NovelToon NovelToon
Tertawan Cinta Pria Pilihan

Tertawan Cinta Pria Pilihan

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Anak Genius / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu / Angst / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:10.5k
Nilai: 5
Nama Author: Mami Al

Mayra begitu bahagia dijodohkan dengan pria pilihannya, akan tetapi harapannya dicintai harus pupus dan kandas. Rayyan Atmadja sangat membenci Mayra namun dirinya enggan untuk melepaskan.

Apakah Mayra mampu mempertahankan dan membuat Rayyan mencintainya atau Mayra lama-lama menjadi bosan lalu meninggalkan pria pilihannya itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mami Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30 - Masih Berbuat Baik

Mayra pulang dengan wajah sedih, masakan yang capek-capek dibuatnya terpaksa dibawanya kembali. Sang ibu mertua tak sudi menerimanya, Mayra lalu memberikan makanan itu kepada pelayan rumahnya.

Kepulangan istrinya membuat Rayyan yang sedang bermain dengan Rama menghentikan aktifitasnya, "Kamu main sendiri, ya. Papa mau menemui Mama."

Rama mengangguk mengiyakan.

Rayyan lalu melangkah ke kamar, ia melihat Mayra duduk di sisi ranjang sembari menyeka air matanya yang menetes. "Kenapa baru pulang dari rumah mama menangis?"

Mayra menjelaskan semuanya mengapa dirinya menangis dan sosok wanita yang datang berkunjung ke rumah mertuanya.

"Aku akan menegur mama!" janji Rayyan.

"Aku tidak mau kamu ribut dengan Mama Citra," kata Mayra.

"Aku hanya ingin menasehatinya, agar dia menghargai kamu," ucap Rayyan.

Sejam kemudian, Rayyan mendatangi kediaman orang tuanya. Wanita yang dikatakan Mayra ternyata sudah pulang. Rayyan menghampiri ibunya di ruang televisi.

"Kamu ke sini pasti karena istrimu mengadu 'kan?" tebak Citra.

"Aku pikir Mama sudah berubah, ternyata aku salah," ujar Rayyan berdiri di samping ibunya.

"Mama akan berubah jika kamu mengganti istrimu!" tegas Citra menatap putranya namun dengan posisi duduk.

"Mayra sudah memberikan cucu untuk Mama, kenapa Mama tidak mampu membuka hati menerima dirinya?"

"Mama tidak peduli dia sudah memberikan cucu, bagi Mama dia bukan menantu idaman di keluarga ini!"

"Mama egois!!"

"Terserah apa katamu!!"

"Citra!!" hardik Tio yang tiba-tiba muncul karena mendengar suara istri dan anaknya seperti berdebat.

"Papa!" Citra lantas berdiri dan tampak ketakutan.

"Kapan kamu sadarnya, hah?" bentak Tio.

Citra tak berkutik.

"Apa salah Mayra dan Rama? Mereka tidak minta dihadirkan di keluarga ini! Mayra juga sempat ingin berpisah dengan Rayyan, tapi Tuhan malah menyatukan mereka kembali. Kamu jangan menentang apa yang sudah digariskan takdir kepada mereka!" jelas Tio panjang lebar.

"Dulu aku memang salah sudah menyakitinya tapi setelah melihat Rama, aku menjadi sadar!" timpal Rayyan.

"Kalian apa tidak mengerti jika aku tidak suka tetap tak suka!!" tegas Citra.

"Jangan terlalu membencinya, bisa saja dia juga yang lebih baik untukmu!" ucap Tio.

"Mayra itu tidak ada baiknya di mataku. Dia hanya pura-pura!" kata Citra.

"Jika Mama belum bisa menerima Mayra dan Rama, maka jangan harap aku akan menginjak rumah ini lagi!" ucap Rayyan kemudian berlalu.

"Kamu lihat 'kan? Rayyan begitu marah!" kata Tio yang sangat kesal.

"Rayyan begitu karena dipengaruhi wanita itu!" ucap Citra menyalahkan Mayra penyebab putranya membencinya.

"Astaga, Citra!!" Tio mengusap wajahnya sangking marahnya dengan sikap istrinya.

"Gara-gara wanita itu kalian semua membenciku!" ucap Citra kemudian berlalu meninggalkan suaminya yang hatinya diselimuti amarah.

****

Satu bulan berlalu....

Mayra kembali menghampiri rumah orang tua suaminya, karena sebulan ini Rayyan tak datang menjenguk dan ia berinisiatif melakukannya meskipun Rayyan sempat melarangnya, takutnya Mayra bakal dimarahi oleh Citra.

Tak ada pelayan yang menyambut kedatangannya, Tio memberikan hukuman kepada istrinya agar melakukan sebagian pekerjaan seorang diri. Jadi, Tio memberikan cuti pelayan secara bergantian, tentunya kabar tersebut menjadi angin segar buat pekerja di rumah itu namun tidak buat Citra yang tak memiliki waktu berkumpul dengan teman sosialitanya.

Mayra celingak-celinguk mencari keberadaan ibu mertuanya, seorang wanita muda menghampirinya, "Cari Nyonya Citra, Nona Mayra?"

"Ya, saya cari Mama Citra."

"Nyonya ada di kamar, Nona. Tadi pagi Nyonya mengeluh sakit kepala dan badannya pegal-pegal."

"Apa Papa Tio tahu jika Mama Citra begitu?"

"Saya sudah mengabarinya, beliau lagi di luar kota kemungkinan besok baru pulang."

"Jadi tak ada yang menjaganya?"

"Saya ingin menjaganya tapi Tuan Tio menyuruh saya untuk pulang saja."

"Lalu siapa yang akan menemani Mama Citra di rumah ini?"

"Dua jam lagi ada pelayan yang bergantian membantu Nyonya Citra mengurus rumah ini."

Mayra mengangguk paham.

"Nona Mayra mau ke kamar Nyonya Citra?"

"Ya, saya akan menemuinya di kamar."

Mayra mengetuk pintu namun tak ada jawaban, Mayra lalu membukanya secara perlahan dan ternyata tidak dikunci.

Mayra melihat Citra terbaring di ranjang dengan tubuh memakai selimut. "Mama!"

Citra menoleh, tubuhnya sangat lemas dan ia tak sanggup berbicara.

Mayra mendekati ranjang dan berkata, "Aku temani ke rumah sakit, ya!" menawarkan diri mengantarkannya berobat.

Citra mengangguk pelan mengiyakan.

Mayra membantu Citra bangkit dari ranjangnya. "Aku izin membuka lemari pakaian Mama, ya!"

Citra mengangguk mengizinkan.

Mayra membuka lemari mengambil cardigan lalu memakaikannya ke tubuh Citra. Perlahan Mayra membantu Citra turun dari ranjang dan menuntunnya menuju mobil. Beruntung tadi Mayra datang diantar sopir dan masih menunggunya.

Mayra pun membawanya ke rumah sakit, begitu sampai Citra segera mendapatkan perawatan dan diharuskan untuk menginap beberapa hari.

Mayra juga sudah mengabarkan suaminya dan Rayyan mengatakan akan datang sepulang dari kantor.

Selama Mayra membawa dan mengurus keperluan di rumah sakit, Citra tak banyak bicara.

Mayra duduk di sofa menunggu suaminya dan Citra pun juga sudah tertidur karena pengaruh obat.

Dua jam kemudian, Citra terbangun dan menoleh ke arah Mayra yang tertidur dengan posisi duduk. "Mayra!" lirihnya.

Mayra yang terjaga lantas terbangun karena mendengar suara memanggil namanya. Ia pun mengarahkan pandangannya kepada Citra. "Mama!" ia bangkit dari duduknya dan melangkah mendekati.

"Mama haus!" lirih Citra.

Mayra sigap membantu Citra bangkit dari tidurnya, ia lalu mengambil gelas air putih dan menyodorkannya kepada Citra. "Ini, Ma!"

Citra meraih gelasnya dan perlahan menyeruputnya.

"Mama mau makan?" tawar Mayra.

"Suapi, ya!" pinta Citra dengan suara parau.

"Iya, Ma!" Mayra mengambil piring berisi makanan yang sudah disediakan oleh rumah sakit.

Dengan tulus Mayra melayani ibu mertuanya, selama Citra maka tak ada percakapan apapun.

"Mama mau rebahan lagi?" tanya Mayra selesai sang mertua makan.

Citra mengiyakan.

Mayra lantas meninggikan ranjangnya bagian kepala, dengan hati-hati Mayra membantu Citra membaringkan tubuhnya.

"Terima kasih!" lirih Citra.

Mayra tersenyum seraya mengangguk.

"Aku duduk di sana, Ma!" Mayra menunjuk ke arah sofa. "Jika butuh apa-apa bilang padaku!" lanjutnya.

"Kapan Rayyan datang ke sini?" tanya Citra pelan.

"Sore nanti, Ma." Jawab Mayra.

"Apa kamu sudah menelepon Papa Tio?" tanya Citra.

Mayra menggelengkan kepalanya pelan.

"Coba kamu telepon, Mama malas sekali memegang ponsel!" kata Citra.

"Tadi sebelum kita ke rumah sakit pelayan sudah menelpon, katanya Papa Tio pulang besok," ucap Mayra.

"Oh, begitu!" Citra tampak kecewa karena suaminya tak memperdulikannya.

"Apa Mama ingin aku menelepon Papa Tio?" Mayra menawarkan diri menghubungi ayah mertuanya.

"Tidak usah, May. Nanti saja hubungi Papa Tio," kata Citra. "Kamu nyalakan saja televisi!" lanjutnya.

Mayra lalu menyalakan televisi, setelah itu ia kemudian melangkah ke sofa dan duduk seraya memainkan ponselnya.

1
Listya ning
Haiii....
Salam kenal
Terus semangat berkarya
Jangan lupa mampir ya 💜
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!