolak terima. Ia mengancam akan membeli satu toko jika Adhisty tak mau memilih. Akhirnya Adhisty mengalah.

Zayn heran, kenapa wanita di sampingnya tidak terlihat senang padahal baru diajak jalan-jalan. Di belikan es krim, bakso dan juga baju.

"Kamu tidak senang?" tanyanya.

"Di paksa senang," jawab Dhisty. Zayn mendengus, "Mulutmu habis makan cabai, pedas sekali!"

"Emang kamu bisa rasain bibirku?"

"Mau aku rasain? Biar tahu beneran oedas atau tidak," tantang Zayn. Adhisty langsung diam.

"Mau kamu apa, kenapa nggak senang?"

"Aku tuh maunya seblak! Bukan es krim atau baju!"

"Seb apa?"

"Seblak!"

"Itu apa? Belinya di mana?"

"Makananlah, penginnya buat di rumah tadi. Malah di culik ke mall!"

Zayn mengusap wajahnya, wanita ini memang beda. Pikirnya, di belanjain malah ngegas.

Sampai di rumah, Salwa sudah menunggunya. Ia bertanya dari mana suami dan istri keduanya tersebut.

"Habis dari mall mbak, suami mbak nih maksa aku buat jalan-jalan dan shopping. Padahal aku nggak mau! Ya udah terpaksa beli. Ini aku juga beliin buat mbak, nggak tahu sih cocok nggak buat mbak!" Adhisty menyerahkan paper bag kepada Salwa.

Zayn kaget, ternyata beli segitu banyak bukan buat dirinya sendiri, melainkan juga untuk Salwa juga. Malah sebenarnya Adhisty lebih banyak membelikan Salwa.

Salwa menerimanya, "Makasih!" ucapnya tersenyum. Sejurus kemudian menatap Zayn, meminta penjelasan kepada pria tersebut kenapa bisa jalan berdua tanpa sepengetahuannya. Terlihat jelas kemarahan dari sorot matanya tersehut.

...----------------...

1
Isma Zafa
bagus
SariRenmaur SariRenmaur
semoga semua kebusukan Salwa terbongkar dan Adisty sudah pergi yang jauh
Anonymous
keren
Moms Raka
pngn ngerujak ni orang
Eva Marlina siboro
mewek thor😥😥😥😥
Moms Raka
bawang bawang
Alang Lisanna
Luar biasa
Ruby Vee
dah mulai ngelawan salwa dia, bagus zein
Ruby Vee
salwa terjebak dalam perangkapnya sendiri.
Ruby Vee
buat dia mengetahui kalo istri pertamanya kembali selingkuh
Ruby Vee
kok makin kesini zein makin gimana thor buat dia nyelidikin salwa yg pura pura
Ruby Vee
ach bumil rindu tah
Ruby Vee
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Anita Nita
kaya sinetron ikan terbang
Anita Nita
kenapa ya semua orang di novel ini bodoh...
Anita Nita
dok bantu disty sembunyikan satu anaknya
Anita Nita
terlalu berbelit2 ceritanya....bosan
Ruby Vee
yu hui bang zein mulai cemburu ini
Anita Nita
sdh sejauh ini zayn blm tau juga kalo salwa tukang selingkuh
Anita Nita
CEO goblok...bagai kerbau dicuccuk hidungnya klo udah ketemu salwa...padahal jelas2 salwa pernah selingkuhin dia najiis
echa purin: /Smile/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!