NovelToon NovelToon
Kode Rahasia Di Hati

Kode Rahasia Di Hati

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Identitas Tersembunyi / Mata-mata/Agen / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Lily Dekranasda

Lucy adalah mata-mata yang tidak pernah gagal menjalankan misinya. Namun, kali ini misinya membawa dia menyamar sebagai pacar palsu miliarder muda, Evans Dawson , untuk memancing musuh keluar dari persembunyiannya.

Ketika Evans tanpa sadar menemukan petunjuk yang mengarah pada identitas asli Lucy, hubungan mereka yang semula hanya pura-pura mulai berubah menjadi sesuatu yang nyata.

Bisakah Lucy menyelesaikan misinya tanpa melibatkan perasaan, atau semuanya akan hancur saat identitasnya terbongkar?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Membantu Misi Lucy

Hari itu, langit cerah, dan suasana kantor terasa lebih sibuk dari biasanya. Di ruang rapat khusus di lantai paling atas kantor Dawson Corporation, Lucy duduk di samping Evans. Di hadapan mereka, layar besar menampilkan dokumen penting terkait aktivitas ilegal Tuan Marteen. Semua bukti yang selama ini Lucy kumpulkan tersusun rapi. Namun, misi ini belum selesai. Tuan Marteen masih harus ditangkap, dan operasinya dihentikan.

Evans, yang sejak awal menunjukkan ketertarikan untuk membantu, menatap layar itu dengan serius. Ia menghela napas panjang, lalu berbicara, "Lucy, adakah sesuatu yang bisa aku lakukan, aku ingin membantu."

Lucy menoleh, sedikit terkejut mendengar pernyataan itu. "Evans, ini bukan urusan kecil. Kau sudah cukup banyak terlibat hanya dengan mengetahui ini. Aku tidak ingin menyeretmu lebih jauh."

Evans tersenyum tipis, lalu menatap Lucy dengan tatapan yang meyakinkan. "Aku bukan tipe pria yang membiarkan seseorang yang aku pedulikan menghadapi bahaya sendirian. Aku punya sumber daya, koneksi, dan pengaruh. Jika aku bisa membantu menyelesaikan ini lebih cepat, kenapa tidak?"

Lucy terdiam sejenak, mencoba mencerna kata-kata Evans. Sisi rasionalnya berkata untuk menolak, tapi ia tidak bisa mengabaikan kenyataan bahwa dukungan Evans akan sangat membantu meringankan beban misinya.

"Apa yang kau rencanakan?" tanya Lucy akhirnya, menyerah pada tekad Evans.

Evans mengambil dokumen di atas meja, menepuknya ringan. "Aku bisa memastikan bahwa operasi bisnis Tuan Marteen di sektor tertentu mulai terganggu. Aku punya koneksi ke beberapa pihak berwenang yang bisa memantau pergerakannya lebih dekat tanpa membuatnya curiga. Selain itu..."

Evans berhenti, menatap Lucy dengan pandangan yang serius. "Aku bisa memastikan bahwa kau punya akses ke informasi dan perlindungan tambahan jika sesuatu berjalan tidak sesuai rencana."

Lucy menatapnya dalam diam, lalu akhirnya mengangguk pelan. "Baiklah. Tapi kau harus berjanji satu hal, Evans."

"Apa itu?"

"Jangan mengambil risiko yang tidak perlu. Aku sudah cukup khawatir dengan diriku sendiri. Aku tidak ingin kau terluka karena ini."

Evans tersenyum lebar, membuat Lucy merasa sedikit lega. "Aku janji, Lucy. Aku tidak akan ceroboh."

Beberapa hari kemudian, di markas Cupid Agency, Lucy dan timnya berkumpul untuk merencanakan operasi penangkapan Tuan Marteen. Jenna, rekan Lucy yang menjadi koordinator misi, memberikan instruksi dengan nada tegas.

"Kita punya semua bukti yang kita butuhkan," ujar Jenna sambil menunjuk layar besar di ruangan itu. "Operasi Marteen akan berakhir malam ini. Dia akan menghadiri pertemuan rahasia dengan mitra bisnisnya di gudang tua dekat pelabuhan. Ini kesempatan kita untuk menangkapnya."

Lucy mengangguk, sementara pikirannya terfokus pada detail misi. Namun, perhatian semua orang di ruangan itu tiba-tiba teralih ketika pintu terbuka, dan Evans masuk.

Jenna menatap Evans dengan curiga. "Lucy, siapa dia? Kenapa dia ada di sini?"

Lucy berdiri, mencoba menjelaskan. "Dia Evans Dawson. Aku... mengizinkannya untuk membantu dalam misi ini."

Evans melangkah maju, menawarkan tangannya kepada Jenna. "Aku tahu ini mungkin tidak biasa, tapi aku di sini untuk mendukung Lucy. Apa pun yang dibutuhkan untuk memastikan misi ini berhasil, aku siap membantu."

Jenna memandang Evans selama beberapa detik, lalu akhirnya menerima uluran tangannya. "Oh kau atasan Lucy ya! Baiklah, Tuan Dawson. Tapi jika kau membuat kekacauan, aku tidak akan ragu untuk mengeluarkanmu dari operasi ini."

Evans tersenyum kecil. "Dipahami."

Malam itu, gudang tua di pelabuhan dipenuhi suasana tegang. Lucy dan timnya telah memasang alat pengintai di beberapa titik strategis. Kamera tersembunyi memantau setiap sudut, sementara tim keamanan Cupid Agency bersiap di luar untuk menangkap Tuan Marteen dan anak buahnya.

Evans berada di dalam mobil bersama Lucy, mengamati layar monitor yang menunjukkan gambar dari kamera pengintai.

"Dia ada di sana," bisik Lucy, menunjuk ke layar. Tuan Marteen terlihat sedang berbicara dengan beberapa pria berjas gelap.

Evans menatap layar itu dengan serius. "Apa langkah selanjutnya?"

"Kami menunggu sinyal dari Jenna," jawab Lucy. "Begitu semua bukti tertangkap kamera, tim keamanan akan masuk dan menangkap mereka."

Namun, situasi tiba-tiba berubah. Salah satu anak buah Tuan Marteen tampaknya melihat kamera tersembunyi dan segera memberi tahu bosnya. Tuan Marteen langsung memerintahkan anak buahnya untuk mencari tahu siapa yang memantau mereka.

"Kita ketahuan," ujar Lucy dengan nada panik.

Evans meraih alat komunikasi di dashboard mobil. "Apa yang bisa aku lakukan untuk membantu?"

Lucy menghela napas, mencoba tetap tenang. "Tetap di sini. Aku harus memastikan semua alat pengintai bekerja."

Tanpa menunggu jawaban, Lucy keluar dari mobil dan berlari menuju gudang. Evans ingin mengejarnya, tetapi ia tahu Lucy tidak akan mengizinkannya.

Di dalam gudang, Lucy bersembunyi di balik tumpukan peti kayu, mencoba mengakses kembali kamera yang terputus. Namun, salah satu anak buah Tuan Marteen menemukannya.

"Hei, siapa kau?" teriak pria itu, mengarahkan senjata ke arah Lucy.

Lucy segera mengeluarkan tongkat listrik dari sakunya dan melumpuhkan pria itu sebelum ia sempat menyerang. Tapi aksinya membuat keberadaannya diketahui oleh yang lain.

"Lucy!" teriak suara dari kejauhan. Itu Evans, yang akhirnya memutuskan untuk menyusulnya.

Lucy menoleh, matanya melebar. "Evans, keluar dari sini! Ini terlalu berbahaya!"

"Tidak tanpa dirimu," jawab Evans, mendekatinya dengan cepat.

Sebelum mereka bisa berbicara lebih lanjut, Tuan Marteen muncul bersama beberapa anak buahnya. Ia menatap Lucy dengan tajam, lalu tertawa kecil.

"Jadi ini kau, ya? Agen kecil yang mengganggu bisnisku?" ujar Marteen.

Lucy berdiri tegak, meskipun hatinya berdebar kencang. "Permainanmu sudah selesai, Marteen. Kami punya semua bukti untuk menghentikanmu."

"Benarkah?" Marteen mengangkat alisnya, lalu memberi isyarat kepada anak buahnya untuk mendekati Lucy dan Evans.

Namun, sebelum mereka sempat melakukan apa pun, tim keamanan Cupid Agency menyerbu gudang, melumpuhkan anak buah Marteen dan menangkap pria itu.

Setelah operasi selesai, Lucy dan Evans kembali ke markas Cupid Agency. Tuan Marteen dibawa oleh tim keamanan, dan semua bukti disimpan dengan aman.

Evans menatap Lucy dengan bangga. "Kau luar biasa di sana. Tapi serius, aku hampir kena serangan jantung."

Lucy tersenyum kecil, merasa lega misi ini akhirnya selesai. "Terima kasih, Evans. Tanpa bantuanmu, ini mungkin tidak akan semudah ini."

Evans meraih tangan Lucy, menggenggamnya erat. "Aku hanya melakukan apa yang aku bisa. Tapi sekarang, aku ingin satu hal darimu."

"Apa itu?"

"Berjanjilah bahwa kau tidak akan pernah menghadapi bahaya seperti ini sendirian lagi," ujar Evans dengan nada penuh ketulusan.

Lucy menatapnya, merasakan kehangatan di balik kata-kata itu. "Aku janji."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!